Sabtu, 17 Agustus 2013

PELAYANAN ADALAH SEBUAH PERJUANGAN (Kolose 1:24-2:5)

Sebuah renungan Firman Tuhan dalam menyambut kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-68. Kiranya dapat menjadi bagian dari perenungan kita bersama. Soli Deo Gloria.

Pembukaan & Uraian
Saudara-saudara, setiap kita sebagai warga Bangsa Indonesia yang menjiwai dan memahami benar makna dari kemerdekaan Republik Indonesia yang dideklarasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh dua proklamator kita Soekarno-Hatta, pasti juga akan memahami bahwa kemerdekaan itu diraih dengan harga yang mahal. Kemerdekaan diraih dengan tumpahan darah dan limpahan  nyawa yang dikorbankan oleh para pejuang. Dalam meraih kemerdekaan ini butuh perjuangan dan pengorbanan. Makanya ada sebuah lagu yang mengungkapkan: Hidup tiada mungkin tanpa perjuangan, tanpa pengorbanan, mulia adanya. Jadi perjuangan itu dilandasi semangat yang sangat mulia untuk meraih kebebasan dari penjajahan. Bahkan semangat itu pun tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar kita yang mengatakan: Kemerdekaan adalah hak segala  bangsa. Oleh karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.
Saudara-saudara, dengan demikian kita menyadari benar bahwa tidak ada kemerdekaan yang dapat diraih tanpa perjuangan. Makanya untuk menghargai jasa para pahlawan, dalam upacara bendera kerap kali kita mengheningkan cipta. Bahkan juga menyanyikan lagu gugur bunga yang menyatakan bahwa kita sebagai warga Bangsa Indonesia turut bersedih dan berbela rasa atas gugurnya para pahlawan di medan peperangan. Namun tentunya bukan hanya larut dalam kesedihan semata, tetapi bagaimana kita dapat mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan itu dengan berbagai hal positif dalam rangka membangun kehidupan bangsa ini menjadi lebih baik. Itulah yang menjadi harapan kita bersama. Dan tentunya juga menjadi harapan dari para pahlawan yang telah gugur di medan pertempuran demi memperjuangkan kemerdekaan bangsa kita tercinta ini.
Ketika kita menyadari benar dalam semangat nasionalisme yang kita miliki bahwa tidak ada kemerdekaan tanpa perjuangan dan harga yang mahal yang harus dibayar dalam perjuangan tersebut, maka pertanyaannya kemudian bagaimana dengan pelayanan? Bukankah pelayanan juga merupakan sebuah proses perjuangan? Memang benar bahwa Tuhanlah yang memanggil tiap-tiap orang untuk menjadi percaya kepada-Nya. Tuhanlah juga yang menumbuhkan iman dalam diri tiap-tiap orang yang dipilih-Nya. Namun jangan lupa bahwa iman tumbuh dari pendengaran akan Firman. Dan untuk itulah tiap-tiap kita dipanggil sebagai alat di tangan Tuhan guna memperdengarkan dan mempersaksikan Firman Tuhan kepada tiap-tiap orang yang belum mengenal-Nya. Sesuai dengan amanat agung Kristus: Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Baptislah mereka dalam nama BAPA, ANAK dan ROH KUDUS. Untuk mencapai tujuan tersebut butuh upaya, butuh usaha yang harus kita kerjakan dan lakukan selain juga tentunya pimpinan dan penyertaan Tuhan di dalamnya. Oleh karena itu jelas bahwa pelayanan adalah sebuah perjuangan. Makanya Alkitab berkata bahwa jerih payahmu di dalam Tuhan tidak sia-sia. Kata jerih payah di sini mengungkapkan adanya dan diperlukannya sebuah daya juang yang tinggi dalam melaksanakan misi Allah di tengah dunia. Makanya kita seringkali disebut sebagai Jesus Army atau tentara-tentara Allah dimana Allah dalam Yesus Kristus menjadi komandan atau kepala atas kita. Bahkan ada lagu yang mengatakan: Saya bukan pasukan berjalan, pasukan berkuda, pasukan menembak. Saya tidak menembaki musuh. Tapi saya laskar Kristus. Jadi perlu disadari benar bahwa kita adalah laskar-laskar Kristus yang ditempatkan-Nya di tengah dunia (bdk.dengan bala keselamatan, salah satu aliran gereja yang ada di Indonesia, dimana dalam aliran tersebut terdapat kepangkatan dari level teratas sampai level terendah. Kepangkatan itu diukur dari seberapa jauh orang-orang yang terlibat di dalamnya dapat menguasai dan melakukan Firman Tuhan di dalam hidupnya). Sekalipun dalam gereja kita tidak ada tingkat-tingkat kepangkatan layaknya militer seperti itu, tetapi kita tetaplah laskar Kristus. Oleh karena itu Alkitab Firman Allah terus-menerus mendengungkan kepada kita sebagai laskar Kristus tentang betapa pentingnya kita menjadi terang dan garam dunia, karena disitulah fungsi kita sebagai laskar Kristus: yaitu menjadi terang di tengah kegelapan dunia dan menjadi garam yang mengasinkan dunia yang tawar. Oleh karena itu tiap-tiap kita pun dituntut oleh Tuhan untuk menjaga hidup kita kudus dan benar di hadapan Allah dan sesama, karena hanya dengan menjaga hidup kudus dan benar itulah, maka sesungguhnya kita yang telah dikuduskan dan dibenarkan oleh Allah melalui Yesus Kristus ini dapat menjadi saksi yang benar tentang kebenaran dan kekudusan Allah di hadapan sesama kita. Oleh karena itu kita seringkali disebut dengan istilah kitab-kitab yang terbuka yang dapat dibaca oleh sesama kita, dimana mereka dapat melihat Kristus di dalam diri kita.
Saudara-saudara, menjadi saksi Kristus dan melayani Tuhan memang bukan suatu hal yang mudah. Kita perlu berbuah secara rohani terlebih dahulu dalam konteks diri kita sendiri, barulah kita dapat dipakai Tuhan untuk menghasilkan buah bagi sesama. Dan untuk menghasilkan buah itu perlu perjuangan yang berat dan keras dari dalam diri kita. Alkitab menyebutnya dengan ungkapan menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Kristus. Menyangkal diri bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan bukan? Terlebih dengan kedagingan manusia yang didalamnya terdapat berbagai keinginan duniawi. Pun ditambah dengan berbagai tawaran yang dunia tawarkan untuk dapat memuaskan kedagingan tersebut. Keinginan daging yang diselaraskan dengan berbagai tawaran dunia atas berbagai keinginan tersebut seringkali dapat menjerumuskan manusia untuk kembali hidup dalam dosa. Tetapi tentunya Firman Tuhan terus mengingatkan kepada kita agar kita jangan sekali-kali lagi hidup sebagai hamba dosa melainkan hamba kebenaran. Bahkan dalam konteks pembaharuan diri maka Alkitab mengungkapkan dengan sangat jelas: Janganlah kita menjadi serupa dengan dunia ini, melainkan berubahlah menurut pembaharuan budimu. Dengan  kata lain yang Tuhan inginkan untuk kita lakukan adalah menjadi semakin serupa dengan Kristus dari hari ke sehari dan juga tiap-tiap hari. Oleh karena itu perlu bagi kita untuk membiarkan Kristus memerintah dan menjadi pemimpin dalam diri dan hidup kita. Jangan sekali-kalipun membiarkan kedagingan kita yang memegang otoritas dalam diri dan hidup kita. DIA adalah Raja segala raja. Sudah sepatutnya DIA pun meraja dalam diri dan hidup kita. DIA adalah pencipta kita. Bahkan Alkitab katakan punya Dialah kita umat gembalaan-Nya. Sebagai kepunyaan Allah tentunya kita perlu merelakan diri kita untuk dibentuk, diarahkan dan dipakai sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya. Kalau dalam ibadah-ibadah yang kita lakukan seringkali kita bisa menyanyikan “Bagaikan bejana siap dibentuk,” baiklah itu bukan hanya sekedar nyanyian, tetapi boleh kita jiwai dan semangati di dalam hati dan pikiran kita dan menjadi ungkapan iman kita kepada-Nya seperti Maria berkata: Aku adalah hamba Allah. Jadilah kepadaku menurut apa yang Kau kehendaki. Demikian juga Kristus sendiri mengatakan di Taman Getsemani: Bukan kehendak-Ku yang jadi melainkan kehendak-Mulah yang jadi. Dalam ungkapan ini ada sebuah sikap taat sepenuhnya kepada Allah. Saudara-saudara, ketaatan sepenuhnya kepada Allah juga Tuhan inginkan agar kita lakukan. Harus kita akui hal ini tidak mudah untuk dilakukan walaupun mungkin mudah untuk dikatakan. Tetapi tentu Allah tidak akan pernah berdiam diri ketika Dia melihat kita terjatuh karena beratnya salib yang harus kita pikul. Dia pasti akan memampukan kita kembali untuk bangkit dan berjalan lagi menuju ke arah Kristus sampai akhir hidup kita, dimana pada akhirnya kita dapat berkata bahwa aku telah dapat menyelesaikan pertandingan di tengah dunia. Sehingga akan tiba saatnya bagi kita untuk menerima mahkota kemenangan dan hidup kekal bersama dengan DIA.
Saudara-saudara, hidup kita di tengah dunia adalah persiapan menuju kehidupan kekal bersama dengan Tuhan yang akan kita peroleh sebagai jaminan bagi tiap-tiap orang percaya. Dan di dalam kehidupan yang masih Tuhan anugerahkan kepada kita sampai dengan saat ini, Tuhan tidak menginginkan kita untuk berdiam diri melainkan terus berjuang melayani Tuhan melalui pelayanan kepada sesama kita. Tuhan menginkan kita terus berjuang menyebarkan injil Kristus dan menjadikan hidup kita sebagai kesaksian tentang Kristus kepada sesama kita.
Saudara-saudara, hidup adalah perjuangan. Hidup tiada mungkin tanpa perjuangan dan pengorbanan. Demikian juga dengan pelayanan saudara-saudara. Seorang pelayan adalah orang yang harus mau berjuang, rela berkorban dan menderita. Rasul Paulus dalam bagian bacaan kita telah mempersaksikan kepada kita sekalian bagaimana dia dalam melakukan tugas pelayanannya sebagai rasul Kristus mengalami penderitaan. Dalam ayat 24 dari Surat Kolose pasal 1 dikatakan: Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus untuk tubuh-Nya yaitu jemaat. Ada sebuah gambaran yang sangat bertolak belakang di sini saudra-saudara. Di satu sisi Paulus mengatakan bahwa ia menderita; tetapi di sisi lain ia mengatakan bahwa ia bersukacita sekalipun ia menderita. Dalam keyakinan iman kita dan dalam berbagai kesaksian Alkitab kita dapat mengungkapkan dengan tegas dan lugas bahwa ketika kita menderita karena Kristus, maka penderitaan dan jerih payah yang kita lakukan tidak sia-sia karena kita akan memperoleh mahkota kemenangan dan turut serta dalam kebahagiaan bersama-Nya. Itulah janji Allah kepada tiap-tiap kita yang mau terus bertekun menjadi rekan sekerja Allah di tengah dunia. Bahkan Injil Yohanes 16:33 mengungkapkan dengan jelas bahwa damai sejahtera Allah akan terus diberikan-Nya kepada kita sekalipun kita berada dalam penderitaan karena DIA. DIA tidak akan pernah meninggalkan kita. Bahkan Ia menyertai kita sampai akhir zaman.
Saudara-saudara, menjadi orang Kristen dan pengikut Kristus bukanlah menjadi orang yang kemudian terbebas dari segala penderitaan. Tetapi yakinlah bahwa Tuhan akan memampukan kita melewati segala penderitaan hidup kita. Oleh karena itu jangan pernah putus berharap kepada-Nya dalam segenap perjuangan hidup kita. Jangan pernah berhenti berjuang dalam segala tugas penatalayanan yang Ia percayakan kepada kita dimanapun kita ditempatkan. Teruslah menjadi saksi Kristus dan teruslah melayani-Nya karena pelayanan adalah sebuah perjuangan. Dan perjuangan di dalam Kristus tidak akan pernah menjadi sia-sia. Kemerdekaan Republik Indonesia secara de facto dan de yure sudah boleh kita raih. Namun perjuangan dalam hidup dan pelayanan kita belumlah usai sampai Tuhan memanggil kita kembali ke rumah-Nya yang baka, bahkan sampai kesudahan segala sesuatu. Selamat menjadi pelayan Tuhan yang setia dan selamat berjuang senantiasa di dalam Kristus. Amin.

Penutup
Indonesia Jaya
Hari-hari Terus Berlalu
Tiada pernah berhenti
S'ribu rintang jalan berliku
Bukanlah suatu penghalang

Hadapilah segala tantangan
Mohon Petunjuk yang kuasa
Ciptakanlah Kerukunan Bangsa
Kobarkanlah, dalam dada
Semangat jiwa Pancasila...

Hidup tiada mungkin...
Tanpa perjuangan,
Tanpa pengorbanan,
Mulia adanya
Berpegangan tangan...
Satu dalam cita...
Demi masa depan...
Indonesia Jaya
Pelayanan Adalah Perjuangan
Dengan nada lagu Indonesia Jaya.
Voice Aransement by Erick Susanto Tjandra.

Hari-hari terus berlalu
Tiada pernah berhenti
Sribu rintang jalan berliku
Bukanlah suatu penghalang

Hadapilah segala tantangan
Mohon petunjuk yang kuasa
Ciptakanlah kerukunan umat
Kobarkanlah, dalam dada
Semangat jiwa pelayanan

Melayani tiada mungkin
Tanpa perjuangan
Tanpa pengorbanan
Mulia adanya
Berpegangan tangan
Satu dalam cita
Demi kemuliaan
Yesus Kristus Tuhan.

Pokok-Pokok Doa Syafaat:
11.    Pengucapan syukur atas diizinkannya Indonesia memasuki usia kemerdekaan yang ke-68 tahun dan permohonan agar kiranya Tuhan terus memimpin, menyertai dan memberkati perjalanan bangsa kita ke depan. Demikian pun agar pemerintah kita senantiasa memiliki rasa takut akan Tuhan dan benar-benar mau bekerja menyejahterakan rakyatnya.
22. Peran aktif seluruh rakyat Indonesia termasuk kita di dalamnya untuk mengisi kemerdekaan yang sudah sekian lama kita kecap. Khususnya bagi kita agar kita dapat terus menjadi garam dan terang di tengah bangsa kita dari lingkup terkecil sampai lingkup terbesar di mana kita ditempatkan.
33.  Berdoa bagi tragedi demokrasi dan tragedi kemanusiaan yang terjadi di Mesir.
44. Berdoa bagi proses perdamaian yang terus diupayakan bagi Israel-Palestina.





                                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar