Rabu, 31 Desember 2014

KARAKTER KRISTUS VS KARAKTER KAMBING KAYU (FILIPI 2:1-11)

Saudara-saudara, dari berbagai info yang dapat kita peroleh baik di media cetak maupun media elektronik dapat kita ketahui bersama bahwa berdasarkan perhitungan shio maka tahun 2015 ini dikategorikan sebagai tahun kambing kayu. sci-pusat.blogspot.com › Shio menuliskan sebuah kutipan pepatah Cina yang mengatakan bahwa tiga kambing membawa harmoni dan kemakmuran. Shio kambing juga merupakan shio ke-8 dari dua belas shio yang ada dalam zodiak Cina. Dan angka 8 dalam tradisi Cina juga merupakan angka yang dapat memberikan keberuntungan serta melambangkan perdamaian dan kemakmuran. Secara umum orang yang lahir dalam tahun kambing kayu adalah orang yang murah hati, adil, baik hati, lemah lembut dan peduli terhadap orang lain. Bukankah secara kasat mata kita dapat melihat bahwa ciri-ciri yang ditunjukkan dalam shio ini adalah baik? Ya, tetapi apa yang membedakannya dengan karakter Kristus? Saudara, Kristus di dalam setiap ajaran-Nya selalu menekankan tentang hal-hal baik kepada setiap umat-Nya. Bahkan di dalam Mazmur 37:27-28 dikatakan dengan jelas satu perintah agar kita menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik supaya kita akan tetap tinggal untuk selama-lamanya. Sebab Tuhan mencintai hukum dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara. Tetapi anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan. Saudara, mari kita perhatikan ungkapan di atas bahwa Tuhan mencintai hukum. Dan kita tahu bersama bahwa hukum yang pertama dan terutama sebagaimana yang Yesus Kristus ajarkan kepada kita adalah hukum kasih, dimana kita diminta untuk mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri, dan bahkan mengasihi musuh kita serta berdoa bagi mereka. Bukan menjadi hal yang mengherankan karena memang hakikat Allah adalah kasih. Barangsiapa tinggal di dalam kasih maka dia tinggal di dalam Allah dan Allah di dalam dia (1 Yohanes 4:16). Bahkan bagian bacaan kita saat ini telah memaparkan bukti nyata kasih Allah dalam Kristus yang walaupun dalam rupa Allah, tetapi tidak menganggap kesetaraan-Nya dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Dia rela mengambil rupa seorang hamba bahkan taat sampai mati di kayu salib. Dia rela menjadi miskin supaya kita menjadi kaya karena kemiskinan-Nya. Saudara, kita tahu bersama bahwa di dalam Kristus Sang Penebus itu ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan. Semua bukan hasil usaha kita melainkan pemberian Allah. Termasuk anugerah keselamatan dan jaminan hidup kekal yang kita peroleh sebagai jaminan bagi orang percaya. Oleh karena itu marilah kita sempurnakan sukacita-Nya atas kita dan kita landasi sukacita kita di dalam Dia dengan melakukan hal ini: “Hendaklah kita sehati sepikir dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan...” (lihat ayat ke-2 dan seterusnya). Selamat tahun baru 2015. Selamat meneladani Kristus. Tuhan memberkati.

TAHUN BARU SUNGGUH INDAH


Rabu, 24 Desember 2014

Natal, Kristus Lahir? Berefleksi Dari Efesus 3:14-17

Pembaca yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, kalau kita mengamati secara harafiah tema ini, kita mungkin akan bertanya kenapa tema ini justru mempertanyakan tentang kelahiran Kristus? Bukankah natal memang merupakan sebuah peringatan dan perayaan akan kelahiran Kristus? Tapi kenapa tema ini justru mempertanyakan akan hal itu? Saudara-saudara, saya justru ingin menegaskan kepada kita sekalian bahwa tema ini sama sekali bukan untuk mempertanyakan kebenaran tentang sejarah kelahiran Tuhan Yesus Kristus sebagaimana dipersaksikan di dalam Alkitab, Firman Allah. Penulis (red’saya) tentulah sangat percaya dan mengimani sepenuhnya kebenaran Firman Tuhan yang adalah ya dan amin. Jadi sangat tidak mungkin saya ingin mempertanyakan kebenaran tentang kelahiran Tuhan Yesus Kristus ke dalam dunia dalam perspektif sejarah Tuhan sebagaimana dipersaksikan kebenarannya di dalam Alkitab. Namun yang ingin saya tuju dan soroti di sini adalah justru perihal kelahiran Tuhan Yesus Kristus di dalam hati setiap kita sebagai orang percaya. Karena saya percaya bahwa natal tidak hanya berhenti pada peringatan dan perayaan kelahiran Tuhan Yesus Kristus ke dalam dunia secara fisik semata, melainkan akan berlanjut pada pertanyaan dan pergumulan tentang apakah Yesus Kristus sudah benar-benar lahir, hadir, meraja dan memerintah di dalam hati kita? Saudara-saudara, sebagai orang percaya tentu kita beriman dan percaya kepada-Nya sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat kita secara pribadi. Iman percaya kita itu pun didukung oleh kebenaran Firman Tuhan yang mempersaksikan kebenaran-Nya yang hakiki. Salah satunya kita bisa lihat di dalam Injil Yohanes 3:16, dimana dikatakan di sana bahwa karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Dengan demikian beriman dan percaya kepada Tuhan menjadi hal yang sangat penting bagi setiap kita. Memelihara iman dan percaya kita kepada Tuhan pun menjadi hal yang sangat penting. Pun mengaplikasikan iman percaya kita dalam tindakan nyata di dalam keseharian hidup kita juga menjadi hal yang sangat penting. Karena melalui tindakan nyata kitalah maka sesungguhnya kita sedang mempersaksikan kebenaran iman kita kepada sesama kita, terutama bagi mereka yang belum percaya. Dengan demikian iman kita bukanlah menjadi iman yang mati melainkan menjadi iman yang hidup (bdk.Yakobus 2:14-26). Dalam kaitan pemeliharaan iman kita secara pribadi pun Tuhan senantiasa mengingatkan kepada kita melalui Firman-Nya agar kita tidak sekali-kali pun menjauhkan diri dari persekutuan ibadah (bdk. Ibrani 10:25). Karena hanya melalui persekutuan ibadahlah kita dapat senantiasa disegarkan akan kebenaran Firman Tuhan bagi pertumbuhan dan penyegaran iman kita (bdk.1 Korintus 3:6). Dalam 1 Korintus 3:6 memang dikatakan bahwa Allah yang memberi pertumbuhan. Tetapi Allah juga memakai setiap orang yang dipilih dan dipakai-Nya sebagai rekan sekerja di ladang-Nya untuk bersama-sama membangun jemaat dan memberi penyegaran di dalam pertumbuhan, perkembangan dan penyegaran iman jemaat. Dalam masa-masa sekarang ini kita dapat melihat peran tersebut khususnya dalam peran pendeta dan para pekabar Injil. Dengan demikian tidak seharusnya membuat setiap kita yang bukan merupakan pejabat khusus gerejawi (red’pendeta) menjadi perlu dan harus berkecil hati. Karena setiap kita pun dipanggil dan dipilih-Nya untuk menjadi saksi-Nya dari Yerusalem, Yudea, Samaria bahkan sampai ke ujung bumi. Yerusalem acap kali mau menggambarkan tentang internal diri kita sendiri, keluarga kita dan orang-orang yang dekat dengan kita. Memang benar saudara-saudara bahwa sebelum Tuhan mempercayakan kita perkara yang besar, Tuhan acap kali ingin melihat kesetiaan kita di dalam perkara yang lebih kecil terlebih dahulu. Barulah Ia akan mempercayakan kita perkara yang lebih besar sesuai dengan waktu, kehendak dan rencana-Nya. Demikian pun sebelum kita berbicara tentang perkara membangun jemaat dan atau membangun bangsa dan negara dalam konteks yang lebih luas, maka kita acap kali perlu diuji perihal kemampuan kita membangun diri kita sendiri dan atau keluarga kita. Karena keluarga adalah merupakan bagian terkecil dari jemaat dan atau negara. Jadi jangan tunda waktunya untuk menjadi saksi-Nya. Langkah pertama adalah di dalam dan melalui keluarga kita sendiri. Marilah kita terus berupaya membangun keluarga kita sehingga keluarga kita dapat menjadi keluarga yang mampu mempersaksikan kasih, kemurahan dan kuasa Tuhan bagi sesama dan jemaat. Marilah kita menjadikan bahtera keluarga kita menjadi bagian dari bahtera keluarga Kerajaan Allah. Marilah kita benar-benar menyadari bahwa kita adalah warga Kerajaan Allah yang ditempatkan Tuhan di tengah dunia ini untuk menjadi perpanjangan tangan dan mulut Allah. Dengan kesadaran akan hal itu kita akan senantiasa terdorong untuk mempersaksikan kebenaran, keadilan