Saudara-saudara,
ketika kita berada (menumpang) di sebuah mobil atau kendaraan apapun yang
sedang dikendarai atau dikendalikan oleh pengendaranya (artinya bukan kita yang
mengendarai sendiri kendaraan tersebut), maka apa yang bisa dan biasa kita
lakukan? Sebagai orang beriman kita pasti akan berdoa bagi kelancaran sang
pengemudi agar dapat membawa kita sampai dengan selamat ke tempat tujuan. Dan
ada satu hal lagi yang sadar atau tidak sadar, suka atau tidak suka pasti kita
lakukan juga, yaitu kita mempercayakan segenap keberadaan diri dan keselamatan
kita kepada sang pengemudi itu di sepanjang perjalanan. Kita menyerahkan dan
menggantungkan “nasib” kita di tangan sang pengemudi tersebut.
Saudara-saudara,
gambaran yang sama juga hendak dilukiskan pada ungkapan “HIDUP DI DALAM TUHAN”
yang menjadi tema kita saat ini. Sehingga kalau kita ditanya apa sesungguhnya
pengertian dan gambaran tentang hidup di dalam Tuhan, maka kita akan bisa
menjawab dan memberi gambaran bahwa hidup di dalam Tuhan adalah hidup yang
melekat dan bergantung kepada Tuhan. Hidup di dalam Tuhan adalah gambaran
sebuah kondisi kehidupan dimana kita sungguh-sungguh menyadari dimana posisi
Tuhan dan dimana posisi kita. Tentu Tuhan adalah penguasa dan yang berotoritas
penuh atas hidup kita, karena DIA adalah pencipta sementara kita adalah
ciptaan-Nya. Kita adalah hamba sementara DIA adalah Tuan kita (perhatikan kata
“kurios” dalam Bahasa Yunani yang berarti Tuan atau Tuhan. Perhatikan juga kata
“dulos” yang berarti hamba atau budak). Dan kita pun adalah alat di tangan-Nya
yang harus siap sedia untuk dipakai-Nya menjadi perpanjangan tangan-Nya maupun
perpanjangan lidah-Nya. Tentu tidak terlupakan juga status yang lain, yaitu
bahwa kita adalah anak-Nya dan DIA adalah Bapa kita. Pun sebagai seorang anak
pasti kita punya kewajiban dan tanggung jawab untuk membantu orang tua kita
bukan? Oleh karena itu dalam sebutan status kita sebagai apapun juga di hadapan
Tuhan, maka tetaplah kita perlu siap sedia ketika DIA memanggil dan memakai
kita. Terlebih karena kita sebagai umat pilihan-Nya memiliki keistimewaan. Kita
telah ditebus oleh-Nya dan harga atas kita telah lunas dibayar. Sehingga dengan
demikian, ketika kita menyatakan ya untuk menerima panggilan-Nya, tentu jawaban
itu seharusnya bukan sekedar menggambarkan kewajiban semata tetapi juga menjadi
sebuah kerelaan dan kesukacitaan tanda ungkapan syukur kita kepada-Nya. Dengan
kesadaran bahwa Tuhan adalah segala-galanya bagi hidup kita, maka dengan
demikian kita tidak akan mau dan tidak akan pernah bisa hidup jauh dari Tuhan.
Kita tidak akan pernah bisa hidup tanpa Tuhan. Kita akan selalu menggantungkan
dan melekatkan hidup kita di dalam otoritas Tuhan, karena kita sadar benar
bahwa DIAlah satu-satunya Sang Sumber Hidup yang akan membawa kita kepada
kehidupan kekal, bahkan sekalipun kita sudah mati secara jasmani.
Saudara-saudara,
apa yang diungkapkan di dalam Surat Efesus yang menjadi bagian bacaan kita saat
ini mengenai tema “HIDUP DI DALAM TUHAN?” Sebagaimana judul perikop bagian
bacaan kita mengungkapkan dengan jelas “Dipersatukan di dalam Kristus” yang
kemudian diuraikan juga dalam ayat yang ke-14, maka coba kita perhatikan dengan
seksama apa maksudnya. Kata “dipersatukan” menggambarkan sebuah ungkapan
kalimat pasif. Dengan demikian inisiatif penyatuan itu tentunya bukan datang
dari manusia melainkan datang dari Allah melalui Yesus Kristus. Melalui karya
penebusan dan penyelamatan yang dikerjakan Kristus bagi seluruh umat manusia
dan keutuhan ciptaan (dan terutama bagi orang-orang percaya), maka penyatuan
itu baru bisa terjadi. Tanpa Kristus dan karya-Nya maka mustahil penyatuan
antara Allah dengan manusia yang berdosa bisa terjadi. Bahkan sesungguhnya
akibat dosa maka seharusnya semua manusia harus binasa. Tidak ada satu pun yang
bisa selamat, bahkan tidak ada satu pun manusia berdosa yang bisa menyelamatkan
dirinya dan sesamanya dari hukuman atas dosa tersebut. Logika sederhananya
orang buta tidak akan pernah mungkin bisa menolong dan menuntun sesama orang
buta karena keduanya pasti akan terjatuh dan tersandung akibat sama-sama tidak
bisa melihat. Demikianpun pakaian kotor tidak akan mungkin bisa mencuci sesama
pakaian kotor dan menjadikannya bersih. Ada sebuah logika lain saudara-saudara
yang saya pernah dengar dari Pdt.Stephen Tong waktu saya menonton siaran
televisi Reformed 21. Pak Tong pernah bilang begini: Bagaimana mungkin seorang
yang dipenjarakan dalam satu sel penjara dapat menyelamatkan temannya yang
dipenjarakan di sel yang lain terkecuali dia bisa keluar dari sel penjaranya
dan memiliki kunci untuk membuka sel penjara temannya. Baru mereka bisa
sama-sama keluar dari penjara mereka masing-masing secara bersama-sama.
Sama halnya dengan
Kristus saudara-saudara. Kristus sungguh menyadari bahwa sebagai manusia
berdosa dimana karena dosa Adam dan Hawa maka semua keturunannya harus
menanggung akibat dosa tersebut yang biasa dikenal dengan istilah dosa asal,
maka perlu ada satu oknum lain yang tidak berdosa yang dapat melaksanakan karya
penebusan atas dosa manusia tersebut. Tentu kita juga pasti sepakat bahwa
satu-satunya oknum yang tidak berdosa adalah Allah sendiri. Demikian juga
halnya dengan apa yang Allah pahami. Oleh karena itu Allah sendiri berinisiatif
turun ke dalam dunia dan menjadi sama dengan manusia guna menjalankan karya
penebusan sebagai Anak Domba yang kudus.
Tentunya fakta ini
akan membuat kita yakin dan percaya bahwa Allah dalam Yesus Kristus adalah
Allah yang mahakuasa, mahakuat dan mahamampu. Hanya Allahlah yang mampu
melakukan segala hal tanpa terkecuali. Sebagaimana Alkitab sendiri saksikan
dalam Lukas 18:27 bahwa segala apa yang tidak mungkin bagi manusia mungkin bagi
Allah. Jadi jelaslah bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah untuk DIA
perbuat. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Tentunya kesaksian Alkitab ini
seharusnya semakin memantapkan kita untuk sungguh-sungguh hidup di dalam Tuhan
dan tidak sekalipun berniat untuk melupakan Tuhan, berpaling dari Tuhan dan
meninggalkan-Nya. Berbagai kesaksian Alkitab dari Perjanjian Lama sampai dengan
Perjanjian Baru yang menggambarkan kesetiaan Tuhan kepada kita sekalipun kita
seringkali membandel dan bahkan bersikap tegar tengkuk dan mengeraskan hati
seharusnya tidak akan menjadikan kita dengan alasan apapun menggantikan iman
kita kepada Kristus dengan iman yang lain. Terlebih ketika kita sudah mengalami
perjumpaan secara pribadi dan pengalaman-pengalaman yang begitu indah dengan
Tuhan, dan kita sadar benar siapa sesungguhnya Tuhan bagi kita. DIA adalah
satu-satunya juruselamat. Tidak ada yang dapat sampai kepada BAPA kalau tidak
melalui DIA. DIA adalah jalan, kebenaran dan hidup. Oleh karena itu ketika
Tuhan sudah memanggil dan memilih kita sebagai anak-anak-Nya dan umat
pilihan-Nya, tetaplah setia dalam iman, pengharapan dan kasih kepada Tuhan
Yesus Kristus. Aplikasi: Bella Safira yang masuk Islam yang katanya tanpa
paksaan dan atas keinginan sendiri. Terlebih ketika mubaliknya mengatakan bahwa
ketika engkau masuk Islam maka engkau sekarang seperti bayi yang tanpa dosa.
Padahal bukan Agama yang menyelamatkan melainkan Kristus yang adalah 100 persen
Allah dan 100 persen manusia itulah yang mengerjakan karya keselamatan-Nya bagi
kita. DIAlah yang turun tangan langsung untuk menghapus dosa dunia. Aplikasi:
Untuk membenahi Jakarta dengan permasalahannya yang kompleks maka kita perlu
menyerahkan kepada ahlinya. Makanya berdasarkan pilihan rakyat terpilihlah
Jokowi-Ahok sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta saat ini. Dan
hingga sekarang mereka bekerja memberi bukti dan bukan sekedar janji. Itu
menandakan bahwa pilihan rakyat tidak salah. Demikian juga Kristus. DIA telah
memberi bukti dan bukan sekedar janji penyelamatan kepada umat manusia terutama
orang percaya. Bahkan sesungguhnya DIA yang memilih kita dan bukan kita yang
memilih DIA. Semua itu adalah anugerah dari Allah. Oleh karena itu jangan
pernah sia-siakan bahkan sekali-kalipun berupaya mencampakkan anugerah Tuhan
yang sedemikian besar untuk kita. Setialah kepada Tuhan dalam hidup kita sampai
tiba saatnya DIA memanggil kita kembali ke rumah-Nya yang baka bahkan sampai
kesudahan segala sesuatu.
Tuhan telah
membuktikan kepada kita bahwa DIA adalah pokok anggur yang sejati (Yohanes
15:5), maka DIApun meminta kepada kita untuk menjadi ranting-ranting yang
setia, melekat dan bergantung pada pokok anggur tersebut. Kristus telah mampu
membuktikan kepada kita bahwa melalui karya penebusan-Nya maka DIA mampu
memperdamaikan dan menyatukan kembali hubungan antara Allah dengan manusia yang
terputus akibat dosa, sehingga kita yang dahulu adalah hamba dosa kini telah
menjadi hamba kebenaran. Sebagai orang-orang yang telah ditebus dan dipilih-Nya
maka sesungguhnya kita adalah ciptaan baru. Yang lama telah berlalu dan yang
baru telah datang (2 Korintus 5:17). Oleh karena itu sebagai ciptaan yang baru
kita perlu meninggalkan, menanggalkan dan sungguh-sungguh menyalibkan manusia
lama kita (Kolose 3:9; Efesus 4:22è
Perhatikan kata “harus” dalam ungkapan “harus menanggalkan. Itu berarti
komitmen hidup baru adalah sesuatu hal yang serius dan tidak bisa dianggap
main-main; Roma 6:6). Bahkan dalam 1 Korintus 5:7 pentingnya komitmen untuk
hidup baru di dalam Kristus lebih dipertegas lagi dengan sebuah perintah agar
kita membuang ragi yang lama supaya kita menjadi adonan yang baru, karena
sesungguhnya kita adalah tidak beragi. Sebab anak domba Paskah telah
disembelih, yaitu Kristus.
Saudara-saudara,
setelah sedemikian besar pengorbanan Kristus bagi kita. Bahkan kita yang dahulu
adalah budak dosa namun yang kini telah ditebus, yang harganya telah lunas
dibayar dan telah dialihkan menjadi hamba kebenaran; apakah ada alasan bagi
kita untuk tidak bergantung kepada-Nya sebagai Sang Sumber Kebenaran yang
sejati? Apakah ada alasan bagi kita untuk tidak hidup di dalam Tuhan? Tentu
tidak ada alasan bagi kita untuk itu semua saudara. Kita sepatutnya menjadi
orang-orang yang senantiasa hidup di dalam Tuhan dan hidup bergantung kepada
Tuhan. Kenyataan di dalam hidup sehari-hari membuktikan bahwa manusia masih
seringkali terpaut pada egosentrismenya sendiri (bdk.Friedrich Nietzsche yang
terkenal dengan julukan “sang pembunuh Tuhan. Namun nyatanya yang dilakukannya
hanyalah sebuah tindakan pengingkaran karena faktanya keberadaan Tuhan tidak
pernah bisa diingkari). Manusia masih seringkali merasa mampu mengandalkan
dirinya sendiri sehingga manusia acap kali merasa tidak memerlukan Tuhan,
terutama dalam kondisi sukses, berhasil dan bahagia. Sehingga tidak jarang
manusia baru datang kepada Tuhan ketika kondisi sulit dan terjepit. Bahkan acap
kali ayat Alkitab menjadi pembenaran atas tindakan tersebut. Bukankah Alkitab
katakan marilah kepadaku semua yang letih lesu dan berbeban berat? Sungguh
miris saudara kenyataan tersebut. Apa yang sesungguhnya Tuhan mau untuk kita
lakukan di dalam hidup ini? Yang Tuhan mau untuk kita lakukan adalah kita
senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segenap keadaan hidup kita tanpa
terkecuali. Tuhan ingin kita sepenuhnya bergantung kepada Tuhan. Tuhan ingin
kita selalu ingat dan bersyukur kepadanya senantiasa. Tuhan ingin kita menaruh
iman, pengharapan dan kasih kita hanya kepada-Nya dalam segenap kehidupan kita.
Tuhan ingin kita tidak pernah melupakan-Nya dalam segenap perencanaan kehidupan
kita. Itulah ciri orang-orang yang sungguh-sungguh hidup di dalam Tuhan:
Menjadi ciptaan baru dan menjadi orang-orang yang sungguh-sungguh bergantung,
melekat dan berpengharapan kepada Tuhan senantiasa. Memang, perkara hidup di
dalam Tuhan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan sekalipun mungkin mudah
untuk dikatakan. Tetapi marilah kita senantiasa meminta pimpinan dan
kesanggupan dari Tuhan untuk melakukannya di sepanjang kehidupan kita. Tuhan
memberkati kita sekalian. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar