Sabtu, 14 Juni 2014

HIDUP DENGAN KEKUATAN ROH KUDUS (1 Tesalonika 1:2-10; Matius 26:41)

                                                              
                Saudara-saudara, sungguh merupakan sebuah kebahagiaan besar bahwa kita sudah boleh melalui dengan indah masa peringatan kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke Sorga dan kini kita boleh berada di masa-masa peringatan turunnya Roh Kudus atau yang biasa kita kenal dengan istilah Pentakosta. Sebuah masa dimana Roh Kudus dicurahkan ke dalam diri para murid Yesus sebagai bukti penggenapan janji Yesus Kristus bahwa Dia akan menyediakan penolong yang lain yaitu Roh Kudus yang merupakan pribadi ketiga dari Allah Tritunggal dan yang adalah Allah sendiri. Dengan demikian nyatalah bahwa penyertaan Allah tak pernah berkesudahan. Saudara-saudara bisa perhatikan pernyataan ini: “Penyertaan Allah tidak pernah berkesudahan.” Dalam konteks pencurahan Roh Kudus maka penyertaan Allah dinyatakan melalui karya dan kekuatan Roh Kudus di dalam hidup para murid bahkan di dalam hidup setiap kita sampai dengan saat ini. Kemudian akan muncul pertanyaan paling mendasar. Kenapa kita memerlukan penyertaan dan bahkan kekuatan Roh Kudus di dalam hidup kita? Apakah kita sebagai manusia adalah sosok yang begitu lemah sehingga kita membutuhkan Roh Kudus yang tidak lain adalah pribadi Allah sendiri yang menyertai dan terus akan menguatkan dan meneguhkan kita? Injil Matius 26:41 dengan tegas mengungkapkan kebenaran fakta tentang manusia, yaitu bahwa Roh memang penurut tetapi daging lemah. Yang menjadi pertanyaan di sini adalah Roh siapa yang dikatakan penurut itu? Kalau kita berbicara mengenai daging yang lemah, maka kita bisa dengan cepat mengetahui bahwa daging yang dimaksud adalah kemanusiawian kita. Dosa telah membuat manusia kehilangan kemuliaan Allah. Dosa telah membuat hubungan antara manusia dengan Allah menjadi terputus. Kehilangan kemuliaan Allah yang dialami oleh manusia telah membuat gambar dan keberadaan diri manusia berubah seketika. Dari oknum yang dipercaya penuh oleh Allah bahwa manusia akan dapat memenuhi seluruh mandat Allah kepadanya menjadi oknum yang tidak seratus persen bisa dipercaya. Dengan kata lain ada kecenderungan untuk tidak bisa dipercaya. Dengan demikian manusia tidak selamanya bisa dipercaya untuk berada di jalur atau koridor yang baik dan benar. Manusia bisa salah jalan. Manusia bisa salah langkah. Dan gambaran yang paling jelas di dalam Alkitab yang menunjukkan saat-saat dimana manusia salah dalam memilih jalan dan langkah dengan kehendak bebasnya adalah ketika Adam dan Hawa lebih memilih untuk melakukan pembiaran ketika dirinya diperdaya iblis untuk memakan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat yang sesungguhnya Allah melarang mereka untuk memakannya ketimbang mematuhi dan menaati mandat Allah. Dosa menjadikan manusia menjadi cemar dan lemah karena manusia sudah kehilangan kemuliaan Allah. Bahkan manusia memiliki kecenderungan untuk acap kali dikuasai hawa nafsu yang tidak jarang berujung pada nafsu jahat. Kehilangan kemuliaan Allah dan putusnya hubungan antara manusia dengan Allah menjadikan manusia memiliki kecenderungan memberontak dan melepaskan diri dari kontrol Allah dan dengan demikian manusia lebih cenderung untuk mengandalkan kekuatannya sendiri tanpa mau menghiraukan bahwa dirinya yang sesungguhnya lemah itu membutuhkan kekuatan Allah yang Maha Kuat. Dengan demikian nyatalah bagi kita bahwa Roh yang penurut yang dimaksudkan di dalam Alkitab menunjuk kepada Roh Kudus yang ditinggalkan Allah bagi kita. Yang bersemayam di dalam hati dan pikiran kita. Persoalannya bagi kita adalah kita seringkali melupakan bahwa ada peran Roh Kudus dalam segenap kehidupan kita. Ada peran Roh Kudus dalam segenap langkah hidup kita. Dan oleh karena itu kita perlu mengakui segenap kelemahan kita di hadapan Tuhan. Dan kita perlu memohon curahan Roh Kudus yang akan senantiasa menuntun, menguatkan dan meneguhkan langkah hidup kita. Karena di dalam hidup ini tidak selalu hanya akan ada matahari tanpa ada hujan dan badai. Tapi dengan kekuatan Roh Kudus kita dimampukan Tuhan untuk melewati berbagai badai kehidupan yang ada di dalam hidup kita. Kuncinya adalah kita perlu terus beriman dan berpengharapan kepada Tuhan, karena Alkitab berkata dengan iman sebesar biji sesawi pun kita dapat memindahkan gunung. Gunung yang dimaksud adalah gunung persoalan kehidupan kita, gunung kegundahan, gunung ketidakdamaian dan ketidaksejahteraan. Dengan kata lain masalah dan pergumulan boleh datang silih berganti. Tetapi kita boleh beroleh kepastian bahwa di dalam Tuhan kita cakap menanggung segala perkara.

                Mengungkapkan akan hal ini begitu mudah saudara-saudara. Tapi dalam pelaksanaannya tidak semudah itu. Sebagai manusia, apalagi yang hidup di kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya kita acap kali terjebak dengan mobilitas kehidupan kita. Hal itu membuat kita acap kali tidak punya waktu dan tidak terbiasa untuk berpikir dan berdiam diri. Bertanya pada Tuhan dan meminta pimpinan Roh Kudus tentang berbagai hal yang akan kita lakukan. Dan bertanya pada Tuhan akan perkenana n Tuhan atas apa yang hendak kita lakukan. Tidak jarang kekurangan waktu dan ketidakterbiasaan kita untuk merenung dan berdiam diri di hadapan Tuhan itu menjadikan kita salah jalan, salah langkah dan salah persepsi. Tidak jarang kesalahan yang kita lakukan mendukakan hati sesama kita bahkan lebih jauh lagi mendukakan hati Tuhan. Ketika kita sungguh-sungguh menyadari bahwa peran Roh Kudus adalah menginsafkan orang akan dosa dan Firman Tuhan sebagaimana tercatat juga di dalam surat 1 Tesalonika 1:5, maka sudah barang tentu kita akan berkata bahwa kita perlu peran Roh Kudus di dalam hidup kita. Kita perlu kekuatan Roh Kudus yang akan terus menguatkan dan meneguhkan langkah hidup kita, terutama ketika kita menjadi lemah di dalam kemanusiawian kita. Kita sepatutnya senantiasa bersyukur bahwa Tuhan menempatkan Roh Kudus-Nya di dalam hati kita. Dia berperan melalui suara hati kita senantiasa. Suara hati yang senantiasa menegur dan mengarahkan kita kepada kebenaran. Oleh karena itu kita perlu terus mengasah suara hati kita agar tidak menjadi tumpul. Kita perlu terus bertekun dalam doa dan kebenaran Firman Tuhan, baik dalam perenungan dan permenungan kita secara pribadi maupun dalam persekutuan orang percaya. Kiranya Tuhan senantiasa menguatkan dan meneguhkan langkah hidup kita melalui Roh Kudus-Nya yang akan senantiasa menolong kita. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar