Nats: Maukah engkau menganggap
sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah
engkau tahu bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada
pertobatan? (ayat 4).
Saudara-saudara,
melalui bagian bacaan kita saat ini saya mengajak kita sekalian untuk
merenungkan sebuah tema yaitu hidup dalam kekayaan kemurahan Tuhan.
Saudara-saudara, kalau kita bicara soal kekayaan, maka percayakah saudara bahwa
kekayaan di dunia ini adalah tidak tak terbatas? Artinya kekayaan di dunia ini
pasti ada batasnya. Kalau kita lihat dari angka dasarnya saja, maka angka
paling mendasar hanya ada di kisaran 0-9. Persoalan bahwa angka tersebut bisa
divariasi dan diulang-ulang, itu mungkin adalah persoalan yang berbeda. Dengan
demikian keterbatasan kekayaan di dunia ini acap kali membuat definisi kaya
menjadi sangat relatif. Sekalipun memang mungkin ada banyak orang di dunia ini
yang acap kali merasa tidak puas dengan kekayaan yang dimilikinya dan
senantiasa ingin mencari yang lebih dan lebih lagi.
Saudara-saudara,
tidak demikian dengan kekayaan kemurahan Tuhan. Dalam ayat yang keempat yang
menjadi nats bagian bacaan kita digambarkan betapa kayanya kekayaan kemurahan
Tuhan itu. Dan kekayaan kemurahan Tuhan tentu tidak boleh kita anggap sepi.
Demikian juga dengan kesabaran dan kelapangan hati-Nya. Kekayaan kemurahan Tuhan senantiasa ingin
menuntun kita kepada pertobatan. Bahkan dari ayat yang pertama sampai dengan
ayat yang ketiga dengan jelas
diungkapkan mengenai hal menghakimi orang lain. Dimana dikatakan di sana bahwa
engkau yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab
dalam menghakimi orang lain engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau
yang menghakimi orang lain melakukan hal-hal yang sama. Penegasan yang sama
diungkapkan juga dalam Matius 7 ayat yang pertama. Dimana dikatakan di sana
jangan kamu menghakimi supaya kamu tidak dihakimi.
Saudara-saudara,
bicara soal penghakiman, mungkin secara sadar atau tidak sadar kita pun sering
melakukannya. Salah satunya adalah ketika kita memberikan stereotype kepada
orang lain. Si A pasti begini. Si B pasti begitu. Dan seterusnya, dan
seterusnya tanpa kita benar-benar mau masuk ke dalam pergumulan yang sesungguhnya
dari orang-orang yang kita berikan stereotype tersebut.
Saudara-saudara,
bukankah hukum yang pertama dan terutama adalah hukum kasih sebagaimana yang
Kristus ajarkan kepada kita sekalian, dimana kita diminta untuk mengasihi
sesama kita seperti diri kita sendiri, dan bahkan mengasihi musuh kita dan
berdoa bagi mereka? Jika hal itu bisa benar-benar tercapai maka saya percaya
bahwa benturan-benturan di dalam kehidupan ini akan dapat terminimalisir
dan bahkan ternihilkan dari antara
kehidupan kita bersama dengan semua orang tanpa terkecuali. Persoalannya adalah
bahwa kita masih seringkali dikuasai dengan keegoisan diri kita sendiri. Bahkan
kita melupakan kasih mula-mula yang seharusnya mendasari kehidupan kita sebagai
manusia dan sebagai orang percaya.
Saudara-saudara,
melalui bagian bacaan kita saat ini hendak diingatkan kepada kita sekalian
bahwa baiklah kita senantiasa melakukan hukum-hukum Tuhan, dimana di dalam ayat
yang ke-13 digambarkan dengan jelas bahwa bukanlah orang yang mendengar hukum
taurat yang benar di hadapan Allah tetapi orang yang melakukan hukum tauratlah
yang akan dibenarkan. Hukum taurat yang dimaksudkan di sini berarti hukum-hukum
Tuhan. Dan hukum Tuhan yang utama dan terutama adalah hukum kasih. Oleh karena
itu baiklah kita mendasari seluruh kehidupan kita dengan hukum kasih tersebut.
Dimana sifat-sifat kasih adalah lemah lembut, memaafkan dan murah hati. Itulah
sifat kasih Kristus. Kasih itu jugalah yang perlu terus terpelihara di dalam
kehidupan persekutuan orang percaya. Sebagaimana Filipi 2:1-3 dikatakan bahwa
karena di dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan
Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan. Karena itu sempurnakanlah sukacitaku
dengan ini. Hendaklah kamu sehati sepikir dalam satu kasih, satu jiwa, satu
tujuan. Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.
Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih
utama daripada dirinya sendiri.
Saudara-saudara,
mungkin di antara kita masih ada begitu banyak orang yang belum begitu sempurna
dalam melakukan kasih sebagaimana yang Kristus ajarkan. Oleh karena itu baiklah
kita sungguh-sungguh bertobat dalam kerangka kita menikmati kekayaan kemurahan
Tuhan. Baiklah kita tidak menganggap sepi kekayaan kemurahan Tuhan itu. Baiklah
kita berlomba-lomba dalam melakukan kasih. Kiranya Tuhan memberkati kita
sekalian. Amin.