Senin, 08 Juli 2013

MELAYANI DALAM KETERBATASAN KITA

Landasan Alkitab: Keluaran 2:23-3:22.
Nats                      : Keluaran 3:11-12.

Pembukaan & Uraian
Saudara-saudara, berbicara tentang tema “MELAYANI DALAM KETERBATASAN KITA,” tentu kita perlu menyepakati poin-poin berikut ini: Yang pertama adalah bahwa tolak ukur gereja yang bertumbuh adalah gereja yang mau melayani, sebagaimana teladan Kristus dimana Kristus sendiri mengatakan dalam Firman-Nya bahwa Aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Yesus juga memaparkan sebuah gambaran dan penjelasan tentang siapa yang terbesar di antara kamu yang berbeda dari konsep dunia pada umumnya. Kalau orang dunia menggambarkan kebesaran seseorang dengan tolak ukur kekuasaan dan kekayaan secara duniawi, namun Yesus justru menggambarkan bahwa orang yang besar di hadapan Allah adalah orang yang mau melayani. Itulah yang membedakan pola kepemimpinan gereja dengan pola kepemimpinan dunia. Kepemimpinan gereja diwarnai dengan kepemimpinan yang melayani, dimana seorang pemimpin adalah pelayan bagi Tuhan dan sesama. Oleh karena itu gereja yang bertumbuh adalah gereja yang mampu menghidupkan, menggerakan dan melaksanakan tugas penatalayanan baik dalam lingkup internal maupun eksternal. Artinya gereja bukan hanya berguna bagi dirinya sendiri atau komunitasnya semata, tetapi gereja juga harus mampu memberi arti bagi lingkungan sekitarnya. Termasuk kepada mereka yang belum percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan juruselamat. Melalui tugas penatalayanan itulah tiap-tiap kita sebagai gereja yang berarti orang yang dipanggil keluar dari kegelapan menuju terang-Nya yang ajaib (eklesiaèEx=keluar; kaleo=memanggil) memiliki kesempatan untuk memperkenalkan siapa Yesus Kristus, khususnya kepada mereka yang belum percaya. Memang penginjilan bukanlah sebuah proses pemaksaan kehendak agar siapapun juga mau tidak mau harus masuk ke dalam Agama Kristen. Tetapi penginjilan adalah proses memperkenalkan pribadi Kristus dan Allah Tritunggal kepada mereka yang belum percaya. Di situlah peran kita. Dalam konteks itulah kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di tengah dunia. Itulah bagian kita yang harus kita kerjakan. Selebihnya adalah bagian Tuhan yang menumbuhkan iman, memberi panggilan kepada tiap-tiap orang untuk beriman kepada-Nya dan mendorong tiap-tiap orang yang dipanggil-Nya untuk mau meresponi panggilan-Nya. Tiap-tiap orang yang telah dipanggil dan dipilih-Nya dipanggil-Nya juga untuk terlibat dalam tugas penatalayanan gereja di tengah dunia demi kemuliaan nama-Nya. Tiap-tiap orang yang telah dipanggil dan  dipilih-Nya mendapatkan panggilan selanjutnya untuk bersama-sama kerja buat Tuhan dan kerja di ladang Tuhan. Tuhanlah yang memilih kita untuk menjadi pekerja-pekerja-Nya. Sebagaimana Alkitab sendiri menggambarkan bahwa tuaian memang banyak tetapi pekerjanya sedikit. Dalam rangka memaksimalkan pekerjaan Tuhan di tengah-tengah dunia ini seiring juga dengan amanat agung Kristus “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Baptislah mereka dalam nama BAPA, ANAK dan ROH KUDUS, maka Tuhan mengharapkan komitmen dari tiap-tiap kita yang dipanggil-Nya untuk melayani DIA di tengah-tengah sesama kita untuk mau berkomitmen dalam menjalankan tugas penatalayanan demi kemuliaan nama-Nya.
Yang menjadi persoalan kemudian adalah bahwa sebagai manusia kita sering merasa lemah. Kita sering merasa tidak mampu dan dipenuhi dengan keterbatasan demi keterbatasan. Itu poin kedua yang harus kita sepakati bahwa manusia memiliki keterbatasan. Faktanya sebagai ciptaan Allah tiap-tiap kita memang memiliki keterbatasan. Berbeda halnya dengan Allah yang adalah pencipta yang tidak terbatas. Makanya Ia dikatakan Maha kuasa. Ia dikatakan Sang Khalik. Coba kalau kita bandingkan dengan kekuasaan presiden Republik Indonesia saja misalnya. Undang-undang dasar kita telah mengatur dan memaparkan dengan jelas bahwa kekuasaan presiden tidak tak terbatas. Itu artinya kekuasaan presiden itu terbatas. Bahkan yang lebih jauh lagi, waktu hidup kita di dunia ini pun terbatas. Alkitab katakan tujuh puluh tahun. Jika kuat delapan puluh tahun. Hanya DIA, Tuhan, yang tidak terbatas.
Lalu kalau memang kita lemah dan terbatas, apakah Tuhan tetap mau memakai kita untuk melayani DIA? Dan bagaimana caranya Ia memakai kita? Saudara-saudara, kesaksian Alkitab yang kita baca menggambarkan bagaimana Musa yang sehari-harinya adalah seorang gembala kambing domba pun mengalami hal yang sama ketika ia ditantang Tuhan untuk menerima panggilan pengutusan Tuhan di tengah Bangsa Israel. Tuhan mengutusnya untuk memimpin Bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Tetapi apa yang ia ungkapkan di hadapan Allah ketika itu? Nats Alkitab kita menuliskan jawaban Musa kepada Allah: Siapakah aku ini maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir? Saya bisa menafsirkan bahwa pada saat itu Musa pasti memiliki perasaan bahwa tugas yang harus ia emban terlalu berat baginya dan tidak sebanding dengan kapasitas dirinya yang hanyalah seorang gembala ternak. Tapi apa yang Allah katakan kepada Musa kemudian? Allah justru berkata “Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini.” Maksudnya adalah Gunung Horeb (lihat Keluaran 3:1; bdk.Kisah Para Rasul 7:7).
Dalam bagian bacaan kita terlihat dengan jelas bahwa Musa mengalami ketidakpercayaan diri untuk menerima tugas dari Allah memimpin Bangsa Israel keluar dari Mesir. Terbukti dengan pertanyaan Musa kepada Allah sebagaimana tercantum dalam Keluaran 3:13 dan lebih jauh lagi Keluaran 4:1. Tetapi Allah tidak berdiam diri atas ketidakpercayaan diri yang Musa alami. Allah meyakinkan Musa bahwa Allah yang mengutusnya adalah Allah yang Maha Besar. Ia adalah Allah yang lebih besar daripada segala kelemahan dan keterbatasan Musa. Ia adalah Allah yang akan selalu menyertai, memakai dan memampukan Musa dalam melaksanakan tugas tanggung jawabnya. Allah memperkenalkan diri-Nya kepada Musa dengan ungkapan “Aku adalah Aku” atau “Ehyeh asyer Ehyeh.” Allah bukannya tidak tahu akan segala kelemahan dan keterbatasan Musa. Demikian juga Allah bukannya tidak tahu segala kelemahan dan keterbatasan kita. Tetapi ketika Allah mau memakai Musa dan ketika Allah mau memakai kita maka yang diperlukan dari diri kita adalah keyakinan bahwa Tuhan yang akan menyertai dan memperlengkapi kita sehingga apa yang kita kerjakan dapat berhasil dengan baik.
Seorang pelayan yang baik memang perlu memiliki keahlian dan skill disamping juga persiapan dalam melaksanakan tugas pelayanannya. Ketika saya belajar homilitik atau ilmu berkhotbah di kampus STT Jakarta maka dosen saya mengatakan bahwa waktu yang baik untuk mempersiapkan khotbah kurang lebih satu minggu. Di mulai dari berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan yang akan dikhotbahkan sampai kepada penyusunan draft atau rancangan khotbah dan penyampaian khotbah tersebut pada waktunya. Bahkan bukan hanya dalam hal mempersiapkan khotbah. Ketika kita mempersiapkan draft meeting untuk presentasi di kantor pun misalnya, kita perlu waktu untuk mempersiapkan semuanya dengan baik. Dan Tuhan akan memakai dan menyempurnakan setiap skill, kemampuan, keahlian dan persiapan kita sehingga semuanya akan berjalan dengan baik dan akan mempermuliakan Tuhan. Dengan berbagai hal tersebut, maka secara langsung atau tidak langsung kita telah menjadi kesaksian bagi Tuhan di tengah lingkungan kita dimanapun kita berada dan dalam profesi sebagai apapaun juga. Makanya kenapa Alkitab memaparkan perumpamaan tentang talenta. Tuhan mau memanggil, memakai dan memperlengkapi tiap-tiap kita untuk menjadi pelayan-Nya dan saksi-Nya dimanapun kita berada. Dan Tuhan senantiasa menaruh harapan kepada tiap-tiap kita agar kerajinan kita tidak pernah kendur dalam melaksanakan tugas penatalayanan kita dimanapun kita di tempatkan dan dalam kapasitas kita sebagai apapun juga. Yang Tuhan inginkan adalah agar seluruh hidup, keberadaan dan pelayanan kita menjadi persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah karena itu adalah ibadah kita yang sejati. Ia telah memberikan segala yang terbaik bagi kita. Bahkan Ia telah memberikan diri-Nya sendiri sebagai tebusan atas kita. Oleh karena itu sepatutnyalah kita mengucap syukur senantiasa atas segala anugerah pemberian-Nya. Dan marilah kita terus bersemangat melayani DIA, bahkan di dalam segala keterbatasan kita karena DIAlah yang akan memakai dan  memperlengkapi kita. Segala puji dan hormat hanya bagi DIA, Tuhan kita. Soli Deo Gloria. Amin.

Penutup:  BIARLAH ROHMU MENYALA-NYALA


Ir. Welyar Kauntu
Do=G



REFF:
                 G
BIARLAH ROHMU MENYALA-NYALA
                            F     Em
DAN LAYANILAH TUHAN
D               G
BIARLAH ROHMU MENYALA-NYALA
F      Em        D         G
DAN LAYANILAH TUHAN
 
       C                    Bm
TAK ADA BANYAK WAKTU
   Am             D               Em
GIATLAH DAN JANGAN LALAI
            C                     G/B
PEKERJAAN BESAR MENUNGGU
    A                         D
LADANG SIAP DITUAI

Em                              Bm
TANGGALKAN S'GALA BEBAN
       C                               G
DAN DOSA YANG MERINTANGI
      Am              G/B
BERLARI PADA TUJUAN
           C                 D
PANGGILAN SURGAWI