Minggu, 17 Agustus 2014

TUHAN MENGANGKAT KITA DARI SAMUDERA RAYA

                                               
                Rancangan tema lengkap dari artikel ini adalah “Tuhan Mengangkat Kita Dari Samudera Raya: Sebuah Refleksi Tentang Pemilihan Tuhan Atas Suku-Suku Bangsa & Dunia.” Bagi kita yang sungguh-sungguh memperhatikan perkembangan event bergereja dalam skala nasional yang digawangi oleh PGI, maka kita pasti tahu bahwa tema ini merupakan tema besar pada sidang raya PGI yang ke-XVI yang diadakan di Nias pada tanggal 11-17 November 2014 pasca proses pergantian kepemimpinan nasional di Indonesia terlaksana (Sumber:  https://twitter.com/PGI_Oikoumene/status/44902160351534694). Dasar Alkitab yang melandasi pemilihan tema ini terambil dari Mazmur 71:20b yang berbunyi “Dari Samudera Raya Bumi, Tuhan mengangkat kita kembali.” Pemilihan tema ini juga seiring sejalan dengan tema sidang raya DGD ke-X di Busan Korsel, yaitu “GOD of Life, Lead Us to Justice And Peace.” Dalam terjemahan Bahasa Indonesia tema ini berbunyi: “Allah Sang Sumber Hidup Memimpin Kami Dalam Keadilan & Perdamaian.” Tema ini menjadi hal yang sangat penting untuk dibahas dalam forum nasional dan dunia, karena sampai saat ini dimana-mana tempat masih banyak dapat kita temukan ketidakadilan dan ketidakdamaian dalam hidup pribadi lepas pribadi manusia maupun komunitas bersama. Pemilihan Nias sebagai tempat lokasi persidangan raya PGI ke-XVI itu sendiri terkait dengan latar belakang alasan sebagai berikut: Nias pernah mengalami terjangan gelombang tsunami pada Desember 2005 dan gempa bumi dasyat pada Juli 2007. Namun Nias dapat mengalami kebangkitan dari keterpurukannya. Di hari-hari belakangan ini kita dapat melihat geliat pertumbuhan ekonomi di Nias semakin menggembirakan. Pemekaran wilayah otonom turut mendorong akan hal ini (Sumber: http://www.satuharapan.com).   Oleh karena itu slogan yang dipakai berdasarkan sumber pemberitaan yang ada khususnya yang diperuntukkan bagi orang Nias adalah: Nias bangkit menyambut Sidang Raya. Dengan demikian pemilihan Nias sebagai tempat lokasi Sidang Raya PGI ke-XVI ini tidak lain dan tidak bukan merupakan sebuah bentuk perhatian, dukungan dan penghargaan atas upaya orang-orang Nias untuk bangkit dari keterpurukan. Sekaligus juga menjadi cerminan bagi siapapun yang masih mengalami keterpurukan hingga saat ini untuk tidak berdiam diri dalam keterpurukannya, melainkan berupaya untuk bangkit dalam tuntunan tangan dan kuasa Tuhan yang pasti mampu membangkitkan. Bandingkan dengan kisah-kisah Yesus di dalam Alkitab yang mampu membangkitkan orang mati. Ketika kata mati itu mau diterjemahkan dan diaplikasikan di dalam kehidupan kita, mungkin mati yang dimaksud bukanlah mati fisik melainkan kematian moral, kematian hati nurani dan kematian daya juang. Termasuk daya juang untuk menjadi pelaku Firman dan pekabar injil atau saksi Kristus dimanapun kita berada dan ditempatkan Tuhan; dan kapan pun juga. Kematian spirit inilah yang menyebabkan praktek-praktek ketidakadilan, makin menguatnya radikalisme dan konflik agraria serta krisis ekologis terus harus menjadi sorotan, termasuk dalam materi persidangan raya PGI ke-XVI.
                Namun dalam artikel ini penulis sendiri hendak menyoroti dan menafsirkan dari sisi yang lain. Bukan hanya sekedar berbicara mengenai kebangkitan dari keterpurukan, tetapi ungkapan bahwa Tuhan mengangkat kita dari samudera raya di sini juga hendak berbicara mengenai pemilihan Tuhan atas suku-suku bangsa di Indonesia dan di dunia. Kita ketahui bersama bahwa sejak awal penciptaan khususnya setelah manusia Adam dan Hawa diciptakan maka Allah memberikan mandat kepada mereka untuk beranak cucu dan bertambah banyak. Memenuhi bumi dan menaklukkannya. Kata menaklukkan di sini dapat ditafsirkan bukan sekedar tindakan menguasai dan mengeksploitasi tetapi juga memelihara demi keberlangsungan hidup anak cucu Adam dan Hawa ke depan, yaitu kita dan generasi-generasi berikutnya setelah kita. Oleh karena itu kita harus benar-benar menyadari bahwa alam semesta yang dapat kita nikmati sekarang merupakan titipan dari anak cucu kita yang harus kita jaga serta pelihara senantiasa. Itu adalah gambaran nilai universalitas dari kehendak Tuhan atas umat manusia ciptaan-Nya yang tinggal dan berdiam di muka bumi ini. Namun demikian bagaimana dengan gambaran spesifikasi kehendak Tuhan terutama bagi orang-orang percaya? Pada kesempatan ini penulis ingin menyoroti secara khusus akan hal ini.
                Kebenaran Alkitab dengan tegas mengungkapkan kepada setiap kita bahwa bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Sehingga terlihat jelas bahwa keterpilihan umat Allah adalah berdasarkan inisiatif dan otoritas Allah sendiri. Dialah sang penentu akan siapa-siapa orang yang dipilih-Nya dan ditentukan-Nya untuk menjadi umat pilihan-Nya dan milik kepunyaan-Nya (bandingkan dengan istilah predestinasi atau pemilihan Allah atas orang-orang yang akan diselamatkan-Nya). Ungkapan ini sungguh-sungguh ingin menunjukkan tentang kedaulatan Allah dalam kaitan kepada siapa Dia akan menyatakan anugerah-Nya. Dan ketika kita saat ini sudah menjadi bagian dari orang-orang percaya dan menjadi bagian dari anggota gereja Tuhan di muka bumi ini (dalam ungkapan yang lain menjadi bagian dari anggota tubuh Kristus) apa dan bagaimana pun latar belakangnya (baik itu Kristen sejak kecil maupun Kristen setelah dewasa) yang ditandai dengan penerimaan baptisan dan pengakuan percaya atau SIDI, maka Tuhan memerintahkan kepada kita melalui Amanat Agung-Nya: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ajarkanlah kepada mereka tentang segala apa yang telah Kuajarkan kepadamu.” Dia pun berkata lebih lanjut bahwa Dia akan menyertai langkah kita sebagai saksi-Nya di tengah dunia senantiasa dan bahkan sampai selama-lamanya. Dia memerintahkan kita untuk menjadi saksi-Nya dari Yerusalem, Yudea, Samaria bahkan sampai ke ujung bumi.” Dengan demikian pemilihan Tuhan atas kita yang sepatutnya kita syukuri sebagai sebuah anugerah yang besar dan indah itu tentu tidak hanya berhenti pada penerimaan anugerah atas diri kita semata, tetapi bagaimana kita mau membagikan anugerah dan berita keselamatan itu kepada orang-orang di sekitar kita dengan berbagai latar belakang suku, budaya dan bahasa. Sampai akan tiba saatnya nanti semua lutut akan bertelut dan semua lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristuslah Tuhan, Raja di atas segala raja. Dalam penantian akan datangnya masa itu, maka dalam keberadaan kita sebagai orang percaya di tengah dunia saat ini, mandat itu ada di pundak kita. Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku... Oleh karena itu, jangan hanya berdiam diri. Mintalah kepada Tuhan kemampuan dan kesanggupan agar kita memiliki hati yang mau melayani dan menjadi saksi yang mau melampaui batasan-batasan kesukuan, kebangsaan, bahasa dan budaya, karena siapapun mereka dengan berbagai perbedaan yang ada, mereka sama-sama adalah manusia yang diciptakan Tuhan dengan baik adanya. Mereka adalah sama-sama manusia yang diciptakan serupa dan segambar dengan Allah atau Imago Dei. Mereka adalah sama-sama manusia yang membutuhkan berita dan anugerah keselamatan yang datang daripada Tuhan. Oleh karena itu, jangan tunda-tunda lagi. Mulailah sekarang untuk mau berbagi dan mempersaksikan tentang siapa Tuhan kepada siapa pun sesama kita tanpa terkecuali, terutama kepada siapa pun orang yang belum mengenal-Nya. Selamat menjadi saksi-Nya senantiasa. Selamat menembus batas keberagaman dalam menjalankan fungsi dan peran kita sebagai saksi Tuhan. Tuhan memberkati kita sekalian. MERDEKA!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar