Rabu, 14 Mei 2014

Belajar Dari Cara Berdoa Kaum Israelite: Sebuah Refleksi Singkat



                Dalam berbagai kesaksian Alkitab yang dapat kita temukan, maka kita dapat melihat bahwa cara berdoa orang Israel adalah dengan merundukkan kepala sampai ke tanah. Apa sesungguhnya yang bisa kita petik dan kita pelajari dari cara berdoa kaum Israelite yang seperti ini? Saya merenungkan dan mendapati akan poin ini: Perundukkan kepala sampai ke tanah hendak menggambarkan perbedaan mendasar antara Allah dengan manusia. Manusia berada di atas dan manusia berada di bawah. Dengan demikian maka secara langsung atau pun tidak langsung, Orang Israel sadar benar bahwa Allah berotoritas penuh atas diri dan hidup mereka. Dengan demikian mereka juga akan menjadi sangat sadar sikap apa yang seharusnya mereka miliki terhadap Tuhan. Tidak lain dan tidak bukan adalah menggantungkan diri sepenuhnya di dalam kemahakuasaan Tuhan dengan kesadaran penuh bahwa manusia hanyalah ciptaan. Demikian pula manusia memiliki kelemahan. Oleh karena itu manusia memerlukan figur yang benar-benar kuat untuk menopang segala kelemahannya. Figur itu tidak lain dan tidak bukan adalah Tuhan sendiri, karena DIA adalah Sang Pencipta sementara manusia adalah ciptaan. Keberadaan Tuhan di tengah-tengah manusia menjadi benar-benar nyata pada saat kelahiran Tuhan Yesus Kristus ke dalam dunia. Kehadiran-Nya secara fisik, karya dan kemahakuasaan-Nya dapat benar-benar disaksikan dan dialami oleh mereka yang ada di zaman-Nya. Pertanyaan-Nya bagaimana dengan kita sekarang? Kristus sudah tidak tampak nyata di tengah kita. Tapi DIA menjanjikan penolong yang lain yaitu Roh Kudus yang akan terus meneguhkan dan menguatkan langkah hidup kita, terlebih di saat kita menjadi lemah. DIAlah yang akan terus menegur dan mengingatkan kita akan kebenaran Firman Allah. DIAlah Tuhan sendiri yang senantiasa akan menyertai kita sampai akhir zaman sesuai dengan janji-Nya sebelum Kristus naik ke Sorga. Kesimpulannya adalah bahwa Allah tetap ada dan hidup di tengah-tengah kita sampai saat ini dan selama-lamanya. Kehadiran-Nya kini dapat kita rasakan dan alami di dalam segenap kehidupan kita. Kuncinya adalah kita harus mau menundukkan diri kita serendah-rendahnya di hadapan Tuhan seperti yang kita pelajari dari cara berdoa Kaum Israelite. Mungkin bukan dalam bentuk tata cara yang nyata yang perlu kita contoh dari cara doa mereka. Tetapi merendahkan diri yang dimaksud adalah hati yang merendah di hadapan. Hati yang mau senantiasa mengakui bahwa kita adalah manusia yang lemah yang membutuhkan tangan Tuhan yang kuat. Hati yang mau terus senantiasa menyadari bahwa tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menolong. Dan DIA pasti akan menolong kita sesuai dengan janji-Nya bahwa DIA akan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan, terutama bagi mereka yang percaya dan takut akan DIA. Ketika ada orang-orang yang justru dengan lugas berkata bahwa Tuhan tidak ada, atau Tuhan sudah mati, justru Tuhan mau agar kita percaya dengan sungguh-sungguh akan keberadaan-Nya di tengah kehidupan kita. Pun Tuhan mau hadir menolong kita senantiasa dalam segala keadaan. Intinya adalah percaya. Percaya yang tanpa syarat. Percaya sekalipun tidak atau belum melihat. Karena berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar