Sabtu, 12 Juli 2014

MENJADI ORANG-ORANG MUDA YANG PATUT DITINGGIKAN (1 Timotius 4:1-16)

                              
Nats ayat 12: Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

                Saudara-saudara kaum muda yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, kita baru saja melalui masa dan momentum pemilihan calon presiden dan calon wakil presiden pada tanggal 9 Juli 2014 yang lalu. Bersyukur bahwa sekalipun mungkin ada kekurangan di sana-sini tetapi pemilu itu bisa kita jalankan dengan baik. Baiklah kita berdoa bahwa setelah momentum pilpres yang kita lalui bersama, maka tidak akan terjadi kerusuhan-kerusuhan yang berarti sebagaimana isu-isu yang dikabarkan melalui media-media sosial yang pasti dapat kita amati bersama. Baiklah kita berharap dan berdoa kepada Tuhan agar Dia sendirilah yang memberikan rasa aman dan damai di dalam hati setiap simpatisan pendukung masing-masing calon sehingga tidak ada satu pun di antara mereka yang memiliki niat dan upaya untuk menyulut kerusuhan yang dapat mengganggu stabilitas kehidupan keseharian setiap kita sebagai warga bangsa. Baiklah kita berdoa agar kerukunan dan ketentraman hidup bersama dapat kembali tercipta dan terbina setelah momentum pilpres 2014 sudah boleh kita lalui.
                Saudara-saudara, kalau saya menyampaikan akan pesan sekaligus doa akan hal itu di mimbar yang kudus ini, maka sesungguhnya saya tidak sedang menyampaikan orasi politik. Tetapi bagi saya dorongan dan doa yang positif terhadap situasi stabilitas bangsa dan negara Indonesia pasca pilpres merupakan kebutuhan sekaligus keinginan kita bersama. Oleh karena itu sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk secara bersama-sama mewujudnyatakannya.
                Satu hal yang menarik yang saya mau ajak kita sekalian melihat dan merenungkannya adalah melalui pertanyaan ini: Menurut saudara-saudara, apakah kira-kira yang orang akan lihat dan pertimbangkan sehingga mereka akan memilih dan menentukan pilihan atas satu figur untuk menjadi calon pemimpin yang ideal menurut mereka? Yang pasti yang utama mereka akan melihat dari bobot dan kapasitas yang dimiliki oleh masing-masing calon. Kemudian mereka akan melihat juga rekam jejak calon yang akan mereka pilih. Baru yang terakhir mungkin tampilan fisik calon pemimpin tersebut. Jadi jelas bahwa di dalam alam reformasi dan demokrasi seperti sekarang ini tampilan fisik bukanlah segala-galanya untuk dijadikan sebagai tolak ukur kepemimpinan. Lalu bagaimana dengan usia sang calon pemimpin? Dengan kemenangan Jokowi yang berdasarkan hasil survei sementara dari lembaga survei berhasil mengungguli Prabowo yang usianya sudah jauh lebih tua darinya maka sudah jelas bahwa rakyat Indonesia menginginkan pemimpin muda yang dapat membawa perubahan positif pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Menarik karena tema kita saat ini adalah menjadi orang-orang muda yang patut ditinggikan.
                Saudara-saudara, kalau kita melihat pada rentetan pemimpin-pemimpin nasional kita dari pertama sampai sekarang, kita dapat pastikan bahwa jika Jokowi benar-benar ditetapkan secara resmi oleh KPU sebagai presiden terpilih, maka dialah presiden termuda sepanjang sejarah perjalanan Bangsa Indonesia. Kenapa dia dipilih? Sekali lagi karena dia memiliki bobot dan rekam jejak yang baik sehingga rakyat menilai bahwa dia patut diposisikan dalam jabatan yang tinggi sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
                Bagaimana dengan kita saudara-saudara? Bukankah di dalam nats bagian bacaan kita dengan jelas diungkapkan bahwa jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadi sesungguhnya Allah sangat mengapresiasi keberadaan orang-orang muda sebagai pemimpin yang hidup termasuk di kalangan orang-orang percaya. Bahkan kalau kita lihat Paulus sendiri sebagai rasul yang pernah berkiprah di Jemaat Timotius dan yang dikenal sebagai penulis surat-surat Paulus kepada jemaat-jemaat yang pernah ia layani, memang kita tidak dapat memastikan pada usia berapa Paulus ditetapkan sebagai rasul Kristus karena Alkitab sendiri tidak mencatat dengan pasti usia tersebut. Tapi kalau kita mau melihat sedari awal peristiwa perjumpaan Paulus dengan Kristus di kota Damsyik atau Damaskus, maka kita tahu bahwa Paulus yang dulunya Saulus itu sebelumnya adalah seorang yang gagah berani dalam mengejar dan membinasakan orang-orang percaya. Betapa digambarkan bahwa Saulus adalah seorang yang sangat berwibawa dan smart termasuk dengan pengetahuan agamawinya yang sangat tinggi. Dia adalah orang yang sangat berpengaruh di kalangan orang-orang Romawi kala itu. Maka saya pribadi membayangkan bahwa Paulus yang dahulu bernama Saulus itu sangat mungkin bukanlah seorang yang digambarkan sebagai orang dengan usia tua melainkan bisa jadi digambarkan sebagai seorang yang muda belia yang penuh wibawa. Paling tidak semangat dan antosiasmenya dapat disamakan dengan semangat dan antosiasme orang-orang muda. Pun kalau kita mau melihat tokoh-tokoh Alkitab lain, sebut saja Daud, maka Allah menetapkan Daud sebagai raja dalam usia yang sangat muda. Dalam 1 Samuel 17:42 digambarkan dengan jelas bagaimana Daud masih muda, kemerah-merahan dan elok parasnya. Saat itu orang Filistin menghinanya karena menganggap ia masih muda. Tetapi Allah tetap memakainya sebagai alat di tangan Tuhan. Dan Allah membuktikan bagaimana Daud pada akhirnya dapat mengalahkan orang-orang Filistin itu.
                Tidak hanya itu saudara-saudara. Bahkan Yesus Kristus sendiri memulai debutnya sebagai Nabi pada usia 30 tahun. Sebuah usia yang masih sangat muda. Sejauh yang saya pahami mengenai pertanyaan kenapa Yesus baru memulai debutnya pada usia tersebut adalah karena usia 30 tahun itulah yang dianggap sebagai usia minimal atau ideal bagi seorang pemimpin atau seorang nabi untuk memulai karyanya di kalangan masyarakat menurut tradisi Yahudi. Jadi jelas bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang sangat menghargai tradisi dan tata nilai keteraturan masyarakat.
                Saya ingin mengulang sekali lagi pernyataan ini. Bahwa Allah sangat mengapresiasi keberadaan orang-orang muda sebagai pemimpin termasuk di tengah kehidupan orang percaya. Bukti yang paling jelas yang ada di dalam bagian bacaan kita adalah Timotius. Sesungguhnya nats bagian bacaan kita ini muncul tidak lain dan tidak bukan adalah untuk meneguhkan diri Timotius dalam menjalankan tugasnya menghadapi para pengajar sesat di Jemaat Efesus, dimana digambarkan dalam jemaat tersebut akan adanya orang yang murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan. Adanya tipu daya pendusta-pendusta. Adanya larangan kawin dan adanya larangan untuk memakan makanan yang diciptakan Allah dengan ucapan syukur.
                Saudara-saudara, itulah hal-hal yang dihadapi Timotius kala itu dalam pelayanannya di Jemaat Efesus. Sebuah hal yang tidak ringan dan membutuhkan tanggung jawab besar. Oleh karena itu Paulus ingin agar Timotius berdiri teguh dan jangan goyah dalam melaksanakan tugasnya sekalipun ia masih muda. Paulus sangat memahami bahwa Tuhan bisa memakai siapa pun untuk menjadi alat-Nya bahkan sekalipun ia masih muda. Oleh karena itu Paulus dengan tegas mengatakan bahwa jangan ada seorang pun yang menganggap engkau rendah karena engkau muda. Dengan demikian berarti orang muda pun dapat menjadi seorang yang berbobot dan patut ditinggikan. Apa kuncinya untuk menjadi orang muda yang berbobot dan patut ditinggikan itu? Kata kuncinya adalah hidup berpadanan dengan Kristus dan kebenaran-Nya. Berpikir, merasa dan bertindak seturut dengan pikiran, hati dan tindakan Kristus (bdk.Filipi 2:5). Ketika kita dimampukan Tuhan untuk mencapai akan hal itu maka lebih jauh lagi Tuhan ingin agar kita menjadi teladan hidup orang percaya, baik dalam perkataan kita, tingkah laku kita, kasih kita, kesetiaan kita maupun kesucian kita. Hal ini bukanlah hal yang ringan. Apalagi ketika kita menyadari bahwa Roh memang penurut tetapi daging lemah. Oleh karena itu kita perlu terus bergantung pada Tuhan sebagai pokok anggur yang benar agar kita dapat terus berbuah lebat di dalam kebenaran. Kita perlu terus meminta agar Tuhan memampukan kita agar kita dapat menjadi agen-agen kebenaran. Kita perlu terus meminta agar Tuhan memimpin hidup kita sehingga kita siap untuk menjadi orang yang dipimpin untuk memimpin. Jelas kata ditinggikan berarti hal itu bukan semata-mata hasil usaha kita sendiri melainkan Allahlah yang memampukan kita. Jika kita ingin menjadi orang-orang muda yang layak ditinggikan maka latihlah diri kita bukan hanya dengan latihan badani yang terbatas gunanya melainkan dengan kerajinan dan ketekunan kita beribadah dan merenungkan Firman Tuhan. Karena Firman Tuhan senantiasa berguna untuk membangun. Firman Tuhan adalah dasar dan fondasi dari rumah yang kokoh yang dibangun di atas batu dan bukan di atas pasir. Jangan pernah melupakan dan meninggalkan Tuhan dan Firman-Nya. Tentu pesan yang terdapat dalam nats bagian bacaan kita saat ini bukan hanya diperuntukkan bagi Timotius tetapi juga bagi kita sekalian yang hadir dalam ibadah saat ini. Kiranya Tuhan senantiasa memampukan kita untuk menjadi orang-orang muda yang sedia dipimpin untuk memimpin sehingga kita dapat mencapai taraf dimana kita dimampukan untuk menjadi orang-orang muda yang patut ditinggikan dalam pola kepemimpinan yang kita terapkan di dalam hidup ini. Ingatlah senantiasa bahwa setiap kita adalah pemimpin. Paling tidak setiap kita adalah pemimpin untuk diri kita sendiri. Pun setiap kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Oleh karena itu awasilah dirimu sendiri. Awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu. Karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu sendiri dan semua orang yang mendengar engkau. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.



Pokok doa khusus: Berdoa untuk Palestina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar