Rancangan
tema lengkap dari artikel ini adalah “Tuhan Mengangkat Kita Dari Samudera Raya: Sebuah Refleksi Tentang Pemilihan Tuhan
Atas Suku-Suku Bangsa & Dunia.” Bagi kita yang sungguh-sungguh
memperhatikan perkembangan event bergereja dalam skala nasional yang digawangi
oleh PGI, maka kita pasti tahu bahwa tema ini merupakan tema besar pada sidang
raya PGI yang ke-XVI yang diadakan di Nias pada tanggal 11-17 November 2014
pasca proses pergantian kepemimpinan nasional di Indonesia terlaksana (Sumber: https://twitter.com/PGI_Oikoumene/status/44902160351534694). Dasar Alkitab yang melandasi pemilihan tema ini
terambil dari Mazmur 71:20b yang berbunyi “Dari Samudera Raya Bumi, Tuhan
mengangkat kita kembali.” Pemilihan tema ini juga seiring sejalan dengan tema
sidang raya DGD ke-X di Busan Korsel, yaitu “GOD of Life, Lead Us to Justice
And Peace.” Dalam terjemahan Bahasa Indonesia tema ini berbunyi: “Allah Sang
Sumber Hidup Memimpin Kami Dalam Keadilan & Perdamaian.” Tema ini menjadi
hal yang sangat penting untuk dibahas dalam forum nasional dan dunia, karena
sampai saat ini dimana-mana tempat masih banyak dapat kita temukan
ketidakadilan dan ketidakdamaian dalam hidup pribadi lepas pribadi manusia
maupun komunitas bersama. Pemilihan Nias sebagai tempat lokasi persidangan raya
PGI ke-XVI itu sendiri terkait dengan latar belakang alasan sebagai berikut:
Nias pernah mengalami terjangan gelombang tsunami pada Desember 2005 dan gempa
bumi dasyat pada Juli 2007. Namun Nias dapat mengalami kebangkitan dari
keterpurukannya. Di hari-hari belakangan ini kita dapat melihat geliat
pertumbuhan ekonomi di Nias semakin menggembirakan. Pemekaran wilayah otonom
turut mendorong akan hal ini (Sumber: http://www.satuharapan.com). Oleh
karena itu slogan yang dipakai berdasarkan sumber pemberitaan yang ada
khususnya yang diperuntukkan bagi orang Nias adalah: Nias bangkit menyambut
Sidang Raya. Dengan demikian pemilihan Nias sebagai tempat lokasi Sidang Raya
PGI ke-XVI ini tidak lain dan tidak bukan merupakan sebuah bentuk perhatian,
dukungan dan penghargaan atas upaya orang-orang Nias untuk bangkit dari
keterpurukan. Sekaligus juga menjadi cerminan bagi siapapun yang masih
mengalami keterpurukan hingga saat ini untuk tidak berdiam diri dalam
keterpurukannya, melainkan berupaya untuk bangkit dalam tuntunan tangan dan
kuasa Tuhan yang pasti mampu membangkitkan. Bandingkan dengan kisah-kisah Yesus
di dalam Alkitab yang mampu membangkitkan orang mati. Ketika kata mati itu mau
diterjemahkan dan diaplikasikan di dalam kehidupan kita, mungkin mati yang
dimaksud bukanlah mati fisik melainkan kematian moral, kematian hati nurani dan
kematian daya juang. Termasuk daya juang untuk menjadi pelaku Firman dan
pekabar injil atau saksi Kristus dimanapun kita berada dan ditempatkan Tuhan;
dan kapan pun juga. Kematian spirit inilah yang menyebabkan praktek-praktek
ketidakadilan, makin menguatnya radikalisme dan konflik agraria serta krisis
ekologis terus harus menjadi sorotan, termasuk dalam materi persidangan raya
PGI ke-XVI.
Namun dalam
artikel ini penulis sendiri hendak menyoroti dan menafsirkan dari sisi yang
lain. Bukan hanya sekedar berbicara mengenai kebangkitan dari keterpurukan,
tetapi ungkapan bahwa Tuhan mengangkat kita dari samudera raya di sini juga
hendak berbicara mengenai pemilihan Tuhan atas suku-suku bangsa di Indonesia
dan di dunia. Kita ketahui bersama bahwa sejak awal penciptaan khususnya
setelah manusia Adam dan Hawa diciptakan maka Allah memberikan mandat kepada
mereka untuk beranak cucu dan bertambah banyak. Memenuhi bumi dan menaklukkannya.