dan kasih Allah bagi dunia dimanapun kita ditempatkan. Jangan pernah menganggap kecil peran kita bagi kemuliaan nama-Nya, melainkan apapun peran kita lakukanlah itu untuk kemuliaan nama Tuhan dan menjadi kesaksian tentang-Nya. Apapun yang kita perbuat, perbuatlah dengan segenap hati kita seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (lihat Kolose 3:23). Dengan demikian jelaslah bahwa kita perlu mempersembahkan seluruh hidup dan diri kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Tuhan karena itu adalah ibadah kita yang sejati (lihat Roma 12:1). Jadi jelaslah bahwa hidup kita bukanlah milik kita lagi melainkan hidup kita adalah milik Tuhan. Karena kita adalah orang-orang yang telah ditebus Tuhan dan harganya telah lunas dibayar.Dengan demikian sekarang kita menjadi milik kepunyaan-Nya. Jadi menjadi hal yang sangat wajar ketika Tuhan menuntut kita untuk menjadi saksi-Nya, perpanjangan tangan dan mulut-Nya. Menjadi hal yang sangat wajar ketika Tuhan meminta kita melayani-Nya melalui apapun talenta yang diberikan-Nya kepada kita. Terlebih ketika Kristus sungguh-sungguh lahir di dalam hati kita. Maka setiap kita dipanggil dan dipilih-Nya untuk menjadi kitab-kitab terbuka yang dapat dibaca oleh sesama kita. Pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan dalam rangka menunjukkan identitas keberimanan kita kepada Tuhan, baik dalam kaitan hubungan vertikal kita dengam Tuhan maupun dalam hubungan horisontal kita dengan sesama? Jawabannya ada di dalam Efesus 3:14-17. Dalam kaitan hubungan vertikal kita dengan Tuhan maka kita perlu terus menjaga relasi dan komunikasi kita dengan Bapa. Kita perlu terus berdoa kepada-Nya supaya Ia menurut kekayaan kemuliaan-Nya menguatkan dan meneguhkan iman kita melalui Roh Kudus-Nya di dalam batin kita (lihat ayat 14-16). Barulah dengan demikian kita dapat benar-benar mengalami bahwa Kristus diam di dalam hati kita dan kita dapat berakar serta berdasar di dalam kasih. Setelah itu kita pasti akan dimampukan untuk mempersaksikan kasih Allah di dalam hidup kita dan melalui hidup kita kepada sesama. Saudara-saudara, natal niscaya akan senantiasa berbicara dan mengungkapkan tentang kasih. Tanpa kasih Allah yang begitu besar akan dunia ini, maka Kristus tidak akan terlahir ke dalam dunia untuk melaksanakan karya penyelamatan Allah atas umat manusia dan keutuhan ciptaan. Hal ini juga sudah pasti akan mempersaksikan kebenaran tentang hakikat Allah yang adalah kasih. Bahkan dikatakan di dalam 1 Yohanes 4:16 bahwa barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dengan demikian natal seharusnya senantiasa mengingatkan kita akan kasih Allah dan meneguhkan keterpanggilan kita untuk menjadi agen-agen penyalur kasih Allah atas dunia ini. Ketika kita mengatakan bahwa Kristus telah lahir di dalam hati kita, maka pastilah yang akan terpancar dari dalam diri kita adalah kasih, kebenaran dan keadilan Allah. Dan itulah yang pasti akan senantiasa kita wujudnyatakan di dalam hidup kita bersama dengan sesama dimanapun dan kapanpun. Oleh karena itu, melalui renungan ini saya mengajak kita sekalian secara bersama-sama mengintrospeksi diri dan merefleksikan diri kita. Sudahkah yang terbaik kita berikan bagi Tuhan? Berapa yang terhilang telah kita cari? Sudahkah kita bebaskan yang terbelenggu? Atau justru kita biarkan tegar mereka yang sungguh-sungguh membutuhkan pertolongan tangan Tuhan melalui keberadaan kita? Melalui renungan ini kita diajak untuk bersama-sama merenungkan, meresapi dan melakukan kebenaran Firman Tuhan. Tuhan ingin agar ketika kita sungguh-sungguh sadar bahwa Kristus telah lahir di dalam hati kita, maka kita pun mau sungguh-sungguh mewartakan kasih, kebenaran dan keadilan Tuhan kepada sesama. Bukan hanya melalui mulut kita. Tetapi juga melalui tindakan nyata kita kepada sesama kita. Ketika kita sungguh-sungguh menyadari bahwa di tengah masyarakat kita dan dunia masih ada begitu banyak orang terbelenggu yang perlu ditolong, maka kita juga akan siap dipanggil dan ditempatkan Tuhan di tengah-tengah keberadaan mereka. Bukan justru mengambil jarak atas keberadaan mereka dan tetap mau berada di dalam kondisi kenyamanan kita. Melainkan mau terjun dan ambil bagian dalam ketidaknyamanan sesama kita dan menolong mereka keluar dari kondisi ketidaknyamanan yang mereka alami. Mau berbagi dan berbela rasa dengan mereka sebagaimana Kristus juga mau berbagi dan berbela rasa dengan umat manusia. Itulah yang Tuhan inginkan untuk kita lakukan, terutama di dalam kita menyambut natal yang menjadi momentum kelahiran Kristus ke dalam dunia, dan bahkan menjadi momentum kelahiran Kristus di dalam hati kita. Sebagaimana Filipi 2:1-3 mengatakan: Jadi karena di dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan. Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan. Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri. Perhatikan ayat yang ke-3. Selamat natal 2014 dan tahun baru 2015. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.