Saudara-saudara
kekasih Kristus, memasuki awal tahun yang baru di minggu pertama tahun 2014
ini, pemberitaan di televisi banyak menyoroti seputar ramalan tentang apa yang
akan terjadi di tahun 2014 yang akan kita jalani dan lewati bersama ini. Salah
satu yang paling saya ingat yang juga dikait-kaitkan dengan tragedi kecelakaan
kereta di Bintaro yang terjadi belakangan ini adalah ketika seorang paranormal
mengatakan bahwa kecelakaan kereta di Bintaro yang bertabrakan dengan mobil
tangki BBM Pertamina itu menunjukkan bahwa di tahun 2014 akan terjadi
pertarungan, gejolak bahkan tragedi yang sangat besar. Apalagi mengingat bahwa
tahun 2014 merupakan suatu tahun politik bagi Indonesia. Dalam ungkapan yang
lain diungkapkan juga bahwa tahun 2014 merupakan tahun kuda perang.
Saudara-saudara,
sadarkah kita akan realita kenapa orang-orang di sekitar kita acap kali
mengandalkan diri dan seolah-olah membutuhkan bahkan bergantung pada
ramalan-ramalan? Jawabannya tidak lain dan tidak bukan adalah karena orang
membutuhkan kepastian. Hal ini senada atau seiring sejalan dengan realita
keberadaan manusia yang sejak lahirnya memang memiliki kecenderungan alamiah
untuk dapat menjadi gelisah dan bahkan dipenuhi kegelisahan. Ayat yang pertama
dari bagian bacaan kita menegaskan akan hal itu. Dengan jelas diungkapkan di
sini bahwa manusia yang lahir dari perempuan yang artinya semua manusia tanpa
terkecuali (karena tidak ada satu anak manusia pun yang tidak lahir dari perempuan)
dikatakan singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Kalau kita mau menilik pada
peristiwa hidup Ayub sendiri, bukan tidak mungkin dalam kondisi hidupnya yang
berbalik 180 derajat itu Ayub menjadi frustasi dan pada akhirnya hidupnya
dipenuhi kegelisahan. Bahkan kalau kita lihat dan cermati bersama Ayub pun
pernah mengutuki hari kelahirannya sebelum akhirnya berbalik kembali kepada
Allah dan menyesali perbuatannya. Pertanyaannya kenapa Ayub sampai bisa
mengutuki hari kelahirannya? Pasti sedikit banyak dipengaruhi juga oleh
kegelisahan dan kegundahan yang bergejolak di dalam dirinya tanpa dia bisa
berbuat apa-apa untuk keluar dari keadaan keterpurukannya. Itulah juga yang
acap kali terjadi pada manusia-manusia lain di muka bumi ini. Bahkan mungkin
termasuk kita sebagai orang-orang percaya. Kegelisahan yang acap kali mendera
hidup ini membuat manusia lebih senang menggunakan cara instan untuk mencari
jawab dari kegelisahan hatinya tentang perjalanan hidupnya. Salah satu caranya
adalah melalui percaya pada ramalan. Dalam kondisi yang demikian maka sebagai
orang beriman tentunya kita patut bertanya khususnya ke dalam hati kita pribadi
lepas pribadi. Manakah kuasa yang lebih besar? Apakah kuasa ramalan yang
berdasar pada hikmat manusia bahkan bisa jadi ada campur tangan kuasa gelap?
Atau justru kuasa Tuhan yang sudah sangat jelas bahwa DIA adalah Sang Khalik
dan Raja di atas segala raja? Maka sebagai orang beriman tentunya kita tahu
siapa yang harus kita ikuti dan kepada siapa kita harus menggantungkan hidup kita.
Tidak lain dan tidak bukan Tuhan menjadi jawaban dan pilihan yang pasti bagi
kita. Tidak ada tawar menawar di dalamnya. Ikut Tuhan-selamat. Mengikuti kuasa
lain di luar kuasa Tuhan-binasa. Oleh karena itu iman percaya kita kepada Tuhan
menjadi hal yang penting. Karena di dalam percaya kita tidak sekedar percaya
melainkan mempercayakan diri dan hidup kita ke dalam tangan Tuhan. Artinya
Dialah yang berotoritas penuh atas diri dan hidup kita. Bukan yang lain. Dalam
ungkapan yang lain Dialah yang menjadi Raja dan memerintah di dalam hidup kita.
Artinya ketaatan dan kepatuhan kepada
Tuhan juga bukan menjadi hal yang dapat ditawar-tawar. That’s the point. Ketika
kita taat dan patuh sebagai bukti bahwa kita mengasihi Allah sebagaimana Dia
lebih dulu mengasihi kita maka kita pasti akan sungguh-sungguh dapat masuk ke
dalam kemuliaan bersama dengan Sang Bapa. Bahkan ada saatnya dimana kita dapat
bertemu muka dengan muka dengan-Nya sebagai bagian dari orang-orang yang
benar-benar dipilih dan ditetapkan Allah untuk diselamatkan. Jadi masa-masa
dimana kita masih diberi hidup di dunia ini adalah menjadi masa penyaringan.
Oleh karena itu jangan pernah sia-siakan waktu hidup kita yang singkat ini.
Hiduplah di dalam Tuhan dan bersama Tuhan senantiasa, karena di dalam Tuhan selalu
ada pengharapan seperti pohon yang ditebang dan dapat bertunas kembali, dimana
tunasnya tidak berhenti tumbuh. Di dalam Tuhan juga selalu ada kepastian, yaitu
kepastian hidup dan keselamatan kekal. Bahkan orang percaya akan tetap hidup
sekalipun ia sudah mati. Itu janji Firman Tuhan. Ketiadaan harapan setelah
kematian karena dosa sebagaimana dituliskan dalam judul perikop kita saat ini
telah Tuhan ubahkan dan sempurnakan menjadi jaminan keselamatan dan hidup kekal
bagi semua orang terutama bagi orang-orang percaya dan takut akan Dia. Oleh
karena itu kata kuncinya di sini adalah percaya. Namun percaya bukan hanya
sekedar percaya melainkan mau mengambil komitmen dalam konsistensi hidup
bersama Tuhan dan di dalam Tuhan. Dengan demikian kita tidak sekali pun
mengandalkan diri di dalam otoritas lain selain otoritas Tuhan satu-satunya,
karena Dialah satu-satunya Juruselamat bagi kita. Komitmen ini pun perlu
dinyatakan dan dipraktekkan dalam keseharian hidup kita, terutama ketika kita
memasuki tahun yang baru ini dengan segudang rencana. Alkitab berkata jangan
lupakan Tuhan dalam setiap perencanaan. Berdoalah kepada-Nya. Mintalah hikmat
bijaksana daripada-Nya. Mintalah agar Dia senantiasa menyertai langkah hidup
kita ke depan sehingga nyatalah Allah Imanuel, Tuhan beserta kita. Selamat
memasuki tahun yang baru bersama Tuhan dan di dalam Tuhan. Mari kita jadikan
tahun 2014 ini sebagai tahun kemenangan bersama Yesus Kristus Tuhan. Selamat melangkah di tahun yang baru dalam
pengharapan dan kepastian. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.