Kata menaklukkan di sini dapat ditafsirkan bukan sekedar tindakan menguasai dan
mengeksploitasi tetapi juga memelihara demi keberlangsungan hidup anak cucu
Adam dan Hawa ke depan, yaitu kita dan generasi-generasi berikutnya setelah
kita. Oleh karena itu kita harus benar-benar menyadari bahwa alam semesta yang
dapat kita nikmati sekarang merupakan titipan dari anak cucu kita yang harus
kita jaga serta pelihara senantiasa. Itu adalah gambaran nilai universalitas
dari kehendak Tuhan atas umat manusia ciptaan-Nya yang tinggal dan berdiam di
muka bumi ini. Namun demikian bagaimana dengan gambaran spesifikasi kehendak
Tuhan terutama bagi orang-orang percaya? Pada kesempatan ini penulis ingin
menyoroti secara khusus akan hal ini.
Kebenaran Alkitab
dengan tegas mengungkapkan kepada setiap kita bahwa bukan kamu yang memilih
Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Sehingga terlihat jelas bahwa
keterpilihan umat Allah adalah berdasarkan inisiatif dan otoritas Allah
sendiri. Dialah sang penentu akan siapa-siapa orang yang dipilih-Nya dan
ditentukan-Nya untuk menjadi umat pilihan-Nya dan milik kepunyaan-Nya
(bandingkan dengan istilah predestinasi atau pemilihan Allah atas orang-orang
yang akan diselamatkan-Nya). Ungkapan ini sungguh-sungguh ingin menunjukkan
tentang kedaulatan Allah dalam kaitan kepada siapa Dia akan menyatakan
anugerah-Nya. Dan ketika kita saat ini sudah menjadi bagian dari orang-orang
percaya dan menjadi bagian dari anggota gereja Tuhan di muka bumi ini (dalam
ungkapan yang lain menjadi bagian dari anggota tubuh Kristus) apa dan bagaimana
pun latar belakangnya (baik itu Kristen sejak kecil maupun Kristen setelah
dewasa) yang ditandai dengan penerimaan baptisan dan pengakuan percaya atau
SIDI, maka Tuhan memerintahkan kepada kita melalui Amanat Agung-Nya: “Pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan
Roh Kudus. Ajarkanlah kepada mereka tentang segala apa yang telah Kuajarkan
kepadamu.” Dia pun berkata lebih lanjut bahwa Dia akan menyertai langkah kita
sebagai saksi-Nya di tengah dunia senantiasa dan bahkan sampai selama-lamanya.
Dia memerintahkan kita untuk menjadi saksi-Nya dari Yerusalem, Yudea, Samaria
bahkan sampai ke ujung bumi.” Dengan demikian pemilihan Tuhan atas kita yang
sepatutnya kita syukuri sebagai sebuah anugerah yang besar dan indah itu tentu
tidak hanya berhenti pada penerimaan anugerah atas diri kita semata, tetapi
bagaimana kita mau membagikan anugerah dan berita keselamatan itu kepada
orang-orang di sekitar kita dengan berbagai latar belakang suku, budaya dan
bahasa. Sampai akan tiba saatnya nanti semua lutut akan bertelut dan semua
lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristuslah Tuhan, Raja di atas segala raja.
Dalam penantian akan datangnya masa itu, maka dalam keberadaan kita sebagai
orang percaya di tengah dunia saat ini, mandat itu ada di pundak kita.
Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku... Oleh karena itu, jangan hanya
berdiam diri. Mintalah kepada Tuhan kemampuan dan kesanggupan agar kita
memiliki hati yang mau melayani dan menjadi saksi yang mau melampaui
batasan-batasan kesukuan, kebangsaan, bahasa dan budaya, karena siapapun mereka
dengan berbagai perbedaan yang ada, mereka sama-sama adalah manusia yang
diciptakan Tuhan dengan baik adanya. Mereka adalah sama-sama manusia yang
diciptakan serupa dan segambar dengan Allah atau Imago Dei. Mereka adalah
sama-sama manusia yang membutuhkan berita dan anugerah keselamatan yang datang
daripada Tuhan. Oleh karena itu, jangan tunda-tunda lagi. Mulailah sekarang
untuk mau berbagi dan mempersaksikan tentang siapa Tuhan kepada siapa pun
sesama kita tanpa terkecuali, terutama kepada siapa pun orang yang belum
mengenal-Nya. Selamat menjadi saksi-Nya senantiasa. Selamat menembus batas
keberagaman dalam menjalankan fungsi dan peran kita sebagai saksi Tuhan. Tuhan
memberkati kita sekalian. MERDEKA!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar