Landasan Alkitab: Keluaran 2:23-3:22.
Nats : Keluaran 3:11-12.
Pembukaan &
Uraian
Saudara-saudara, berbicara tentang tema “MELAYANI DALAM
KETERBATASAN KITA,” tentu kita perlu menyepakati poin-poin berikut ini: Yang
pertama adalah bahwa tolak ukur gereja yang bertumbuh adalah gereja yang mau
melayani, sebagaimana teladan Kristus dimana Kristus sendiri mengatakan dalam
Firman-Nya bahwa Aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.
Yesus juga memaparkan sebuah gambaran dan penjelasan tentang siapa yang
terbesar di antara kamu yang berbeda dari konsep dunia pada umumnya. Kalau
orang dunia menggambarkan kebesaran seseorang dengan tolak ukur kekuasaan dan
kekayaan secara duniawi, namun Yesus justru menggambarkan bahwa orang yang
besar di hadapan Allah adalah orang yang mau melayani. Itulah yang membedakan
pola kepemimpinan gereja dengan pola kepemimpinan dunia. Kepemimpinan gereja
diwarnai dengan kepemimpinan yang melayani, dimana seorang pemimpin adalah
pelayan bagi Tuhan dan sesama. Oleh karena itu gereja yang bertumbuh adalah
gereja yang mampu menghidupkan, menggerakan dan melaksanakan tugas
penatalayanan baik dalam lingkup internal maupun eksternal. Artinya gereja
bukan hanya berguna bagi dirinya sendiri atau komunitasnya semata, tetapi
gereja juga harus mampu memberi arti bagi lingkungan sekitarnya. Termasuk
kepada mereka yang belum percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan
juruselamat. Melalui tugas penatalayanan itulah tiap-tiap kita sebagai gereja
yang berarti orang yang dipanggil keluar dari kegelapan menuju terang-Nya yang
ajaib (eklesiaèEx=keluar;
kaleo=memanggil) memiliki kesempatan untuk memperkenalkan siapa Yesus Kristus,
khususnya kepada mereka yang belum percaya. Memang penginjilan bukanlah sebuah
proses pemaksaan kehendak agar siapapun juga mau tidak mau harus masuk ke dalam
Agama Kristen. Tetapi penginjilan adalah proses memperkenalkan pribadi Kristus
dan Allah Tritunggal kepada mereka yang belum percaya. Di situlah peran kita.
Dalam konteks itulah kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di tengah
dunia. Itulah bagian kita yang harus kita kerjakan. Selebihnya adalah bagian
Tuhan yang menumbuhkan iman, memberi panggilan kepada tiap-tiap orang untuk
beriman kepada-Nya dan mendorong tiap-tiap orang yang dipanggil-Nya untuk mau
meresponi panggilan-Nya. Tiap-tiap orang yang telah dipanggil dan dipilih-Nya
dipanggil-Nya juga untuk terlibat dalam tugas penatalayanan gereja di tengah
dunia demi kemuliaan nama-Nya. Tiap-tiap orang yang telah dipanggil dan dipilih-Nya mendapatkan panggilan selanjutnya
untuk bersama-sama kerja buat Tuhan dan kerja di ladang Tuhan. Tuhanlah yang
memilih kita untuk menjadi pekerja-pekerja-Nya. Sebagaimana Alkitab sendiri
menggambarkan bahwa tuaian memang banyak tetapi pekerjanya sedikit. Dalam
rangka memaksimalkan pekerjaan Tuhan di tengah-tengah dunia ini seiring juga
dengan amanat agung Kristus “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku.
Baptislah mereka dalam nama BAPA, ANAK dan ROH KUDUS, maka Tuhan mengharapkan
komitmen dari tiap-tiap kita yang dipanggil-Nya untuk melayani DIA di
tengah-tengah sesama kita untuk mau berkomitmen dalam menjalankan tugas
penatalayanan demi kemuliaan nama-Nya.
Yang menjadi persoalan kemudian adalah bahwa sebagai manusia
kita sering merasa lemah. Kita sering merasa tidak mampu dan dipenuhi dengan
keterbatasan demi keterbatasan. Itu poin kedua yang harus kita sepakati bahwa
manusia memiliki keterbatasan. Faktanya sebagai ciptaan Allah tiap-tiap kita
memang memiliki keterbatasan. Berbeda halnya dengan Allah yang adalah pencipta
yang tidak terbatas. Makanya Ia dikatakan Maha kuasa. Ia dikatakan Sang Khalik.
Coba kalau kita bandingkan dengan kekuasaan presiden Republik Indonesia saja
misalnya. Undang-undang dasar kita telah mengatur dan memaparkan dengan jelas
bahwa kekuasaan presiden tidak tak terbatas. Itu artinya kekuasaan presiden itu
terbatas. Bahkan yang lebih jauh lagi, waktu hidup kita di dunia ini pun
terbatas. Alkitab katakan tujuh puluh tahun. Jika kuat delapan puluh tahun.
Hanya DIA, Tuhan, yang tidak terbatas.
Lalu kalau memang kita lemah dan terbatas, apakah Tuhan
tetap mau memakai kita untuk melayani DIA? Dan bagaimana caranya Ia memakai
kita? Saudara-saudara, kesaksian Alkitab yang kita baca menggambarkan bagaimana
Musa yang sehari-harinya adalah seorang gembala kambing domba pun mengalami hal
yang sama ketika ia ditantang Tuhan untuk menerima panggilan pengutusan Tuhan
di tengah Bangsa Israel. Tuhan mengutusnya untuk memimpin Bangsa Israel keluar
dari perbudakan Mesir. Tetapi apa yang ia ungkapkan di hadapan Allah ketika
itu? Nats Alkitab kita menuliskan jawaban Musa kepada Allah: Siapakah aku ini
maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?
Saya bisa menafsirkan bahwa pada saat itu Musa pasti memiliki perasaan bahwa
tugas yang harus ia emban terlalu berat baginya dan tidak sebanding dengan
kapasitas dirinya yang hanyalah seorang gembala ternak. Tapi apa yang Allah
katakan kepada Musa kemudian? Allah justru berkata “Bukankah Aku akan menyertai
engkau? Inilah tanda bagimu bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau
telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada
Allah di gunung ini.” Maksudnya adalah Gunung Horeb (lihat Keluaran 3:1;
bdk.Kisah Para Rasul 7:7).
Dalam bagian bacaan kita terlihat dengan jelas bahwa Musa
mengalami ketidakpercayaan diri untuk menerima tugas dari Allah memimpin Bangsa
Israel keluar dari Mesir. Terbukti dengan pertanyaan Musa kepada Allah
sebagaimana tercantum dalam Keluaran 3:13 dan lebih jauh lagi Keluaran 4:1.
Tetapi Allah tidak berdiam diri atas ketidakpercayaan diri yang Musa alami.
Allah meyakinkan Musa bahwa Allah yang mengutusnya adalah Allah yang Maha
Besar. Ia adalah Allah yang lebih besar daripada segala kelemahan dan
keterbatasan Musa. Ia adalah Allah yang akan selalu menyertai, memakai dan
memampukan Musa dalam melaksanakan tugas tanggung jawabnya. Allah
memperkenalkan diri-Nya kepada Musa dengan ungkapan “Aku adalah Aku” atau
“Ehyeh asyer Ehyeh.” Allah bukannya tidak tahu akan segala kelemahan dan
keterbatasan Musa. Demikian juga Allah bukannya tidak tahu segala kelemahan dan
keterbatasan kita. Tetapi ketika Allah mau memakai Musa dan ketika Allah mau
memakai kita maka yang diperlukan dari diri kita adalah keyakinan bahwa Tuhan
yang akan menyertai dan memperlengkapi kita sehingga apa yang kita kerjakan
dapat berhasil dengan baik.
Seorang pelayan yang baik memang perlu memiliki keahlian dan
skill disamping juga persiapan dalam melaksanakan tugas pelayanannya. Ketika
saya belajar homilitik atau ilmu berkhotbah di kampus STT Jakarta maka dosen
saya mengatakan bahwa waktu yang baik untuk mempersiapkan khotbah kurang lebih
satu minggu. Di mulai dari berdoa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan yang
akan dikhotbahkan sampai kepada penyusunan draft atau rancangan khotbah dan
penyampaian khotbah tersebut pada waktunya. Bahkan bukan hanya dalam hal
mempersiapkan khotbah. Ketika kita mempersiapkan draft meeting untuk presentasi
di kantor pun misalnya, kita perlu waktu untuk mempersiapkan semuanya dengan
baik. Dan Tuhan akan memakai dan menyempurnakan setiap skill, kemampuan,
keahlian dan persiapan kita sehingga semuanya akan berjalan dengan baik dan
akan mempermuliakan Tuhan. Dengan berbagai hal tersebut, maka secara langsung
atau tidak langsung kita telah menjadi kesaksian bagi Tuhan di tengah
lingkungan kita dimanapun kita berada dan dalam profesi sebagai apapaun juga.
Makanya kenapa Alkitab memaparkan perumpamaan tentang talenta. Tuhan mau
memanggil, memakai dan memperlengkapi tiap-tiap kita untuk menjadi pelayan-Nya
dan saksi-Nya dimanapun kita berada. Dan Tuhan senantiasa menaruh harapan
kepada tiap-tiap kita agar kerajinan kita tidak pernah kendur dalam
melaksanakan tugas penatalayanan kita dimanapun kita di tempatkan dan dalam
kapasitas kita sebagai apapun juga. Yang Tuhan inginkan adalah agar seluruh
hidup, keberadaan dan pelayanan kita menjadi persembahan yang hidup, yang kudus
dan yang berkenan kepada Allah karena itu adalah ibadah kita yang sejati. Ia
telah memberikan segala yang terbaik bagi kita. Bahkan Ia telah memberikan
diri-Nya sendiri sebagai tebusan atas kita. Oleh karena itu sepatutnyalah kita
mengucap syukur senantiasa atas segala anugerah pemberian-Nya. Dan marilah kita
terus bersemangat melayani DIA, bahkan di dalam segala keterbatasan kita karena
DIAlah yang akan memakai dan
memperlengkapi kita. Segala puji dan hormat hanya bagi DIA, Tuhan kita.
Soli Deo Gloria. Amin.
Penutup: BIARLAH ROHMU MENYALA-NYALA
|
Ir. Welyar Kauntu Do=G REFF: G BIARLAH ROHMU MENYALA-NYALA F Em DAN LAYANILAH TUHAN D G BIARLAH ROHMU MENYALA-NYALA F Em D G DAN LAYANILAH TUHAN
C
Bm
TAK ADA BANYAK WAKTU Am D Em GIATLAH DAN JANGAN LALAI C G/B PEKERJAAN BESAR MENUNGGU A D LADANG SIAP DITUAI Em Bm TANGGALKAN S'GALA BEBAN C G DAN DOSA YANG MERINTANGI Am G/B BERLARI PADA TUJUAN C D PANGGILAN SURGAWI |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar