Minggu, 22 Juni 2014

ROH KUDUS MEMERDEKAKAN DAN MENGHIDUPKAN (2 KORINTUS 3:1-18)

                                              

                Saudara-saudara, ketika kita mendengar kata kerja “memerdekakan,” maka kita pasti akan langsung teringat dengan kata yang mendasarinya yaitu “merdeka.” Kalau kita mau mengingat kepada masa-masa perjuangan  meraih kemerdekaan Indonesia dulu maka kita pasti akan teringat juga dengan semboyan yang pernah ada saat itu yaitu “merdeka atau mati.” Dengan ungkapan ini secara kasat mata kita dapat melihat bahwa hidup para pejuang kala itu hanya ada dalam dua pilihan. Merdeka berarti selamat, bebas dari kungkungan penjajahan dan pasti akan beroleh hidup. Sementara mati berarti benar-benar bebas dari kehidupan dunia ini dan kembali ke hadapan Sang Pencipta. Tentu sebagai orang percaya kita yakin dan percaya bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya melainkan awal dari kehidupan baru bersama dengan Tuhan dalam kekekalan yang sejati. Tapi tentu kalau kita membayangkan konteks pejuang kala itu, maka yang menjadi cita-cita mereka adalah merdeka dan bukan mati. Karena dengan merdeka berarti kemenangan, keselamatan, kebebasan dari penjajahan dan tentunya hidup yang berhakikat itu sendiri dapat diraih. Dan yang jelas sekali lagi saya tekankan bahwa kemerdekaan yang kita raih butuh perjuangan bahkan tetes darah, keringat bahkan nyawa dari para pejuang kebangsaan kita. Makanya sampai sekarang di setiap upacara bendera selalu ada bagian mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para pahlawan. Pun di dalam salah satu lagu kebangsaan kita selalu diingatkan bahwa hidup tiada mungkin tanpa perjuangan, tanpa pengorbanan, demikian adanya, dan seterusnya.
                Saudara-saudara, di minggu sore hari ini saya mengajak saudara-saudara untuk merenungkan melalui bagian bacaan kita 2 Korintus 3:1-18 tentang sebuah tema yaitu Roh Kudus memerdekakan dan menghidupkan. Kalau kita perhatikan dengan seksama tema ini maka kata memerdekakan di belakang kata Roh Kudus menunjukkan bahwa inisiatif pemerdekaan kita dari dosa dan maut semata-mata berasal dari Allah melalui Yesus Kristus dan peran Roh Kudus. Semua adalah karena pemberian dan anugerah Allah. Oleh karena itu Alkitab dengan tegas mengatakan jangan ada yang memegahkan diri karena semua bukan hasil usaha kita melainkan pemberian Allah. Namun apakah dengan konteks dan konsep bahwa semua adalah pemberian Allah, berarti Tuhan hanya ingin kita pasif saja? Ternyata tidak saudara-saudara. Tuhan memanggil kita untuk menjadi bagian dari persekutuan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Ia rindu menanamkan iman percaya di dalam hati kita. Dan Ia rindu agar kita mau meresponi dengan sepenuh kesadaran, kerinduan kita kepada Tuhan serta kedewasaan kita panggilan Tuhan atas kita untuk menjadi orang-orang percaya, dimana kita benar-benar percaya dan mengaku secara pribadi serta menjadikan Tuhan Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan juruselamat di dalam kehidupan kita. Secara faktual dalam kehidupan bergereja hal itu ditandai dengan memberi diri dibaptis, menjadi bagian dari satu keanggotaan gerejawi dan mengambil bagian dalam pelayanan gerejawi dimana kita berada dan ditempatka n Tuhan di dalam jemaat-Nya yang kudus. Bahkan lebih dalam lagi memelihara hidup kudus dalam pimpinan, tuntunan dan pemeliharaan Tuhan karena kita adalah umat gembalaan-Nya yang telah dipanggil keluar dari kegelapan menuju terang-Nya yang ajaib. Sebagaimana kata qadosy sendiri bermakna dipisahkan dari yang lain. Atau dengan kata lain dikhususkan menjadi umat Allah yang kudus. Kita yang seharusnya menerima hukuman dosa yang adalah maut itu telah dipilih dan ditetapkan Allah melalui Yesus Kristus dan peran Roh Kudus untuk diangkat menjadi anak-anak Allah dan memperoleh bagian sebagai warga Kerajaan  Allah. Makanya kita seringkali dikatakan sebasgai warga Kerajaan Allah yang ditempatkan Tuhan di tengah dunia ini. Karena memang menurut janji Allah maka kewargaan kita bukanlah warga dunia ini melainkan warga Kerajaan Sorga. Modalnya hanyalah percaya karena kita diselamatkan karena iman.
                Tapi yang menjadi persoalan kemudian adalah apakah percaya saja cukup? Ternyata tidak juga saudara-saudara. Alkitab dengan jelas mengungkapkan bahwa kita perlu mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar. Dalam ungkapan Yesus Kristus kepada para murid di Taman Getsemani, Ia dengan tegas berkata: berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu tidak jatuh ke dalam pencobaan. Ternyata kita perlu berdoa dan bekerja saudara-saudara. Jadi dengan kata lain, antara berdoa dengan bekerja haruslah seimbang. Dan untuk setiap pekerjaan yang kita lakukan yang tentunya kesemuanya itu adalah untuk mempermuliakan nama Tuhan kita perlu melandasinya dengan doa. Karena melalui doa kita sedang meminta pimpinan Tuhan. Melalui doa kita sedang meminta tuntunan Roh Kudus agar melalui pekerjaan yang kita lakukan maka kita dapat mempermuliakan Tuhan.
                Kalau kita mau kembali kepada bagian bacaan kita saudara-saudara, di situ akan dengan jelas kita temukan tentang peran Roh Kudus sebagai pribadi ketiga dari Allah Tritunggal yang tidak lain adalah Allah sendiri yang memerdekakan dan menghidupkan. Tentu kita sudah sama-sama tahu bahwa kemerdekaan dan keselamatan yang kita raih sebagai anugerah dari Tuhan itu diwujudnyatakan melalui karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus, yaitu melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Dan hingga kini kita pun sudah sama-sama tahu bahwa Yesus Kristus telah naik ke Sorga dan telah kembali duduk di sebelah kanan Allah BAPA sebelum nantinya akan kembali sebagai hakim yang adil untuk yang kedua kali. Dan kita juga sudah sama-sama tahu bahwa sebelum kenaikan-Nya ke Sorga, Kristus menjanjikan penolong yang lain yaitu Roh Kudus yang adalah Allah sendiri yang akan terus menyertai kehidupan para murid dan juga kehidupan kita sampai dengan saat ini bahkan sampai akhir zaman. Itulah janji-Nya yang dituliskan di dalam Alkitab dan yang dengan iman kita percaya bahwa hal itu pasti akan terjadi. Bahkan ketika kita sekarang sedang berada dalam momentum peringatan pentakosta, hendaknya kita semakin disadarkan tentang pentingnya peran Roh Kudus di dalam hidup kita. Ia yang menginsafkan kita akan dosa. Ia yang mengingatkan kita kepada Firman dan mengarahkan kita kepada kebenaran. Ia yang akan terus berupaya meluruskan jalan-jalan hidup kita sehingga kita dapat benar-benar menjadi orang-orang yang berkenan di hadapan Tuhan. Ia memimpin kita kepada hidup dan menjauhkan kita daripada kebinasaan. Bahkan Ia ada di dalam hati kita. Ia berperan melalui suara hati kita. Oleh karena itu kita perlu terus mengasah hati nurani kita supaya tidak menjadi tumpul melalui ketekunan kita dalam doa dan perenungan Firman Tuhan.
                Secara jelas ayat ke-17 dari 2 Korintus pasal 3 mengungkapkan dan mempersaksikan “Sebab Tuhan adalah Roh. Dan dimana ada Roh Allah di situ ada kemerdekaan...” Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa kita masih perlu peran Roh Kudus untuk memerdekakan kita? Apakah karya penebusan Kristus tidak cukup menjadi jaminan bahwa kita telah dimerdekakan? Jawabannya adalah karena kita masih hidup di dalam dunia. Dan sebagai manusia yang masih punya kedagingan dibarengi dengan tawaran dunia yang beraneka ragam dan menggiurkan, maka kita masih perlu pimpinan dan tuntunan Roh Kudus agar kita tidak kembali terjerat di dalam dosa melainkan kita sungguh-sungguh dapat menjadi hamba kebenaran dan bukan hamba dosa. Kenapa demikian saudara? Karena Alkitab berkata bahwa iblis berkeliling. Ia mengaum seperti singa yang hendak memangsa dan menjerat manusia termasuk kita orang-orang percaya untuk kembali ditarik menjadi bagian dari kawanannya karena ia tidak mau masuk neraka sendirian. Kita juga perlu menyadari bahwa Roh memang penurut tetapi daging lemah. Itulah sebabnya kita butuh peran Roh Kudus yang memerdekakan dan menghidupkan. Bahkan kalau kita lihat di dalam bagian bacaan kita maka akan terlihat peran Roh Kudus yang menghidupkan pelayanan yang dilakukan oleh Paulus dan para pelayan perjanjian baru, khususnya di Jemaat Korintus. Bahkan peran Roh Kudus yang menghidupkan pelayanan itu terlihat nyata melalui gambaran Jemaat Korintus yang digambarkan oleh Paulus di dalam ayat yang ke-3 dimana mereka disebut sebagai surat Kristus. Artinya di sini mereka adalah jemaat yang menyukakan hati Tuhan. Dengan kata lain mereka telah menjadi orang-orang yang sungguh-sungguh lahir baru. Dilahirkan kembali menurut Roh dan bukan sekedar menurut hukum-hukum tertulis. Bahkan Paulus menekankan tentang hal ini di dalam ayat yang ke-6, bahwa hukum tertulis itu mematikan tetapi Roh menghidupkan. Apakah itu berarti hukum menjadi tidak berguna? Tentu saja tidak saudara-saudara. Karena Alkitab sendiri mempersaksikan bahwa Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum taurat tetapi untuk memperbaharuinya. Hal ini mau menggambarkan bahwa di mata Tuhan dan di tangan Tuhan, hukum tidak lagi menjadi sesuatu yang kaku, yang hanya berisi aturan-aturan yang baku tanpa nilai fleksibilitas sama sekali. Sebut saja contoh mengenai hukum hari Sabat. Para guru Yahudi secara sah dan meyakinkan mengatakan bahwa setiap orang tanpa terkecuali tidak boleh mengerjakan apapun di hari sabat. Tapi Yesus Kristus mendobrak akan hal itu dan berupaya melakukan pembaharuan atasnya. Satu hal yang perlu kita sadari bersama adalah bahwa hukum yang terutama adalah hukum kasih sebagaimana telah diajarkan-Nya kepada kita. Kasihilah Tuhan Allahmu, kasihilah sesamamu manusia dan bahkan kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka. Hal itu tidak lain dan tidak bukan adalah karena Allah sendiri adalah kasih. Barangsiapa tinggal di dalam kasih, maka ia tinggal di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
                Kalau kita mau melihat contoh tentang cara hidup jemaat yang pertama dalam Kisah Para Rasul pasal yang kedua, maka di sana akan sangat terlihat dimana masing-masing anggota jemaat saling mengasihi. Pun mereka hidup dalam pimpinan dan penyertaan Roh Kudus, sehingga hasilnya pun tampak nyata bahwa mereka tidak hanya bertumbuh secara kualitas melainkan juga kuantitas dimana jumlah mereka terus ditambahkan oleh Tuhan dari hari ke sehari.
                Saudara-saudara, bagaimana dengan kita saat ini? Apakah kita sungguh-sungguh meyakini bahwa Roh Kudus sungguh-sungguh berperan di dalam hidup kita? Bahkan juga di dalam pelayanan yang sedang kita kembangkan saat ini? Apakah kita sungguh-sungguh meyakini bahwa Roh Kudus adalah Roh yang akan senantiasa memerdekakan dan menghidupkan? Jika ya, marilah kita sama-sama bertekad untuk sungguh-sungguh hidup di dalam Roh yang akan senantiasa memperbaharui diri dan hidup kita. Marilah kita terus berlatih bukan hanya dengan latihan badani yang terbatas gunanya tetapi juga melalui ketekunan kita dalam ibadah kita dan persekutuan kita dengan Tuhan, pun dengan sesama orang percaya. Dari sanalah kita akan dapat senantiasa merasakan dan mengalami kekuatan Roh Kudus yang memerdekakan dan menghidupkan. Kiranya Tuhan melalui Roh Kudus-Nya senantiasa memimpin, menyertai dan memberkati kita sekalian. Amin.



Sabtu, 14 Juni 2014

HIDUP DENGAN KEKUATAN ROH KUDUS (1 Tesalonika 1:2-10; Matius 26:41)

                                                              
                Saudara-saudara, sungguh merupakan sebuah kebahagiaan besar bahwa kita sudah boleh melalui dengan indah masa peringatan kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke Sorga dan kini kita boleh berada di masa-masa peringatan turunnya Roh Kudus atau yang biasa kita kenal dengan istilah Pentakosta. Sebuah masa dimana Roh Kudus dicurahkan ke dalam diri para murid Yesus sebagai bukti penggenapan janji Yesus Kristus bahwa Dia akan menyediakan penolong yang lain yaitu Roh Kudus yang merupakan pribadi ketiga dari Allah Tritunggal dan yang adalah Allah sendiri. Dengan demikian nyatalah bahwa penyertaan Allah tak pernah berkesudahan. Saudara-saudara bisa perhatikan pernyataan ini: “Penyertaan Allah tidak pernah berkesudahan.” Dalam konteks pencurahan Roh Kudus maka penyertaan Allah dinyatakan melalui karya dan kekuatan Roh Kudus di dalam hidup para murid bahkan di dalam hidup setiap kita sampai dengan saat ini. Kemudian akan muncul pertanyaan paling mendasar. Kenapa kita memerlukan penyertaan dan bahkan kekuatan Roh Kudus di dalam hidup kita? Apakah kita sebagai manusia adalah sosok yang begitu lemah sehingga kita membutuhkan Roh Kudus yang tidak lain adalah pribadi Allah sendiri yang menyertai dan terus akan menguatkan dan meneguhkan kita? Injil Matius 26:41 dengan tegas mengungkapkan kebenaran fakta tentang manusia, yaitu bahwa Roh memang penurut tetapi daging lemah. Yang menjadi pertanyaan di sini adalah Roh siapa yang dikatakan penurut itu? Kalau kita berbicara mengenai daging yang lemah, maka kita bisa dengan cepat mengetahui bahwa daging yang dimaksud adalah kemanusiawian kita. Dosa telah membuat manusia kehilangan kemuliaan Allah. Dosa telah membuat hubungan antara manusia dengan Allah menjadi terputus. Kehilangan kemuliaan Allah yang dialami oleh manusia telah membuat gambar dan keberadaan diri manusia berubah seketika. Dari oknum yang dipercaya penuh oleh Allah bahwa manusia akan dapat memenuhi seluruh mandat Allah kepadanya menjadi oknum yang tidak seratus persen bisa dipercaya. Dengan kata lain ada kecenderungan untuk tidak bisa dipercaya. Dengan demikian manusia tidak selamanya bisa dipercaya untuk berada di jalur atau koridor yang baik dan benar. Manusia bisa salah jalan. Manusia bisa salah langkah. Dan gambaran yang paling jelas di dalam Alkitab yang menunjukkan saat-saat dimana manusia salah dalam memilih jalan dan langkah dengan kehendak bebasnya adalah ketika Adam dan Hawa lebih memilih untuk melakukan pembiaran ketika dirinya diperdaya iblis untuk memakan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat yang sesungguhnya Allah melarang mereka untuk memakannya ketimbang mematuhi dan menaati mandat Allah. Dosa menjadikan manusia menjadi cemar dan lemah karena manusia sudah kehilangan kemuliaan Allah. Bahkan manusia memiliki kecenderungan untuk acap kali dikuasai hawa nafsu yang tidak jarang berujung pada nafsu jahat. Kehilangan kemuliaan Allah dan putusnya hubungan antara manusia dengan Allah menjadikan manusia memiliki kecenderungan memberontak dan melepaskan diri dari kontrol Allah dan dengan demikian manusia lebih cenderung untuk mengandalkan kekuatannya sendiri tanpa mau menghiraukan bahwa dirinya yang sesungguhnya lemah itu membutuhkan kekuatan Allah yang Maha Kuat. Dengan demikian nyatalah bagi kita bahwa Roh yang penurut yang dimaksudkan di dalam Alkitab menunjuk kepada Roh Kudus yang ditinggalkan Allah bagi kita. Yang bersemayam di dalam hati dan pikiran kita. Persoalannya bagi kita adalah kita seringkali melupakan bahwa ada peran Roh Kudus dalam segenap kehidupan kita. Ada peran Roh Kudus dalam segenap langkah hidup kita. Dan oleh karena itu kita perlu mengakui segenap kelemahan kita di hadapan Tuhan. Dan kita perlu memohon curahan Roh Kudus yang akan senantiasa menuntun, menguatkan dan meneguhkan langkah hidup kita. Karena di dalam hidup ini tidak selalu hanya akan ada matahari tanpa ada hujan dan badai. Tapi dengan kekuatan Roh Kudus kita dimampukan Tuhan untuk melewati berbagai badai kehidupan yang ada di dalam hidup kita. Kuncinya adalah kita perlu terus beriman dan berpengharapan kepada Tuhan, karena Alkitab berkata dengan iman sebesar biji sesawi pun kita dapat memindahkan gunung. Gunung yang dimaksud adalah gunung persoalan kehidupan kita, gunung kegundahan, gunung ketidakdamaian dan ketidaksejahteraan. Dengan kata lain masalah dan pergumulan boleh datang silih berganti. Tetapi kita boleh beroleh kepastian bahwa di dalam Tuhan kita cakap menanggung segala perkara.

                Mengungkapkan akan hal ini begitu mudah saudara-saudara. Tapi dalam pelaksanaannya tidak semudah itu. Sebagai manusia, apalagi yang hidup di kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya kita acap kali terjebak dengan mobilitas kehidupan kita. Hal itu membuat kita acap kali tidak punya waktu dan tidak terbiasa untuk berpikir dan berdiam diri. Bertanya pada Tuhan dan meminta pimpinan Roh Kudus tentang berbagai hal yang akan kita lakukan. Dan bertanya pada Tuhan akan perkenana n Tuhan atas apa yang hendak kita lakukan. Tidak jarang kekurangan waktu dan ketidakterbiasaan kita untuk merenung dan berdiam diri di hadapan Tuhan itu menjadikan kita salah jalan, salah langkah dan salah persepsi. Tidak jarang kesalahan yang kita lakukan mendukakan hati sesama kita bahkan lebih jauh lagi mendukakan hati Tuhan. Ketika kita sungguh-sungguh menyadari bahwa peran Roh Kudus adalah menginsafkan orang akan dosa dan Firman Tuhan sebagaimana tercatat juga di dalam surat 1 Tesalonika 1:5, maka sudah barang tentu kita akan berkata bahwa kita perlu peran Roh Kudus di dalam hidup kita. Kita perlu kekuatan Roh Kudus yang akan terus menguatkan dan meneguhkan langkah hidup kita, terutama ketika kita menjadi lemah di dalam kemanusiawian kita. Kita sepatutnya senantiasa bersyukur bahwa Tuhan menempatkan Roh Kudus-Nya di dalam hati kita. Dia berperan melalui suara hati kita senantiasa. Suara hati yang senantiasa menegur dan mengarahkan kita kepada kebenaran. Oleh karena itu kita perlu terus mengasah suara hati kita agar tidak menjadi tumpul. Kita perlu terus bertekun dalam doa dan kebenaran Firman Tuhan, baik dalam perenungan dan permenungan kita secara pribadi maupun dalam persekutuan orang percaya. Kiranya Tuhan senantiasa menguatkan dan meneguhkan langkah hidup kita melalui Roh Kudus-Nya yang akan senantiasa menolong kita. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.