Minggu, 06 September 2015

HIDUP DALAM SUKACITA YANG SEMPURNA (FILIPI 2:1-11)

Saudara-saudara kekasih Kristus, jujur saja ketika saya mempersiapkan tema ini maka saya berada dalam pergumulan besar. Saya tidak langsung menemukan tema ini. Tetapi saya mengalami perjalanan pergumulan sampai akhirnya saya menemukan tema ini. Dan saya percaya bahwa ini merupakan bagian dari iluminasi Tuhan yang dianugerahkan-Nya kepada saya sehingga hari ini saya bisa dan rindu mengajak kita sekalian untuk merenungkan tema ini, yaitu hidup dalam sukacita yang sempurna berlandaskan pada bagian bacaan kita yang terambil dari Surat Filipi 2:1-11. Saudara-saudara kekasih Kristus, sudah barang tentu di dalam hidup ini tiap-tiap insan pasti mendambakan kesempurnaan bukan? Misalnya saja kesempurnaan materi, kesempurnaan cinta, kesempurnaan pasangan hidup, dan sebagainya. Makanya ada lagu yang mengatakan oh sayangku kau begitu sempurna dari Andra & The Backbone. Ya saudara, tiap orang pasti akan berlomba-lomba mengejar kesempurnaan. Bahkan Alkitab sendiri berkata agar kita menjadi sempurna karena Dia, Tuhan Allah kita sempurna. Alkitab juga menggambarkan bahwa hidup ini bak sebuah arena pertandingan, dimana tiap-tiap orang diminta untuk bertanding dan bahkan berlari ke arah Kristus. Pun setiap kita diminta untuk berjuang sehingga pada akhirnya Dia akan mendapati kita tetap setia. Kita percaya dan kita tahu bersama bahwa Kristus adalah kesempurnaan hidup kristen atau para pengikut Kristus. Dia begitu semprna dalam hal spiritualitas, mentalitas maupun aksi nyata-Nya. Dia begitu sempurna di dalam His Life, His Work dan His Teaching. Dan kita berada di sini saat ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk belajar daripada-Nya. Karena Alkitab berkata dalam Matius 11:29 yang berbunyi demikian: Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Apakah yang dapat kita pelajari dari bagian bacaan kita berkaitan dengan hidup dalam sukacita yang sempurna? Yang pertama yang dapat kita pelajari adalah bahwa sumber kesempurnaan kita tidak lain adalah Kristus itu sendiri karena di dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan. Oleh karena itu saudara, kita diminta untuk menyempurnakan sukacita kita dengan ini, yaitu hendaklah kita sehati sepikir dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan. Bagaimana caranya? Yaitu dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri. Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri tetapi kepentingan orang lain juga. Poin yang kedua adalah hendaklah kita dalam hidup kita bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan-Nya sebagai manusia Ia telah merendahkan diri- Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama. Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi. Dan segala lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa. Kiranya Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

SPIRITUALITAS, MENTALITAS DAN AKSIO-ANTROPOSENTRIS

Pengantar Mungkin kita masih ingat dengan sebuah iklan di televisi yang mengedepankan jargon: “Ekspresinya mana?” Ya saudara, ekspresi memang merupakan satu bagian penting dalam hidup. Dan ekspresi pun menggambarkan bahwa seorang manusia memang sungguh-sungguh hidup. Bahkan tidak bisa kita pungkiri bahwa ekspresi dan tindakan yang kita nyatakan sesungguhnya menyatakan bagaimana suasana dan isi hati kita. Melalui apa yang kita ekspresikan dan nyatakanlah maka sesama kita dapat mengetahui apa yang kita rasakan dan tujukan dari tiap ekspresi dan tindakan yang dapat diamati oleh sesama kita, entah itu baik maupun buruk (bdk.Yeremia 20:12). Dalam ayat ini dengan tegas dinyatakan bahwa Tuhan semesta alam menguji orang benar. Ia melihat batin dan hati. Memang benar, manusia hanya bisa melihat apa yang kelihatan tetapi Tuhan melihat hati kita. Dengan demikian tentunya ada keterkaitan yang sangat erat antara spiritualitas (iman-Roh), mentalitas (jiwa/psyche; hati) & aksio-antroposentris (tindakan nyata manusia). Inilah judul yang akan kita bahas saat ini: Spiritualitas, Mentalitas & Aksio-Antroposentris (bdk.Yohanes 11:35; Roma 12:15; Yohanes 2:15).(1). Ayat-ayat ini dengan jelas menggambarkan bahwa Tuhan juga adalah Tuhan yang sangat ekspresif. Spiritualitas Kristus Sebagai Spiritualitas Yang Benar Apa yang dimaksudkan dengan spiritualitas Kristus? Yang dimaksud dengan spiritualitas Kristus adalah dimana Kristus menjadi satu-satunya role model dari spiritualitas orang percaya dan bahkan juga bagi semua orang tanpa terkecuali. Karena tiap-tiap kita yang telah menjadi percaya sesungguhnya dan seyogyanya meyakini bahwa Dialah satu-satunya jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada yang dapat sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku, kata Tuhan. Dalam poin itulah kita sebagai orang-orang percaya perlu terus menyediakan diri untuk terus dipakai Tuhan menjadi alat-Nya, menjadi saksi-Nya, menjadi garam dan terang dunia, terutama bagi mereka yang belum percaya kepada-Nya. Dalam poin itulah maka hidup kita pun perlu dan patut untuk menjadi kitab-kitab terbuka yang dapat dibaca oleh sesama kita dimana mereka akan dapat melihat Kristus di dalam dan melalui hidup kita. Berbicara tentang spiritualitas di dalam dan melalui diri Kristus, maka kita tentunya tidak perlu meragukannya lagi. Dia telah membuktikan bahwa diri-Nya begitu taat kepada Bapa-Nya, bahkan Dia taat sampai mati di kayu salib untuk menebus dosa setiap kita. Dan kini Dia telah menjadi Kristus Victor, Kristus yang menang. Dia telah menang atas dosa dan maut. Karena kemenangan-Nya itu, maka tiap-tiap kita sebagai orang yang benar-benar percaya kepada-Nya dapat berkata: “Hai maut, dimanakah sengatmu?” Kita tidak perlu takut lagi terhadap kuasa maut, karena kuasa dosa telah dikalahkan dan dipatahkan oleh Tuhan sendiri melalui perantaraan Tuhan kita Yesus Kristus. Kini, kita telah diperdamaikan dengan Dia dan kita bukan lagi menjadi seteru Allah melainkan kita adalah kawan sekerja Allah yang ditempatkan Tuhan di dalam dunia untuk memberitakan kepada dunia tentang sukacita Sorga, dan bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat. Untuk itu kita diminta untuk memberitakan dan membawa tiap-tiap orang kepada pertobatan yang sejati. Kita diminta Tuhan untuk menjadi pewarta keselamatan dan hidup kekal yang akan diterima oleh setiap orang yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya. Percaya di sini bukan sekedar tindakan pasif melainkan aktif, dimana tiap-tiap kita diminta untuk mempercayakan diri dan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya. Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan jangan bersandar kepada pengertian dan kekuatanmu sendiri. Berbicara tentang pengertian berarti kita berbicara tentang hikmat, dimana kita diminta untuk memakai hikmat dari atas dan bukan hikmat dari bumi. Berbicara tentang kekuatan berarti kita berbicara tentang Roh Kudus sebagai sumber kekuatan hidup kita (bdk. dengan lagu Kekuatan di Hidupku). Dalam penggalan lagu itu jelas dikatakan bahwa kekuatan di hidupku kudapat dalam Yesus. Berbicara tentang mentalitas, maka tidak perlu kita ragukan lagi karena Kristus adalah 100 persen Allah dan 100 persen manusia. Justru Dialah yang akan menjadi satu-satunya jalan penebusan dan keselamatan yang akan dinyatakan Allah bagi semua orang terutama bagi tiap-tiap orang yang percaya kepada-Nya. Dan barangsiapa percaya kepada-Nya maka ia tidak akan binasa melainkan akan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Bahkan melalui ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa-Nya Dia telah membuktikan dimana hati dan jiwa-Nya berada dan diserahkan, yaitu satu-satunya hanya kepada Bapa di Sorga. Kita pun dapat belajar melalui ungkapan-Nya di Taman Getsemani: “Bukanlah kehendak-Ku yang jadi melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Berdasarkan teladan hidup Kristus itulah sesungguhnya dan seyogyanya setiap kita dapat sungguh-sungguh berkaca dan berefleksi bersama: apakah hati dan jiwa kita sudah benar-benar kita arahkan hanya semata-mata kepada Kristus? Apakah kita sudah benar-benar dan sungguh-sungguh melakukan kehendak-Nya dan berjalan sesuai dengan keinginan-Nya? Apakah motivasi diri dan hidup kita sudah benar-benar lurus bagi-Nya sehingga kita dapat berkata dengan penuh kesungguhan hati bahwa aku telah menjadi persembahan yang harum bagi Tuhan? Pertanyaan dan refleksi diri ini penting untuk kita pertanyakan di dalam hati kita masing-masing, karena sekalipun kita telah ditebus dan harga kita telah lunas dibayar oleh-Nya, namun di dalam hidup ini kita masih memiliki sifat dosa, sehingga masih sangat mungkin bagi kita untuk melakukan dosa dan kesalahan. Masih sangat mungkin bagi hati kita untuk menjadi bengkok. Ketika saya mengutarakan tentang hal ini maka sejujurnya bukan berarti bahwa saya sudah sempurna, tetapi saya ingin mengajak kepada kita sekalian untuk sama-sama belajar menjadi sempurna. Karena Alkitab dengan jelas mengatakan: “Sempurnalah kamu sebab Aku, Tuhan Allahmu sempurna (Matius 5:48). Di samping itu kita perlu terus belajar dari Tuhan karena memang sebagaimana pemazmur katakan bahwa aku melihat batas-batas kesempurnaan, tetapi perintah-Mu luas sekali (Mazmur 119:96). Dalam Mazmur 19:7 juga dikatakan bahwa taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa... Oleh karena itu menjadi penting bagi kita untuk terus meminta Tuhan menyelidiki hati kita apakah kita sungguh-sungguh men gasihi-Nya. Menjadi penting juga bagi kita untuk terus bertekun dan belajar akan Firman-Nya, baik secara pribadi maupun di dalam persekutuan-persekutuan ibadah. Mari kita menyukai apa yang disukai Tuhan dan membenci apa yang dibenci Tuhan. Kiranya Tuhan akan senantiasa membentuk kita untuk menjadi semakin serupa dengan Dia. Ingatlah selalu bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin. Catatan: (1). Berbicara soal marah, maka ada beberapa catatan soal marah, yaitu: 1. Marah boleh sepanjang kita mencintai apa yang Tuhan cintai dan membenci apa yang Tuhan benci. 2. Ketika kita marah maka ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu: (a). Jangan sampai matahari terbenam (jangan berlarut-larut bahkan sampai menjadi dendam (bdk.Mazmur 103:9), dan (b). Jangan sampai kita berbuat dosa. Selama kita belum bisa memenuhi syarat tersebut maka akan jauh lebih baik kalau kita hidup dalam kasih dan pengendalian diri, karena kasih dan pengendalian diri merupakan bagian dari buah-buah Roh.