Saudara-saudara,
ketika kita mendengar kata kerja “memerdekakan,” maka kita pasti akan langsung
teringat dengan kata yang mendasarinya yaitu “merdeka.” Kalau kita mau
mengingat kepada masa-masa perjuangan
meraih kemerdekaan Indonesia dulu maka kita pasti akan teringat juga
dengan semboyan yang pernah ada saat itu yaitu “merdeka atau mati.” Dengan
ungkapan ini secara kasat mata kita dapat melihat bahwa hidup para pejuang kala
itu hanya ada dalam dua pilihan. Merdeka berarti selamat, bebas dari kungkungan
penjajahan dan pasti akan beroleh hidup. Sementara mati berarti benar-benar
bebas dari kehidupan dunia ini dan kembali ke hadapan Sang Pencipta. Tentu
sebagai orang percaya kita yakin dan percaya bahwa kematian bukanlah akhir dari
segalanya melainkan awal dari kehidupan baru bersama dengan Tuhan dalam
kekekalan yang sejati. Tapi tentu kalau kita membayangkan konteks pejuang kala
itu, maka yang menjadi cita-cita mereka adalah merdeka dan bukan mati. Karena dengan
merdeka berarti kemenangan, keselamatan, kebebasan dari penjajahan dan tentunya
hidup yang berhakikat itu sendiri dapat diraih. Dan yang jelas sekali lagi saya
tekankan bahwa kemerdekaan yang kita raih butuh perjuangan bahkan tetes darah,
keringat bahkan nyawa dari para pejuang kebangsaan kita. Makanya sampai
sekarang di setiap upacara bendera selalu ada bagian mengheningkan cipta untuk
mengenang jasa para pahlawan. Pun di dalam salah satu lagu kebangsaan kita
selalu diingatkan bahwa hidup tiada mungkin tanpa perjuangan, tanpa
pengorbanan, demikian adanya, dan seterusnya.
Saudara-saudara,
di minggu sore hari ini saya mengajak saudara-saudara untuk merenungkan melalui
bagian bacaan kita 2 Korintus 3:1-18 tentang sebuah tema yaitu Roh Kudus
memerdekakan dan menghidupkan. Kalau kita perhatikan dengan seksama tema ini
maka kata memerdekakan di belakang kata Roh Kudus menunjukkan bahwa inisiatif
pemerdekaan kita dari dosa dan maut semata-mata berasal dari Allah melalui
Yesus Kristus dan peran Roh Kudus. Semua adalah karena pemberian dan anugerah
Allah. Oleh karena itu Alkitab dengan tegas mengatakan jangan ada yang
memegahkan diri karena semua bukan hasil usaha kita melainkan pemberian Allah.
Namun apakah dengan konteks dan konsep bahwa semua adalah pemberian Allah,
berarti Tuhan hanya ingin kita pasif saja? Ternyata tidak saudara-saudara.
Tuhan memanggil kita untuk menjadi bagian dari persekutuan orang-orang yang
percaya kepada-Nya. Ia rindu menanamkan iman percaya di dalam hati kita. Dan Ia
rindu agar kita mau meresponi dengan sepenuh kesadaran, kerinduan kita kepada
Tuhan serta kedewasaan kita panggilan Tuhan atas kita untuk menjadi orang-orang
percaya, dimana kita benar-benar percaya dan mengaku secara pribadi serta
menjadikan Tuhan Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan juruselamat di
dalam kehidupan kita. Secara faktual dalam kehidupan bergereja hal itu ditandai
dengan memberi diri dibaptis, menjadi bagian dari satu keanggotaan gerejawi dan
mengambil bagian dalam pelayanan gerejawi dimana kita berada dan ditempatka n
Tuhan di dalam jemaat-Nya yang kudus. Bahkan lebih dalam lagi memelihara hidup
kudus dalam pimpinan, tuntunan dan pemeliharaan Tuhan karena kita adalah umat
gembalaan-Nya yang telah dipanggil keluar dari kegelapan menuju terang-Nya yang
ajaib. Sebagaimana kata qadosy sendiri bermakna dipisahkan dari yang lain. Atau
dengan kata lain dikhususkan menjadi umat Allah yang kudus. Kita yang
seharusnya menerima hukuman dosa yang adalah maut itu telah dipilih dan
ditetapkan Allah melalui Yesus Kristus dan peran Roh Kudus untuk diangkat
menjadi anak-anak Allah dan memperoleh bagian sebagai warga Kerajaan Allah. Makanya kita seringkali dikatakan
sebasgai warga Kerajaan Allah yang ditempatkan Tuhan di tengah dunia ini.
Karena memang menurut janji Allah maka kewargaan kita bukanlah warga dunia ini
melainkan warga Kerajaan Sorga. Modalnya hanyalah percaya karena kita
diselamatkan karena iman.
Tapi yang menjadi
persoalan kemudian adalah apakah percaya saja cukup? Ternyata tidak juga
saudara-saudara. Alkitab dengan jelas mengungkapkan bahwa kita perlu
mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar. Dalam ungkapan Yesus
Kristus kepada para murid di Taman Getsemani, Ia dengan tegas berkata:
berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu tidak jatuh ke dalam pencobaan.
Ternyata kita perlu berdoa dan bekerja saudara-saudara. Jadi dengan kata lain,
antara berdoa dengan bekerja haruslah seimbang. Dan untuk setiap pekerjaan yang
kita lakukan yang tentunya kesemuanya itu adalah untuk mempermuliakan nama
Tuhan kita perlu melandasinya dengan doa. Karena melalui doa kita sedang
meminta pimpinan Tuhan. Melalui doa kita sedang meminta tuntunan Roh Kudus agar
melalui pekerjaan yang kita lakukan maka kita dapat mempermuliakan Tuhan.
Kalau kita mau
kembali kepada bagian bacaan kita saudara-saudara, di situ akan dengan jelas
kita temukan tentang peran Roh Kudus sebagai pribadi ketiga dari Allah
Tritunggal yang tidak lain adalah Allah sendiri yang memerdekakan dan
menghidupkan. Tentu kita sudah sama-sama tahu bahwa kemerdekaan dan keselamatan
yang kita raih sebagai anugerah dari Tuhan itu diwujudnyatakan melalui karya
penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus, yaitu melalui kematian dan
kebangkitan-Nya. Dan hingga kini kita pun sudah sama-sama tahu bahwa Yesus
Kristus telah naik ke Sorga dan telah kembali duduk di sebelah kanan Allah BAPA
sebelum nantinya akan kembali sebagai hakim yang adil untuk yang kedua kali.
Dan kita juga sudah sama-sama tahu bahwa sebelum kenaikan-Nya ke Sorga, Kristus
menjanjikan penolong yang lain yaitu Roh Kudus yang adalah Allah sendiri yang
akan terus menyertai kehidupan para murid dan juga kehidupan kita sampai dengan
saat ini bahkan sampai akhir zaman. Itulah janji-Nya yang dituliskan di dalam
Alkitab dan yang dengan iman kita percaya bahwa hal itu pasti akan terjadi.
Bahkan ketika kita sekarang sedang berada dalam momentum peringatan pentakosta,
hendaknya kita semakin disadarkan tentang pentingnya peran Roh Kudus di dalam
hidup kita. Ia yang menginsafkan kita akan dosa. Ia yang mengingatkan kita kepada
Firman dan mengarahkan kita kepada kebenaran. Ia yang akan terus berupaya
meluruskan jalan-jalan hidup kita sehingga kita dapat benar-benar menjadi
orang-orang yang berkenan di hadapan Tuhan. Ia memimpin kita kepada hidup dan
menjauhkan kita daripada kebinasaan. Bahkan Ia ada di dalam hati kita. Ia
berperan melalui suara hati kita. Oleh karena itu kita perlu terus mengasah
hati nurani kita supaya tidak menjadi tumpul melalui ketekunan kita dalam doa
dan perenungan Firman Tuhan.
Secara jelas ayat
ke-17 dari 2 Korintus pasal 3 mengungkapkan dan mempersaksikan “Sebab Tuhan
adalah Roh. Dan dimana ada Roh Allah di situ ada kemerdekaan...” Yang menjadi
pertanyaan adalah kenapa kita masih perlu peran Roh Kudus untuk memerdekakan
kita? Apakah karya penebusan Kristus tidak cukup menjadi jaminan bahwa kita
telah dimerdekakan? Jawabannya adalah karena kita masih hidup di dalam dunia.
Dan sebagai manusia yang masih punya kedagingan dibarengi dengan tawaran dunia
yang beraneka ragam dan menggiurkan, maka kita masih perlu pimpinan dan
tuntunan Roh Kudus agar kita tidak kembali terjerat di dalam dosa melainkan
kita sungguh-sungguh dapat menjadi hamba kebenaran dan bukan hamba dosa. Kenapa
demikian saudara? Karena Alkitab berkata bahwa iblis berkeliling. Ia mengaum
seperti singa yang hendak memangsa dan menjerat manusia termasuk kita
orang-orang percaya untuk kembali ditarik menjadi bagian dari kawanannya karena
ia tidak mau masuk neraka sendirian. Kita juga perlu menyadari bahwa Roh memang
penurut tetapi daging lemah. Itulah sebabnya kita butuh peran Roh Kudus yang
memerdekakan dan menghidupkan. Bahkan kalau kita lihat di dalam bagian bacaan
kita maka akan terlihat peran Roh Kudus yang menghidupkan pelayanan yang
dilakukan oleh Paulus dan para pelayan perjanjian baru, khususnya di Jemaat
Korintus. Bahkan peran Roh Kudus yang menghidupkan pelayanan itu terlihat nyata
melalui gambaran Jemaat Korintus yang digambarkan oleh Paulus di dalam ayat
yang ke-3 dimana mereka disebut sebagai surat Kristus. Artinya di sini mereka adalah
jemaat yang menyukakan hati Tuhan. Dengan kata lain mereka telah menjadi
orang-orang yang sungguh-sungguh lahir baru. Dilahirkan kembali menurut Roh dan
bukan sekedar menurut hukum-hukum tertulis. Bahkan Paulus menekankan tentang
hal ini di dalam ayat yang ke-6, bahwa hukum tertulis itu mematikan tetapi Roh
menghidupkan. Apakah itu berarti hukum menjadi tidak berguna? Tentu saja tidak
saudara-saudara. Karena Alkitab sendiri mempersaksikan bahwa Yesus datang bukan
untuk meniadakan hukum taurat tetapi untuk memperbaharuinya. Hal ini mau
menggambarkan bahwa di mata Tuhan dan di tangan Tuhan, hukum tidak lagi menjadi
sesuatu yang kaku, yang hanya berisi aturan-aturan yang baku tanpa nilai
fleksibilitas sama sekali. Sebut saja contoh mengenai hukum hari Sabat. Para
guru Yahudi secara sah dan meyakinkan mengatakan bahwa setiap orang tanpa
terkecuali tidak boleh mengerjakan apapun di hari sabat. Tapi Yesus Kristus
mendobrak akan hal itu dan berupaya melakukan pembaharuan atasnya. Satu hal
yang perlu kita sadari bersama adalah bahwa hukum yang terutama adalah hukum
kasih sebagaimana telah diajarkan-Nya kepada kita. Kasihilah Tuhan Allahmu,
kasihilah sesamamu manusia dan bahkan kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi
mereka. Hal itu tidak lain dan tidak bukan adalah karena Allah sendiri adalah
kasih. Barangsiapa tinggal di dalam kasih, maka ia tinggal di dalam Allah dan
Allah di dalam dia.
Kalau kita mau
melihat contoh tentang cara hidup jemaat yang pertama dalam Kisah Para Rasul
pasal yang kedua, maka di sana akan sangat terlihat dimana masing-masing
anggota jemaat saling mengasihi. Pun mereka hidup dalam pimpinan dan penyertaan
Roh Kudus, sehingga hasilnya pun tampak nyata bahwa mereka tidak hanya
bertumbuh secara kualitas melainkan juga kuantitas dimana jumlah mereka terus
ditambahkan oleh Tuhan dari hari ke sehari.
Saudara-saudara,
bagaimana dengan kita saat ini? Apakah kita sungguh-sungguh meyakini bahwa Roh
Kudus sungguh-sungguh berperan di dalam hidup kita? Bahkan juga di dalam
pelayanan yang sedang kita kembangkan saat ini? Apakah kita sungguh-sungguh
meyakini bahwa Roh Kudus adalah Roh yang akan senantiasa memerdekakan dan
menghidupkan? Jika ya, marilah kita sama-sama bertekad untuk sungguh-sungguh
hidup di dalam Roh yang akan senantiasa memperbaharui diri dan hidup kita.
Marilah kita terus berlatih bukan hanya dengan latihan badani yang terbatas
gunanya tetapi juga melalui ketekunan kita dalam ibadah kita dan persekutuan
kita dengan Tuhan, pun dengan sesama orang percaya. Dari sanalah kita akan
dapat senantiasa merasakan dan mengalami kekuatan Roh Kudus yang memerdekakan
dan menghidupkan. Kiranya Tuhan melalui Roh Kudus-Nya senantiasa memimpin,
menyertai dan memberkati kita sekalian. Amin.