Sebuah renungan Firman Tuhan dalam menyambut kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-68. Kiranya dapat menjadi bagian dari perenungan kita bersama. Soli Deo Gloria.
Pembukaan &
Uraian
Saudara-saudara, setiap kita sebagai warga Bangsa Indonesia
yang menjiwai dan memahami benar makna dari kemerdekaan Republik Indonesia yang
dideklarasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh dua proklamator kita
Soekarno-Hatta, pasti juga akan memahami bahwa kemerdekaan itu diraih dengan
harga yang mahal. Kemerdekaan diraih dengan tumpahan darah dan limpahan nyawa yang dikorbankan oleh para pejuang.
Dalam meraih kemerdekaan ini butuh perjuangan dan pengorbanan. Makanya ada
sebuah lagu yang mengungkapkan: Hidup tiada mungkin tanpa perjuangan, tanpa
pengorbanan, mulia adanya. Jadi perjuangan itu dilandasi semangat yang sangat
mulia untuk meraih kebebasan dari penjajahan. Bahkan semangat itu pun tertuang
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar kita yang mengatakan: Kemerdekaan adalah
hak segala bangsa. Oleh karena itu
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.
Saudara-saudara, dengan demikian kita menyadari benar bahwa
tidak ada kemerdekaan yang dapat diraih tanpa perjuangan. Makanya untuk
menghargai jasa para pahlawan, dalam upacara bendera kerap kali kita
mengheningkan cipta. Bahkan juga menyanyikan lagu gugur bunga yang menyatakan
bahwa kita sebagai warga Bangsa Indonesia turut bersedih dan berbela rasa atas
gugurnya para pahlawan di medan peperangan. Namun tentunya bukan hanya larut
dalam kesedihan semata, tetapi bagaimana kita dapat mengisi kemerdekaan yang
telah diperjuangkan itu dengan berbagai hal positif dalam rangka membangun
kehidupan bangsa ini menjadi lebih baik. Itulah yang menjadi harapan kita
bersama. Dan tentunya juga menjadi harapan dari para pahlawan yang telah gugur
di medan pertempuran demi memperjuangkan kemerdekaan bangsa kita tercinta ini.
Ketika kita menyadari benar dalam semangat nasionalisme yang
kita miliki bahwa tidak ada kemerdekaan tanpa perjuangan dan harga yang mahal
yang harus dibayar dalam perjuangan tersebut, maka pertanyaannya kemudian
bagaimana dengan pelayanan? Bukankah pelayanan juga merupakan sebuah proses
perjuangan? Memang benar bahwa Tuhanlah yang memanggil tiap-tiap orang untuk
menjadi percaya kepada-Nya. Tuhanlah juga yang menumbuhkan iman dalam diri
tiap-tiap orang yang dipilih-Nya. Namun jangan lupa bahwa iman tumbuh dari
pendengaran akan Firman. Dan untuk itulah tiap-tiap kita dipanggil sebagai alat
di tangan Tuhan guna memperdengarkan dan mempersaksikan Firman Tuhan kepada
tiap-tiap orang yang belum mengenal-Nya. Sesuai dengan amanat agung Kristus:
Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Baptislah mereka dalam nama BAPA,
ANAK dan ROH KUDUS. Untuk mencapai tujuan tersebut butuh upaya, butuh usaha
yang harus kita kerjakan dan lakukan selain juga tentunya pimpinan dan
penyertaan Tuhan di dalamnya. Oleh karena itu jelas bahwa pelayanan adalah
sebuah perjuangan. Makanya Alkitab berkata bahwa jerih payahmu di dalam Tuhan
tidak sia-sia. Kata jerih payah di sini mengungkapkan adanya dan diperlukannya
sebuah daya juang yang tinggi dalam melaksanakan misi Allah di tengah dunia.
Makanya kita seringkali disebut sebagai Jesus Army atau tentara-tentara Allah
dimana Allah dalam Yesus Kristus menjadi komandan atau kepala atas kita. Bahkan
ada lagu yang mengatakan: Saya bukan pasukan berjalan, pasukan berkuda, pasukan
menembak. Saya tidak menembaki musuh. Tapi saya laskar Kristus. Jadi perlu
disadari benar bahwa kita adalah laskar-laskar Kristus yang ditempatkan-Nya di
tengah dunia (bdk.dengan bala keselamatan, salah satu aliran gereja yang ada di
Indonesia, dimana dalam aliran tersebut terdapat kepangkatan dari level teratas
sampai level terendah. Kepangkatan itu diukur dari seberapa jauh orang-orang
yang terlibat di dalamnya dapat menguasai dan melakukan Firman Tuhan di dalam
hidupnya). Sekalipun dalam gereja kita tidak ada tingkat-tingkat kepangkatan
layaknya militer seperti itu, tetapi kita tetaplah laskar Kristus. Oleh karena
itu Alkitab Firman Allah terus-menerus mendengungkan kepada kita sebagai laskar
Kristus tentang betapa pentingnya kita menjadi terang dan garam dunia, karena
disitulah fungsi kita sebagai laskar Kristus: yaitu menjadi terang di tengah
kegelapan dunia dan menjadi garam yang mengasinkan dunia yang tawar. Oleh
karena itu tiap-tiap kita pun dituntut oleh Tuhan untuk menjaga hidup kita
kudus dan benar di hadapan Allah dan sesama, karena hanya dengan menjaga hidup
kudus dan benar itulah, maka sesungguhnya kita yang telah dikuduskan dan
dibenarkan oleh Allah melalui Yesus Kristus ini dapat menjadi saksi yang benar
tentang kebenaran dan kekudusan Allah di hadapan sesama kita. Oleh karena itu
kita seringkali disebut dengan istilah kitab-kitab yang terbuka yang dapat
dibaca oleh sesama kita, dimana mereka dapat melihat Kristus di dalam diri
kita.
Saudara-saudara, menjadi saksi Kristus dan melayani Tuhan
memang bukan suatu hal yang mudah. Kita perlu berbuah secara rohani terlebih
dahulu dalam konteks diri kita sendiri, barulah kita dapat dipakai Tuhan untuk
menghasilkan buah bagi sesama. Dan untuk menghasilkan buah itu perlu perjuangan
yang berat dan keras dari dalam diri kita. Alkitab menyebutnya dengan ungkapan
menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Kristus. Menyangkal diri bukanlah
hal yang mudah untuk dilakukan bukan? Terlebih dengan kedagingan manusia yang
didalamnya terdapat berbagai keinginan duniawi. Pun ditambah dengan berbagai
tawaran yang dunia tawarkan untuk dapat memuaskan kedagingan tersebut.
Keinginan daging yang diselaraskan dengan berbagai tawaran dunia atas berbagai
keinginan tersebut seringkali dapat menjerumuskan manusia untuk kembali hidup dalam
dosa. Tetapi tentunya Firman Tuhan terus mengingatkan kepada kita agar kita
jangan sekali-kali lagi hidup sebagai hamba dosa melainkan hamba kebenaran.
Bahkan dalam konteks pembaharuan diri maka Alkitab mengungkapkan dengan sangat
jelas: Janganlah kita menjadi serupa dengan dunia ini, melainkan berubahlah
menurut pembaharuan budimu. Dengan kata
lain yang Tuhan inginkan untuk kita lakukan adalah menjadi semakin serupa
dengan Kristus dari hari ke sehari dan juga tiap-tiap hari. Oleh karena itu
perlu bagi kita untuk membiarkan Kristus memerintah dan menjadi pemimpin dalam
diri dan hidup kita. Jangan sekali-kalipun membiarkan kedagingan kita yang
memegang otoritas dalam diri dan hidup kita. DIA adalah Raja segala raja. Sudah
sepatutnya DIA pun meraja dalam diri dan hidup kita. DIA adalah pencipta kita.
Bahkan Alkitab katakan punya Dialah kita umat gembalaan-Nya. Sebagai kepunyaan
Allah tentunya kita perlu merelakan diri kita untuk dibentuk, diarahkan dan
dipakai sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya. Kalau dalam ibadah-ibadah yang
kita lakukan seringkali kita bisa menyanyikan “Bagaikan bejana siap dibentuk,”
baiklah itu bukan hanya sekedar nyanyian, tetapi boleh kita jiwai dan semangati
di dalam hati dan pikiran kita dan menjadi ungkapan iman kita kepada-Nya
seperti Maria berkata: Aku adalah hamba Allah. Jadilah kepadaku menurut apa
yang Kau kehendaki. Demikian juga Kristus sendiri mengatakan di Taman
Getsemani: Bukan kehendak-Ku yang jadi melainkan kehendak-Mulah yang jadi.
Dalam ungkapan ini ada sebuah sikap taat sepenuhnya kepada Allah.
Saudara-saudara, ketaatan sepenuhnya kepada Allah juga Tuhan inginkan agar kita
lakukan. Harus kita akui hal ini tidak mudah untuk dilakukan walaupun mungkin
mudah untuk dikatakan. Tetapi tentu Allah tidak akan pernah berdiam diri ketika
Dia melihat kita terjatuh karena beratnya salib yang harus kita pikul. Dia
pasti akan memampukan kita kembali untuk bangkit dan berjalan lagi menuju ke
arah Kristus sampai akhir hidup kita, dimana pada akhirnya kita dapat berkata
bahwa aku telah dapat menyelesaikan pertandingan di tengah dunia. Sehingga akan
tiba saatnya bagi kita untuk menerima mahkota kemenangan dan hidup kekal
bersama dengan DIA.
Saudara-saudara, hidup kita di tengah dunia adalah persiapan
menuju kehidupan kekal bersama dengan Tuhan yang akan kita peroleh sebagai
jaminan bagi tiap-tiap orang percaya. Dan di dalam kehidupan yang masih Tuhan
anugerahkan kepada kita sampai dengan saat ini, Tuhan tidak menginginkan kita
untuk berdiam diri melainkan terus berjuang melayani Tuhan melalui pelayanan
kepada sesama kita. Tuhan menginkan kita terus berjuang menyebarkan injil
Kristus dan menjadikan hidup kita sebagai kesaksian tentang Kristus kepada
sesama kita.
Saudara-saudara, hidup adalah perjuangan. Hidup tiada
mungkin tanpa perjuangan dan pengorbanan. Demikian juga dengan pelayanan
saudara-saudara. Seorang pelayan adalah orang yang harus mau berjuang, rela
berkorban dan menderita. Rasul Paulus dalam bagian bacaan kita telah
mempersaksikan kepada kita sekalian bagaimana dia dalam melakukan tugas
pelayanannya sebagai rasul Kristus mengalami penderitaan. Dalam ayat 24 dari
Surat Kolose pasal 1 dikatakan: Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh
menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada
penderitaan Kristus untuk tubuh-Nya yaitu jemaat. Ada sebuah gambaran yang
sangat bertolak belakang di sini saudra-saudara. Di satu sisi Paulus mengatakan
bahwa ia menderita; tetapi di sisi lain ia mengatakan bahwa ia bersukacita
sekalipun ia menderita. Dalam keyakinan iman kita dan dalam berbagai kesaksian
Alkitab kita dapat mengungkapkan dengan tegas dan lugas bahwa ketika kita
menderita karena Kristus, maka penderitaan dan jerih payah yang kita lakukan
tidak sia-sia karena kita akan memperoleh mahkota kemenangan dan turut serta
dalam kebahagiaan bersama-Nya. Itulah janji Allah kepada tiap-tiap kita yang
mau terus bertekun menjadi rekan sekerja Allah di tengah dunia. Bahkan Injil
Yohanes 16:33 mengungkapkan dengan jelas bahwa damai sejahtera Allah akan terus
diberikan-Nya kepada kita sekalipun kita berada dalam penderitaan karena DIA.
DIA tidak akan pernah meninggalkan kita. Bahkan Ia menyertai kita sampai akhir
zaman.
Saudara-saudara, menjadi orang Kristen dan pengikut Kristus
bukanlah menjadi orang yang kemudian terbebas dari segala penderitaan. Tetapi
yakinlah bahwa Tuhan akan memampukan kita melewati segala penderitaan hidup
kita. Oleh karena itu jangan pernah putus berharap kepada-Nya dalam segenap
perjuangan hidup kita. Jangan pernah berhenti berjuang dalam segala tugas
penatalayanan yang Ia percayakan kepada kita dimanapun kita ditempatkan.
Teruslah menjadi saksi Kristus dan teruslah melayani-Nya karena pelayanan
adalah sebuah perjuangan. Dan perjuangan di dalam Kristus tidak akan pernah
menjadi sia-sia. Kemerdekaan Republik Indonesia secara de facto dan de yure
sudah boleh kita raih. Namun perjuangan dalam hidup dan pelayanan kita belumlah
usai sampai Tuhan memanggil kita kembali ke rumah-Nya yang baka, bahkan sampai
kesudahan segala sesuatu. Selamat menjadi pelayan Tuhan yang setia dan selamat
berjuang senantiasa di dalam Kristus. Amin.
Penutup
Indonesia Jaya
Hari-hari Terus Berlalu
Tiada pernah berhenti
S'ribu rintang jalan berliku
Bukanlah suatu penghalang
Hadapilah segala tantangan
Mohon Petunjuk yang kuasa
Ciptakanlah Kerukunan Bangsa
Kobarkanlah, dalam dada
Semangat jiwa Pancasila...
Hidup tiada mungkin...
Tanpa perjuangan,
Tanpa pengorbanan,
Mulia adanya
Berpegangan tangan...
Satu dalam cita...
Demi masa depan...
Indonesia Jaya
Hari-hari Terus Berlalu
Tiada pernah berhenti
S'ribu rintang jalan berliku
Bukanlah suatu penghalang
Hadapilah segala tantangan
Mohon Petunjuk yang kuasa
Ciptakanlah Kerukunan Bangsa
Kobarkanlah, dalam dada
Semangat jiwa Pancasila...
Hidup tiada mungkin...
Tanpa perjuangan,
Tanpa pengorbanan,
Mulia adanya
Berpegangan tangan...
Satu dalam cita...
Demi masa depan...
Indonesia Jaya
Pelayanan Adalah Perjuangan
Dengan nada lagu Indonesia Jaya.
Voice Aransement by Erick Susanto
Tjandra.
Hari-hari terus berlalu
Tiada pernah berhenti
Sribu rintang jalan berliku
Bukanlah suatu penghalang
Hadapilah segala tantangan
Mohon petunjuk yang kuasa
Ciptakanlah kerukunan umat
Kobarkanlah, dalam dada
Semangat jiwa pelayanan
Melayani tiada mungkin
Tanpa perjuangan
Tanpa pengorbanan
Mulia adanya
Berpegangan tangan
Satu dalam cita
Demi kemuliaan
Yesus Kristus Tuhan.
Pokok-Pokok Doa
Syafaat:
11. Pengucapan syukur atas diizinkannya Indonesia
memasuki usia kemerdekaan yang ke-68 tahun dan permohonan agar kiranya Tuhan
terus memimpin, menyertai dan memberkati perjalanan bangsa kita ke depan.
Demikian pun agar pemerintah kita senantiasa memiliki rasa takut akan Tuhan dan
benar-benar mau bekerja menyejahterakan rakyatnya.
22. Peran aktif seluruh rakyat Indonesia termasuk
kita di dalamnya untuk mengisi kemerdekaan yang sudah sekian lama kita kecap.
Khususnya bagi kita agar kita dapat terus menjadi garam dan terang di tengah
bangsa kita dari lingkup terkecil sampai lingkup terbesar di mana kita
ditempatkan.
33. Berdoa bagi tragedi demokrasi dan tragedi
kemanusiaan yang terjadi di Mesir.
44. Berdoa bagi proses perdamaian yang terus
diupayakan bagi Israel-Palestina.