PENGANTAR: PENGERTIAN DAN PEMAHAMAN TENTANG
TAHUN YOBEL DALAM SEJARAH
Tentu
tiap-tiap kita pernah membaca bagian Alkitab yang terdapat dalam Imamat 25:10
bukan? Dalam bagian Alkitab ini dengan jelas diungkapkan bahwa kamu harus
menguduskan tahun ke lima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi
segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan kamu harus
masing-masing pulang ke tanah miliknya dan kepada kaumnya. Jika kita mau
melanjutkan pembacaan pada ayat ke-11 sampai dengan ayat ke-13, maka di sana
dengan jelas diungkapkan bahwa tahun yang kelima puluh itu harus menjadi tahun
Yobel bagimu, jangan kamu menabur, dan apa yang tumbuh sendiri dalam tahun itu
jangan kamu tuai, dan pokok anggur yang tidak dirantingi jangan kamu petik
buahnya. Karena tahun itu adalah tahun Yobel, haruslah itu kudus bagimu; hasil
tahun itu yang hendak kamu makan harus diambil dari ladang. Dalam tahun Yobel
itu kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya. Jika kita mau menelusuri
dari awal, sebagaimana judul perikop yang diberikan oleh LAI dalam Imamat pasal
25 ini, maka dengan jelas kita akan menemukan bahwa pelaksanaan tahun Yobel
memiliki pemaknaan yang saling terkait dengan tahun Sabat. Dan perintah ini
disampaikan Tuhan melalui Musa di Gunung Sinai untuk ditujukan kepada Orang
Israel ketika telah tiba di negeri yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Dengan
demikian jelaslah bahwa pelaksanaan tahun Yobel berdasarkan kesaksian Alkitab
dapat dimaknai sebagai tahun pembebasan yang nota bene menjadi peringatan
historis dari pembebasan Bangsa Israel dari tanah perbudakan di Mesir.
Sedangkan tahun Sabat merupakan masa perhentian, sebagaimana makna kata hari
Sabat yang merupakan hari perhentian yang dikuduskan bagi Tuhan. Dalam paparan
di ayat ke-3 dam seterusnya sampai dengan ayat ke-9 diungkapkan dengan jelas
bahwa enam tahun lamanya engkau harus menaburi ladangmu, dan enam tahun lamanya
engkau harus merantingi kebun anggurmu dan mengumpulkan hasil tanah itu. Tetapi
pada tahun yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu sabat, masa
perhentian penuh, suatu sabat bagi Tuhan. Ladangmu janganlah kau taburi dan
kebun anggurmu janganlah kau rantingi. Dan apa yang tumbuh sendiri dari
penuaianmu itu, janganlah kau tuai dan buah anggur dari pokok anggurmu yang
tidak dirantingi, janganlah kau petik. Tahun itu harus menjadi tahun perhentian
penuh bagi tanah itu. Hasil tanah selama sabat itu harus menjadi makanan
bagimu, yakni bagimu sendiri, bagi budakmu laki-laki, bagi budakmu perempuan,
bagi orang upahan dan bagi orang asing di antaramu, yang semuanya tinggal
padamu. Juga bagi ternakmu, dan bagi binatang liar yang ada di tanahmu, segala
hasil tanah itu menjadi makanannya. Selanjutnya engkau harus menghitung tujuh
tahun sabat, yakni tujuh kali tujuh tahun; sehingga masa tujuh tahun sabat itu
sama dengan empat puluh sembilan tahun. Lalu engkau harus memperdengarkan bunyi
sangkakala dimana-mana dalam bulan yang ketujuh pada tanggal sepuluh bulan itu;
pada hari raya Pendamaian kamu harus memperdengarkan bunyi sangkakala itu
dimana-mana di seluruh negerimu. Barulah pada tahun yang ke-50 dalam rangkaian
hari raya pendamaian itu dirayakanlah tahun Yobel. Dengan demikian jelaslah
bagi kita bahwa tahun Yobel memiliki ciri khas historis berdasarkan paparan
Alkitab sebagai berikut: (1). Tahun Yobel adalah salah satu perayaan keagamaan
dalam tradisi Yahudi atau Israel. (2). Tahun Yobel diperingati pada tiap-tiap
tahun ke-50 dihitung dari awal peringatan tahun Sabat. Dalam Bahasa Inggris
ungkapan tahun ke-50 ini dikenal dengan
istilah Jubilee (Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Tahun_Yobel). (3). Dalam tradisi Yahudi, tahun Yobel
dirayakan bersamaan dengan Hari Raya Pendamaian (dalam bahasa Ibrani yom
kippur). (4). Perayaan ini dibuka dengan meniupkan sangkakala
(shofar) yang tidak hanya menjadi tanda dimulainya perayaan, tetapi juga
menjadi seruan pembebasan bagi para budak, termasuk pembebasan lahan pertanian
(Sumber: Ibid). (5). Perayaan tahun Yobel merupakan puncak dari Sabat (Sumber: www.tulang-elisa.org/tahun-yobel).
Dalam sumber id.wikipedia.org/wiki/Tahun_Yobel disebutkan bahwa secara etimologis asal kata yobel tidak
diketahui dengan pasti. Kata ini diduga berasal dari kata bahasa Ibrani ybl
(yovel) yang bisa berarti domba jantan atau tanduk domba jantan. Dalam tafsiran
penulis, pemaknaan tahun Yobel sebagai tahun pembebasan yang dikaitkan dengan
arti kata harafiahnya yaitu domba jantan adalah karena dalam konteks Perjanjian
Lama domba (khususnya domba jantan) seringkali dipakai sebagai simbol gambaran
kurban penebusan dosa. Dalam paparan etimologi yang terdapat dalam sumber id.wikipedia.org/wiki/Tahun_Yobel
disebutkan bahwa dalam beberapa teks Perjanjian Lama seperti di dalam Keluaran
19:13 dan Yosua pasal 6, kata ybl atau yovel ini diyakini menunjuk pada shofar.
Shofar (sangkakala) adalah tempat yang terbuat dari tanduk domba jantan dan
biasa dibunyikan pada permulaan perayaan Hari Raya Pendamaian.
YOBEL DAN NATAL: SEBUAH KORELASI ATAU PERTENTANGAN?
Dari berbagai uraian di atas maka dapat kita simpulkan bahwa
tahun Yobel memiliki makna penting sebaagai tahun pembebasan yang merupakan
puncak dari perayaan tahun sabat atau tahun perhentian. Kedua-duanya merupakan
momen yang khusus dan kudus bagi Tuhan. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya
adalah apakah tahun Yobel memiliki keterkaitan makna dengan peringatan dan perayaan
natal? Atau justru merupakan sebuah pertentangan?
Natal secara umum dimaknai sebagai hari kelahiran sebagaimana
arti harafiah dari kata natal adalah lahir atau kelahiran. Dalam konteks
kekristenan kemudian kata natal memiliki makna khusus terutama ketika dikaitkan
dengan momentum kelahiran Tuhan Yesus Kristus ke dalam dunia. DIA yang pada
mulanya adalah Firman yang kemudian menjadi sama dengan manusia dan berada di
tengah-tengah manusia untuk mengajar dan lebih khusus lagi melakukan tugas
penyelamatan Allah atas dosa-dosa manusia serta membebaskan manusia dari
hukuman kekal yang berujung kepada kematian kekal. Coba perhatikan kata
membebaskan yang penulis beri garis bawah dalam ungkapan di atas. Kelahiran
Yesus Kristus yang kita peringati dalam tiap-tiap momentum natal merupakan
cikal bakal pewujudnyataan rangkaian karya penyelamatan Allah dalam Yesus
Kristus atas dosa manusia yang sudah pasti berujung kepada maut. Tidak ada satu
manusia pun yang dapat terlepas dari hukuman kekal yang merupakan akibat dari
dosa Adam dan Hawa serta keturunannya termasuk kita. Oleh karena itu natal
sebagai cikal bakal karya penyelamatan dan pembebasan Allah melalui Yesus
Kristus terhadap manusia dari kungkungan dosa dan maut kekal tentulah memiliki
keterkaitan yang sangat erat dengan nilai pemaknaan yang terkandung dalam
perayaan tahun Yobel sebagai tahun pembebasan. Kelahiran Yesus Kristus yang
kita peringati dalam momentum natal tentulah menjadi cikal bakal jaminan
kebebasan manusia dari dosa dan maut, terutama bagi mereka yang percaya
kepada-Nya. Tahun Yobel yang dalam Perjanjian Lama memiliki makna pembebasan
terhadap para budak dan tanah, maka dalam Perjanjian Baru telah disempurnakan
menjadi pembebasan terhadap seluruh umat manusia dari perbudakan dosa, terutama
bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Sehingga dengan demikian kita tidak perlu
lagi menjadi hamba dosa melainkan hamba kebenaran. Selamat natal bagi kita
sekalian. Selamat menikmati dan menjalani hidup sebagai orang-orang yang telah
dibebaskan dan ditebus Tuhan dari dosa dan maut dengan harga yang mahal melalui
pengorbanannya di atas kayu salib dan keseluruhan rangkaian karya
penyelamatan-Nya atas kita. Selamat mengecap dan menjalani kebebasan yang telah
dianugerahkan Tuhan kepada kita melalui Yesus Kristus dengan penuh tanggung
jawab dan dalam hati yang tulus dan kudus untuk mempermuliakan nama Tuhan
melalui keseluruhan hidup yang kita jalani. Sekali lagi selamat natal dan tahun
baru. Tuhan memberkati kita sekalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar