Minggu, 30 November 2014

IRI HATI MEMADAMKAN CINTA (KEJADIAN 37:1-11; 27-28 & 36)


Saudara-saudara kekasih Kristus, bagi saudara yang suka nonton sinetron atau nonton di youtube, maka kita pasti tahu ada satu lagu yang sedang buming saat ini yaitu sakitnya tuh di sini. Ada begitu banyak orang suka mendengarkan lagu itu dan bahkan mensubscribe tayangan video Youtube tersebut. Yah, oke lah kalau memang mau dibilang bahwa dari segi musikalitasnya bagi sebagian orang sangat bagus dan enak untuk dinikmati. Terutama bagi para penikmat genre musik dangdut. It’s oke. Just for fun. Tapi menurut saya keberadaan lagu ini sesungguhnya menggambarkan kondisi dan keberadaan nyata manusia yang kesemuanya pasti punya hati. Oleh karena itu tiap-tiap manusia punya kemungkinan untuk bisa merasakan dan mengalami sakit hati.
                Hal yang sama dialami juga oleh saudara-saudara Yusuf dalam bagian bacaan kita saudara. Kita tahu berdasarkan kesaksian Alkitab bahwa Yusuf yang adalah anak kesayangan Yakub yang kemudian diganti namanya oleh Tuhan menjadi Israel (lihat Kejadian 32:22-32). Terutama di ayat yang ke-28. Di situlah kita dapat menemukan arti kata Israel yaitu engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia; dan engkau menang. Arti nama Israel yang dikenakan Allah pada diri Yakub ini berbeda sekali dengan arti nama Yakub itu sendiri yang berarti seorang penipu (bdk.Kejadian 27:36).
                Saudara-saudara, kembali kepada kisah Yusuf. Bagian bacaan kita mengungkapkan bahwa kala itu Yusuf bermimpi dan ia menceritakan semua mimpinya itu kepada saudara-saudaranya. Mimpi yang pertama yang ia ceritakan adalah mimpi tentang berkas Yusuf yang tegak berdiri sementara berkas-berkas saudaranya sujud menyembah kepadanya. Dan mimpi yang kedua yang juga ia ceritakan kepada saudara-saudaranya adalah tentang matahari, bulan dan sebelas bintang yang sujud menyembah kepadanya. Mendengar kedua cerita itu maka muncullah rasa iri di dalam hati saudara-saudara Yusuf terhadap Yusuf. Dan singkat cerita saudara-saudaranya meluapkan kebencian dan rasa iri hati mereka terhadap Yusuf dalam sebuah niatan untuk mencelakai dan membunuh Yusuf. Kita tahu latar belakang dari kelanjutan cerita ini adalah ketika Yusuf disuruh oleh ayahnya Israel untuk pergi bersama saudara-saudaranya ke hutan untuk berburu. Di sanalah saudara-saudara Yusuf bersiasat untuk mencelakai dan membunuh Yusuf. Namun Ruben, salah satu saudara Yusuf yang saat itu berhasrat untuk melepaskan Yusuf dari tangan saudara-saudaranya yang lain akhirnya mengatakan agar Yusuf jangan dibunuh. Singkat cerita Yusuf yang saat itu sudah sempat dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya akhirnya diangkat dari dalam sumur dan akhirnya dijual kepada orang-orang Midian yang lewat di situ. Orang-orang Midian itu pun pada akhirnya menjual Yusuf kepada Potifar, seorang pengawal istana Firaun, kepala pengawal raja di Mesir. Tentu kita yang sudah seringkali mendengar akan kisah ini pasti tahu bagaimana kelanjutan hidup Yusuf setelah itu. Dalam kisah selanjutnya ada kisah dimana Yusuf menjadi orang kepercayaan Potifar di rumahnya. Ada juga kisah tentang Yusuf yang difitnah oleh istri Potifar dan Yusuf di dalam penjara.
                Namun Tuhan tidak pernah meninggalkan Yusuf dalam segala keadaan hidupnya karena Tuhan tahu bahwa Yusuf adalah orang yang setia kepada Tuhan. Bahkan segala penderitaan yang Yusuf alami dapat dipakai Tuhan untuk menyatakan kasih dan penyertaan Tuhan atas diri Yusuf, dimana kasih dan penyertaan Tuhan itu sangat luar biasa, Kenyataan hidup Yusuf hendak menyatakan maksud Tuhan bahwa manusia bisa merancangkan segala sesuatu yang jahat tetapi Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan, terutama bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Demikian juga dengan Yusuf. Ia sudah dapat membuktikan kesetiaan imannya kepada Tuhan dalam segala keadaan hidupnya. Tidak pernah sedetik pun ia meninggalkan Tuhan dan berpaling dari Tuhan. Ia selalu mengandalkan Tuhan dalam hidupnya, baik dalam suka maupun duka. Oleh karena itu tidak heran kalau Allah begitu mengasihi dia dan senantiasa menyertainya. Kenyataan ini mungkin berbeda dengan kebanyakan orang dunia khususnya di zaman sekarang ini, dimana orang baru akan ingat Tuhan dalam keadaan susah semata. Sementara dalam keadaan senang dan sukses kebanyakan orang melupakan Tuhan dan hanya berupaya menonjolkan dirinya semata. Tentu tidak demikian dengan setiap kita yang mendengarkan Firman Tuhan ini saat ini.
                Saudara-saudara, Yusuf dalam pengandalan dirinya kepada Tuhan telah diberikan oleh Tuhan hikmat dan kemampuan untuk melakukan hal-hal besar dan ajaib. Salah satunya ketika Yusuf dimampukan Tuhan untuk menafsirkan mimpi Firaun akan adanya kekeringan di Mesir. Dan pada akhirnya Yusuf pun diangkat menjadi penguasa di Mesir.
                Tentu semua bukan karena kuat dan gagah Yusuf sendiri, melainkan semua karena pemberian dan rencana Allah atas dirinya. Karena rencana Allah terutama atas orang-orang percaya senantiasa membawa kepada hidup. Berbeda halnya dengan akibat dosa yang senantiasa berujung kepada maut. Demikian pun Yusuf dipakai Tuhan untuk menjadi alat Tuhan atas Bangsa Mesir dan sekitarnya, terutama ketika mereka harus menghadapi masa-masa kekeringan dan kelaparan.
                Saudara-saudara, kenyataan hidup Yusuf telah mempersaksikan di hadapan kita sekalian bahwa Tuhan bisa memakai siapa pun dan peristiwa hidup apapun di dalam segenap kehidupan kita untuk menyatakan kemuliaan, kebesaran dan maksud tujuan Tuhan atas kita pribadi dan kita sekalian. Terlebih ketika di dalam kisah Yusuf kita dapat mengamati bahwa Yusuf tidak balik membenci saudara-saudaranya tetapi ia tetap mengasihi mereka. Bahkan ia sadar benar bahwa apa yang ia alami merupakan bagian dari rencana Tuhan yang memang telah mempersiapkan dirinya untuk dipakai menjadi alat Tuhan ketika Bangsa Mesir dan sekitarnya harus menghadapi kekeringan dan kelaparan.
                Saudara-saudara, kelembutan hati Yusuf yang penuh kasih terhadap saudara-saudaranya yang telah berlaku jahat terhadapnya seyogyanya juga menjadi bagian dari teladan atas sikap hidup kita terhadap sesama kita dan bahkan kepada musuh kita sekalipun. Alkitab berkata kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Dan kasihilah musuhmu serta berdoalah bagi mereka. Kasih itulah yang merupakan ciri utama iman Kristen saudara. Bahkan di antara iman, pengharapan dan kasih maka kasih mengandung keutamaan nilai dari antara ketiganya. Bahkan dikatakan dalam 1 Korintus 13:1 bahwa sekalipun aku dapat berkata-kata dalam semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
                Saudara-saudara, bukankah kasih adalah buah Roh yang pertama selain sukacita, damai sejahtera dan seterusnya? Bukankah Allah adalah kasih, dimana barangsiapa tinggal di dalam kasih ia tinggal di dalam Allah dan Allah di dalam dia? Firman Tuhan senantiasa menyatakan agar kita saling mengasihi seorang terhadap yang lain. Tetapi kebanyakan orang di dunia ini lebih memilih untuk mengikuti keinginan daging mereka yang sudah jelas berlawanan dengan keinginan Roh. Kebanyakan orang di dunia ini lebih memilih untuk memelihara dan bahkan membudayakan geram, iri hati dan dengki seorang terhadap yang lain. Kebanyakan orang di dunia ini lebih memilih untuk mengikuti prinsip homo homini lupus ketimbang saling mengasihi dan mengampuni.
                Kalau kita melihat keberadaan bangsa kita di era reformasi yang nota bene hendak mengarahkan kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan penuh dengan damai sejahtera, namun kenyataan yang terjadi sekarang justru berbanding terbalik. Ada begitu banyak kekisruhan dan perpecahan yang bisa kita rasakan terjadi di sekitar kita. Sebut saja pada saat pilpres 2014 lalu terjadi perpecahan antara kubu Prabowo Subianto dengan kubu Presiden Jokowi saat ini. Meskipun demikian kita patut berbangga karena kini keduanya bisa menunjukkan sikap kenegarawanannya masing-masing dan berkomitmen untuk saling dukung satu sama lain. Bahkan Bpk Prabowo Subianto dengan tegas mengatakan bahwa dirinya akan mendukung pemerintahan Jokowi-JK yang telah terpilih secara sah. Tidak berhenti sampai di situ, kita juga diperhadapkan dengan perpecahan antara koalisi merah putih dengan koalisi Indonesia hebat di DPR. Namun bersyukur juga karena proses pendamaian dan penyatuan antara keduanya bisa berjalan dengan baik hingga sekarang. Mari kita terus doakan agar para legislator itu dapat benar-benar bekerja untuk kepentingan rakyat dan bukan untuk kepentingan golongan. Dari kancah partai politik kita diperhadapkan juga dengan perpecahan yang sempat terjadi di tubuh PPP yang kini telah islah dan berdamai. Pun kini Partai Golkar mengalami perpecahan serupa yang masih diupayakan proses pendamaiannya antara pihak-pihak yang berseteru. Mari kita doakan agar pendamaian dan penyatuan kembali pihak-pihak yang bertikai itu dapat terwujud dengan baik sehingga kedamaian, persatuan dan kesatuan dapat dirasakan secara holistik oleh seluruh komponen bangsa.
                Saudara-saudara, kalau kita mau mengamati dengan jeli apa sebenarnya faktor yang menyebabkan perpecahan demi perpecahan bisa terjadi, maka jawabannya adalah karena adanya rasa iri dan dengki satu terhadap yang lain. Ada juga rasa ingin menjadi yang superior satu terhadap yang lain.
                Saudara-saudara, hal itu tentu tidak akan terjadi ketika kita mau memelihara etos hidup seturut kebenaran Firman Tuhan, yaitu etos hidup yang berlandaskan kasih. Sebagaimana Yusuf yang tidak menaruh dendam terhadap saudara-saudaranya yang telah berbuat jahat kepadanya, maka kita pun diajak untuk mempraktekkan kasih itu bukan hanya kepada sesama yang juga mengasihi kita melainkan juga kepada musuh kita. Kita diminta untuk mengasihi dan mendoakan mereka. Bahkan kita diminta untuk tidak membalas perlakuan orang-orang yang telah berbuat jahat kepada kita karena pembalasan adalah hak Tuhan. Firman Tuhan dengan jelas berkata: Jika pipi kirimu ditampar maka berikanlah juga pipi kananmu. Mudah untuk dikatakan tetapi sulit untuk dilakukan. Untuk itu kita perlu meminta pimpinan dan kemampuan yang daripada Tuhan. Marilah kita menjauhkan diri dari sikap iri dan dengki yang dapat memadamkan cinta. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.


Minggu, 16 November 2014

YANG MUDA YANG BEKERJA (KOLOSE 3:23)

                                                            
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23).”

                Saudara-saudara, orang muda pada umumnya dikenal sebagai orang-orang yang ‘energic’ dan punya semangat hidup yang tinggi. Dan salah satu bukti nyatanya tergambar melalui kegemaran orang-orang muda dalam bekerja serta menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam setiap hal yang dikerjakannya. Ada banyak orang-orang muda Indonesia berprestasi yang dapat kita kenal melalui media. Dan tentunya hal itu membuat kita sebagai bagian dari pemuda Indonesia dapat turut berbangga dan berbesar hati. Bahkan terlebih lagi seharusnya kita juga termotivasi dalam hal mengukir prestasi yang dapat membanggakan bagi diri kita sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Dan lebih utama lagi adalah membanggakan dan mempermuliakan nama Tuhan.
                Saudara-saudara, itulah spirit etos kerja Kristiani. Kerja tidak hanya dipandang sebagai hal yang dapat membanggakan dan memberi kepuasan pada diri sendiri. Kerja juga tidak hanya dipandang sebagai hal yang dapat membawa manfaat dan kemaslahatan bagi orang lain. Tetapi kerja juga dipandang sebagai hal yang semestinya membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Dalam bahasa latin kita kenal istilah ora et labora atau berdoa dan bekerja. Tetapi juga ada istilah ora est labora atau berdoa adalah bekerja. Dari kedua istilah ini, ora et labora dan ora est labora, maka jelaslah bahwa tiap-tiap kita sebagai insan kristiani hendaknya mempersembahkan diri kita, tubuh kita dan hidup kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah karena itu adalah ibadah kita yang sejati. Tentunya termasuk juga dengan kerja, karya dan karsa kita sepatutnya kita persembahkan bagi Tuhan sebagai bagian dari persembahan kita yang hidup, kudus dan berkenan bagi Allah (lihat Roma 12:1). Dengan demikian ibadah bukan sekedar seremonial belaka. Tetapi melalui hidup, kerja, karya dan karsa kita pun kita sedang beribadah kepada Tuhan. Dengan demikian ibadah yang kita lakukan tiap-tiap hari dan khususnya tiap-tiap minggu di gereja dapat menjadi ibadah yang nyata, dimana buah dari ibadah itu dapat terlihat nyata melalui hidup, kerja, karya dan karsa kita. Dengan demikian kita sedang mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Dengan demikian kita sedang mempersembahkan ibadah kita yang sejati bagi Tuhan. Oleh karena itu penting bagi kita para pemuda untuk mau dan mampu mengobarkan etos kerja di dalam hati, pikiran dan diri kita, yaitu sebuah etos kerja yang sesuai dengan Firman Tuhan sebagaimana ditegaskan dalam bagian bacaan kita bahwa apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Bahkan Alkitab juga menegaskan tentang ini. Yaitu bahwa kita harus mempermuliakan Tuhan dengan harta kita. Dan dengan hasil pertama dari segala penghasilan kita (lihat Amsal 3:9). Tentu saudara-saudara, yang dimaksud dengan harta dan penghasilan di sini adalah apa yang kita hasilkan dari kerja kita. Jadi manusia memang pada hakikatnya adalah manusia-manusia yang bekerja. Bahkan Alkitab katakan yang tidak bekerja maka ia tidak akan makan (lihat 2 Tesalonika 3:10). Jadi nyata benar bahwa Allah sangat menghargai orang-orang rajin. Allah sangat menghargai orang-orang yang mau bekerja, karena sekali lagi saya tekankan bahwa pada hakikatnya manusia adalah orang-orang yang bekerja. Bahkan Allah sendiri pun sebagai pencipta kita bukanlah Allah yang diam melainkan Allah yang terus turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dia adalah gembala kita yang baik yang terus bekerja menjaga dan memelihara kita. Bahkan Dia adalah gembala yang terus mencari domba-domba-Nya yang hilang. Bahkan Yesus Kristus semasa hidup-Nya sampai dengan wafat-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya telah memberi bukti nyata dimana Tuhan bekerja di antara manusia. Dia mengajar, membuat mujizat dan menyembuhkan banyak orang. Bahkan Dia membangkitka n orang mati dengan kuasa-Nya yang berasal dari Sorga. Dan Dia sampai akhir karya-Nya di muka bumi ini telah berhasil melakukan karya penyelamatan Allah bagi semua orang, terutama orang percaya.
                Saudara-saudara, sekali lagi saya tekankan kepada kita semua bahwa Yesus Kristus tidak hanya menujukan semua karya-Nya bagi orang-orang di zaman-Nya, tetapi juga bagi kita sekalian. Bahkan ketika Yesus Kristus di waktu keberadaan-Nya di dunia di tengah manusia telah berhasil menyatakan kuasa Allah dengan membangkitkan orang mati, maka Dia pun ingin supaya kita saat ini juga mengalami kebangkitan dari tidur panjang kerohanian kita. Dari kematian spiritualitas kita. Bahkan dalam kehidupan keberimanan kita pun Dia mau supaya kita mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar. Oleh karena itu sekaranglah saatnya kita mengerjakan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Persembahkanlah yang terbaik bagi Tuhan, bukan hanya dalam bentuk persembahan materi. Melainkan lebih daripada itu adalah persembahan diri, persembahan hidup dengan seluruh kerja, karya dan karsa kita, dimana melaluinya kita mempermuliakan nama Tuhan. Itulah yang akan menjadi bukti nyata bahwa kita mencintai Tuhan. Itulah yang akan menjadi bukti nyata bahwa kita menempatkan Tuhan di tempat yang utama dan yang pertama. Pun ketika kita menjadikan Tuhan sebagai landasan di dalam tiap karya kita. Pun ketika kita menjadikan Roh Kudus sebagai pembakar semangat kita dalam bekerja dan melayani Tuhan. Selamat menjadi orang-orang yang terus mau bekerja. Marilah kita kerja, kerja dan kerja! Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.