Nats: Bukan! Berpuasa yang
Kukehendaki ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan
melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan
mematahkan setiap kuk (ayat 6).
Saudara-saudara
yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, tepat di hari ini 17 Agustus 2014 enam
puluh sembilan tahun yang lalu Bangsa Indonesia mengikrarkan proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia sebagai negara kesatuan yang merdeka, berdaulat,
adil dan makmur. Untuk itu dalam perenungan di hari ini dengan dasar pembacaan
Alkitab yang terambil dari Yesaya 58:1-12 saya mengajak kita sekalian
merenungkan sebuah tema, yaitu “Dipanggil Untuk Memerdekakan.”
Saudara-saudara,
tentu kita semua setuju bahwa Tuhan menciptakan kita bukanlah tanpa tujuan
bukan? Tujuan besar dari penciptaan Allah atas manusia sebagai mahluk ciptaan
yang sempurna yang diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya tidak lain dan tidak
bukan adalah agar kita mempermuliakan dan menyembah-Nya. Saya sangat suka
sekali dengan lagu yang mengatakan bahwa ku ada untuk menjadi penyembah-Mu.
Dalam kaitan dengan tujuan besar itu maka kita juga pasti setuju bahwa di dalam
diri tiap-tiap umat manusia khususnya ora ng percaya Tuhan pasti memberikan
passion atau panggilan. Salah satu contohnya ketika saya dan rekan-rekan
seangkatan di STT Jakarta pada saat tes wawancara calon mahasiswa baru acap
kali berhadapan dengan pertanyaan ini: apa yang mendorong kamu masuk sekolah
teologi? Maka banyak diantara kami yang mengatakan bahwa itu adalah panggilan
pak. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan: mana surat panggilannya? Bahkan
sebenarnya kalau kita mau melihat dan mengamati fakta yang ada, maka passion
itu sudah ada bahkan sejak usia dini melalui cita-cita di masa kanak-kanak
kita.
Memang bukan hal
yang keliru untuk bercita-cita setinggi langit. Bukan hal yang keliru juga
untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya demi mencapai cita-cita itu. Sehingga
tidak heran ada ungkapan yang mengatakan tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.
Artinya memang tuntutlah ilmu setinggi-tingginya. Bahkan kita pahami juga bahwa
sesungguhnya belajar itu tidak mengenal batas. Pun hidup kita di dunia ini acap
kali dimaknai sebagai sekolah kehidupan. Itu artinya orang memang tidak boleh
berhenti belajar. Dalam bahasa yang lebih Kristiani hendak dikatakan bahwa
orang perlu terus bergumul dan berjuang bersama Tuhan dan di dalam Tuhan,
karena Dialah Sang Guru sejati kita. Dialah sumber dari segala sumber jawaban
atas segala pergumulan hidup kita. Oleh karena itu kita perlu terus mencari Dia
selagi Dia masih bisa ditemui. Artinya di sepanjang kehidupan kita jangan
sekali-kali pun kita melepaskan diri dari pada-Nya. Bergaul kariblah dengan Dia
karena Dialah Tuhan, Bapa dan Sahabat kita. Dialah Allah yang senantiasa
mengerti dan peduli akan pergumulan hidup kita. Bahkan Dia juga yang mau turut
berbela rasa dengan kita. Sungguh Dialah Allah yang luar biasa. Tidak ada Allah
lain yang seperti Dia.
Yang menjadi
pertanyaan selanjutnya bagi kita adalah ketika Tuhan memang sungguh-sungguh
telah memberikan passion yang juga diperlengkapi dengan talenta di dalam diri
kita, maka apa yang sesungguhnya Tuhan inginkan agar kita lakukan di dalam
hidup kita atas semua yang telah dianugerahkan-Nya pada kita? Jawabannya tidak
lain dan tidak bukan adalah bahwa Dia mau agar kita menyediakan diri kita untuk
mendengar dan menerima panggilan-Nya. Terutama ketika kita dipanggil –Nya untuk
memerdekakan sesama kita. Sebagaimana digambarkan dalam bagian bacaan kita saat
ini bahwa Tuhan memerintahkan kepada Nabi Yesaya untuk menyerukan kuat-kuat dan
menyaringkan suaranya kepada Bangsa Israel, kaum keturunan Yakub akan dosa-dosa
mereka. Padahal Alkitab katakan bahwa betapa kaum keturunan Yakub itu adalah
orang-orang yang rajin mencari Tuhan dan suka mengenal segala jalan-Nya. Mereka
seperti bangsa yang melakukan yang benar dan tidak pernah meninggalkan hukum
Allahnya. Mereka rajin bertanya pada Tuhan tentang hukum-hukum yang benar dan
mereka suka mendekat menghadap Allah. Namun nyatanya ketika mereka berpuasa
mereka sadar bahwa Tuhan tidak memperhatikannya juga. Ketika mereka merendahkan
diri, Tuhan tidak mengindahkannya juga. Apa sebabnya hal itu bisa terjadi?
Karena pada saat mereka melakukan semua
hal kerohanian mereka di hadapan Allah, maka pada saat yang sama mereka masih
mengurusi urusan mereka sendiri. Bahkan secara konkret bagian bacaan kita
menyebutkan detail tindakan mereka, dimana mereka mendesak-desak buruh yang
mereka miliki. Sambil berpuasa mereka juga berbantah dan berkelahi; serta
memukul dengan tinju dengan tidak semena-men a. Alkitab dengan tegas mengatakan
bahwa dengan cara-cara seperti itu maka tindakan kerohanian yang mereka lakukan
di hadapan Allah menjadi sia-sia karena suara mereka tidak akan didengar di
tempat tinggi. Bukan cara seperti itu yang Allah inginkan untuk kita lakukan.
Ayat ke-6 yang merupakan nats bagian bacaan kita mengungkapkan dengan jelas
bahwa berpuasa yang Allah kehendaki adalah supaya kita membuka
belenggu-belenggu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk. Supaya kita
memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk. Supaya kita
memecah-mecahkan roti bagi orang yang lapar dan membawa ke rumah kita orang
miskin yang tak punya rumah. Pun apabila kita melihat orang telanjang, kita
memberi dia pakaian. Dan kita tidak menyembunyikan diri terhadap saudara kita
sendiri. Maka pada waktu itulah terang kita akan merekah seperti fajar. Pun
luka kita akan pulih dengan segera. Kebenaran menjadi barisan depan kita dan
kemuliaan Tuhan barisan belakang kita. Pada waktu itulah kita akan memanggil
dan Tuhan akan menjawab. Kita akan berteriak minta tolong dan Tuhan akan
berkata “Ini Aku!”
Sungguh, Tuhan
kita adalah Tuhan yang senantiasa mau peduli dengan kita karena Dia sungguh
mengasihi kita dengan kasih agape. Dan Dia pun tidak ingin kita hanya menjadi
orang-orang yang pasif dalam menerima kasih-Nya. Melainkan Dia ingin agar kita
mau menyediakan diri kita untuk melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya
sebagaimana telah tergambar di dalam bagian bacaan kita. Sebagai orang-orang
percaya yang telah menerima anugerah kemerdekaan dan kebebasan dari dosa dan
maut melalui karya penyelamatan dan penebusan Kristus, maka sudah pasti Dia pun
memanggil kita juga untuk siap sedia dipanggil untuk memerdekakan sesama kita.
Kalau dalam tradisi Perjanjian Lama kita mengenal tahun yobel yang merupakan
tahun pembebasan para budak dan tanah; tahun ke-50 dari rangkaian tahun sabat,
maka tradisi itu telah disempurnakan pasca kematian dan kebangkitan Kristus
sampai dengan saat ini dan seterusnya. Tiap-tiap kita yang telah diselamatkan
dan telah menerima janji keselamatan dan hidup kekal yang berasal daripada-Nya,
kini dipanggil-Nya untuk menjadi saksi-Nya untuk membawa jiwa-jiwa yang
terbelenggu dalam kegelapan menuju terang-Nya yang ajaib. Kita diminta untuk
mau mengulurkan tangan kita kepada orang-orang yang membutuhkan sebagaimana
tangan Tuhan juga tidak kurang panjang untuk menolong kita. Tuhan memberkati
kita sekalian. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar