Nats ayat 12: Jangan seorang pun
menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang
percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam
kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
Saudara-saudara
kaum muda yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, kita baru saja melalui masa
dan momentum pemilihan calon presiden dan calon wakil presiden pada tanggal 9
Juli 2014 yang lalu. Bersyukur bahwa sekalipun mungkin ada kekurangan di
sana-sini tetapi pemilu itu bisa kita jalankan dengan baik. Baiklah kita berdoa
bahwa setelah momentum pilpres yang kita lalui bersama, maka tidak akan terjadi
kerusuhan-kerusuhan yang berarti sebagaimana isu-isu yang dikabarkan melalui
media-media sosial yang pasti dapat kita amati bersama. Baiklah kita berharap
dan berdoa kepada Tuhan agar Dia sendirilah yang memberikan rasa aman dan damai
di dalam hati setiap simpatisan pendukung masing-masing calon sehingga tidak
ada satu pun di antara mereka yang memiliki niat dan upaya untuk menyulut
kerusuhan yang dapat mengganggu stabilitas kehidupan keseharian setiap kita
sebagai warga bangsa. Baiklah kita berdoa agar kerukunan dan ketentraman hidup
bersama dapat kembali tercipta dan terbina setelah momentum pilpres 2014 sudah
boleh kita lalui.
Saudara-saudara,
kalau saya menyampaikan akan pesan sekaligus doa akan hal itu di mimbar yang
kudus ini, maka sesungguhnya saya tidak sedang menyampaikan orasi politik.
Tetapi bagi saya dorongan dan doa yang positif terhadap situasi stabilitas
bangsa dan negara Indonesia pasca pilpres merupakan kebutuhan sekaligus
keinginan kita bersama. Oleh karena itu sudah menjadi tanggung jawab kita
bersama untuk secara bersama-sama mewujudnyatakannya.
Satu hal yang
menarik yang saya mau ajak kita sekalian melihat dan merenungkannya adalah
melalui pertanyaan ini: Menurut saudara-saudara, apakah kira-kira yang orang
akan lihat dan pertimbangkan sehingga mereka akan memilih dan menentukan
pilihan atas satu figur untuk menjadi calon pemimpin yang ideal menurut mereka?
Yang pasti yang utama mereka akan melihat dari bobot dan kapasitas yang
dimiliki oleh masing-masing calon. Kemudian mereka akan melihat juga rekam
jejak calon yang akan mereka pilih. Baru yang terakhir mungkin tampilan fisik
calon pemimpin tersebut. Jadi jelas bahwa di dalam alam reformasi dan demokrasi
seperti sekarang ini tampilan fisik bukanlah segala-galanya untuk dijadikan
sebagai tolak ukur kepemimpinan. Lalu bagaimana dengan usia sang calon pemimpin?
Dengan kemenangan Jokowi yang berdasarkan hasil survei sementara dari lembaga
survei berhasil mengungguli Prabowo yang usianya sudah jauh lebih tua darinya
maka sudah jelas bahwa rakyat Indonesia menginginkan pemimpin muda yang dapat
membawa perubahan positif pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Menarik
karena tema kita saat ini adalah menjadi orang-orang muda yang patut
ditinggikan.
Saudara-saudara,
kalau kita melihat pada rentetan pemimpin-pemimpin nasional kita dari pertama
sampai sekarang, kita dapat pastikan bahwa jika Jokowi benar-benar ditetapkan
secara resmi oleh KPU sebagai presiden terpilih, maka dialah presiden termuda
sepanjang sejarah perjalanan Bangsa Indonesia. Kenapa dia dipilih? Sekali lagi
karena dia memiliki bobot dan rekam jejak yang baik sehingga rakyat menilai
bahwa dia patut diposisikan dalam jabatan yang tinggi sebagai kepala negara dan
kepala pemerintahan.
Bagaimana dengan
kita saudara-saudara? Bukankah di dalam nats bagian bacaan kita dengan jelas
diungkapkan bahwa jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau
muda. Jadi sesungguhnya Allah sangat mengapresiasi keberadaan orang-orang muda
sebagai pemimpin yang hidup termasuk di kalangan orang-orang percaya. Bahkan
kalau kita lihat Paulus sendiri sebagai rasul yang pernah berkiprah di Jemaat
Timotius dan yang dikenal sebagai penulis surat-surat Paulus kepada
jemaat-jemaat yang pernah ia layani, memang kita tidak dapat memastikan pada
usia berapa Paulus ditetapkan sebagai rasul Kristus karena Alkitab sendiri tidak
mencatat dengan pasti usia tersebut. Tapi kalau kita mau melihat sedari awal
peristiwa perjumpaan Paulus dengan Kristus di kota Damsyik atau Damaskus, maka
kita tahu bahwa Paulus yang dulunya Saulus itu sebelumnya adalah seorang yang
gagah berani dalam mengejar dan membinasakan orang-orang percaya. Betapa
digambarkan bahwa Saulus adalah seorang yang sangat berwibawa dan smart
termasuk dengan pengetahuan agamawinya yang sangat tinggi. Dia adalah orang
yang sangat berpengaruh di kalangan orang-orang Romawi kala itu. Maka saya
pribadi membayangkan bahwa Paulus yang dahulu bernama Saulus itu sangat mungkin
bukanlah seorang yang digambarkan sebagai orang dengan usia tua melainkan bisa
jadi digambarkan sebagai seorang yang muda belia yang penuh wibawa. Paling tidak
semangat dan antosiasmenya dapat disamakan dengan semangat dan antosiasme
orang-orang muda. Pun kalau kita mau melihat tokoh-tokoh Alkitab lain, sebut
saja Daud, maka Allah menetapkan Daud sebagai raja dalam usia yang sangat muda.
Dalam 1 Samuel 17:42 digambarkan dengan jelas bagaimana Daud masih muda,
kemerah-merahan dan elok parasnya. Saat itu orang Filistin menghinanya karena
menganggap ia masih muda. Tetapi Allah tetap memakainya sebagai alat di tangan
Tuhan. Dan Allah membuktikan bagaimana Daud pada akhirnya dapat mengalahkan
orang-orang Filistin itu.
Tidak hanya itu
saudara-saudara. Bahkan Yesus Kristus sendiri memulai debutnya sebagai Nabi
pada usia 30 tahun. Sebuah usia yang masih sangat muda. Sejauh yang saya pahami
mengenai pertanyaan kenapa Yesus baru memulai debutnya pada usia tersebut
adalah karena usia 30 tahun itulah yang dianggap sebagai usia minimal atau
ideal bagi seorang pemimpin atau seorang nabi untuk memulai karyanya di
kalangan masyarakat menurut tradisi Yahudi. Jadi jelas bahwa Tuhan kita adalah
Tuhan yang sangat menghargai tradisi dan tata nilai keteraturan masyarakat.
Saya ingin
mengulang sekali lagi pernyataan ini. Bahwa Allah sangat mengapresiasi
keberadaan orang-orang muda sebagai pemimpin termasuk di tengah kehidupan orang
percaya. Bukti yang paling jelas yang ada di dalam bagian bacaan kita adalah
Timotius. Sesungguhnya nats bagian bacaan kita ini muncul tidak lain dan tidak
bukan adalah untuk meneguhkan diri Timotius dalam menjalankan tugasnya
menghadapi para pengajar sesat di Jemaat Efesus, dimana digambarkan dalam
jemaat tersebut akan adanya orang yang murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat
dan ajaran setan-setan. Adanya tipu daya pendusta-pendusta. Adanya larangan
kawin dan adanya larangan untuk memakan makanan yang diciptakan Allah dengan
ucapan syukur.
Saudara-saudara,
itulah hal-hal yang dihadapi Timotius kala itu dalam pelayanannya di Jemaat
Efesus. Sebuah hal yang tidak ringan dan membutuhkan tanggung jawab besar. Oleh
karena itu Paulus ingin agar Timotius berdiri teguh dan jangan goyah dalam
melaksanakan tugasnya sekalipun ia masih muda. Paulus sangat memahami bahwa
Tuhan bisa memakai siapa pun untuk menjadi alat-Nya bahkan sekalipun ia masih
muda. Oleh karena itu Paulus dengan tegas mengatakan bahwa jangan ada seorang
pun yang menganggap engkau rendah karena engkau muda. Dengan demikian berarti
orang muda pun dapat menjadi seorang yang berbobot dan patut ditinggikan. Apa
kuncinya untuk menjadi orang muda yang berbobot dan patut ditinggikan itu? Kata
kuncinya adalah hidup berpadanan dengan Kristus dan kebenaran-Nya. Berpikir,
merasa dan bertindak seturut dengan pikiran, hati dan tindakan Kristus
(bdk.Filipi 2:5). Ketika kita dimampukan Tuhan untuk mencapai akan hal itu maka
lebih jauh lagi Tuhan ingin agar kita menjadi teladan hidup orang percaya, baik
dalam perkataan kita, tingkah laku kita, kasih kita, kesetiaan kita maupun
kesucian kita. Hal ini bukanlah hal yang ringan. Apalagi ketika kita menyadari
bahwa Roh memang penurut tetapi daging lemah. Oleh karena itu kita perlu terus
bergantung pada Tuhan sebagai pokok anggur yang benar agar kita dapat terus
berbuah lebat di dalam kebenaran. Kita perlu terus meminta agar Tuhan
memampukan kita agar kita dapat menjadi agen-agen kebenaran. Kita perlu terus
meminta agar Tuhan memimpin hidup kita sehingga kita siap untuk menjadi orang
yang dipimpin untuk memimpin. Jelas kata ditinggikan berarti hal itu bukan
semata-mata hasil usaha kita sendiri melainkan Allahlah yang memampukan kita.
Jika kita ingin menjadi orang-orang muda yang layak ditinggikan maka latihlah
diri kita bukan hanya dengan latihan badani yang terbatas gunanya melainkan
dengan kerajinan dan ketekunan kita beribadah dan merenungkan Firman Tuhan.
Karena Firman Tuhan senantiasa berguna untuk membangun. Firman Tuhan adalah
dasar dan fondasi dari rumah yang kokoh yang dibangun di atas batu dan bukan di
atas pasir. Jangan pernah melupakan dan meninggalkan Tuhan dan Firman-Nya.
Tentu pesan yang terdapat dalam nats bagian bacaan kita saat ini bukan hanya
diperuntukkan bagi Timotius tetapi juga bagi kita sekalian yang hadir dalam
ibadah saat ini. Kiranya Tuhan senantiasa memampukan kita untuk menjadi
orang-orang muda yang sedia dipimpin untuk memimpin sehingga kita dapat
mencapai taraf dimana kita dimampukan untuk menjadi orang-orang muda yang patut
ditinggikan dalam pola kepemimpinan yang kita terapkan di dalam hidup ini.
Ingatlah senantiasa bahwa setiap kita adalah pemimpin. Paling tidak setiap kita
adalah pemimpin untuk diri kita sendiri. Pun setiap kita dipanggil untuk menjadi
saksi Kristus dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Oleh
karena itu awasilah dirimu sendiri. Awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam
semuanya itu. Karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu
sendiri dan semua orang yang mendengar engkau. Tuhan memberkati kita sekalian.
Amin.
Pokok doa khusus: Berdoa
untuk Palestina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar