Dalam berbagai
kesaksian Alkitab yang dapat kita temukan, maka kita dapat melihat bahwa cara
berdoa orang Israel adalah dengan merundukkan kepala sampai ke tanah. Apa
sesungguhnya yang bisa kita petik dan kita pelajari dari cara berdoa kaum
Israelite yang seperti ini? Saya merenungkan dan mendapati akan poin ini:
Perundukkan kepala sampai ke tanah hendak menggambarkan perbedaan mendasar
antara Allah dengan manusia. Manusia berada di atas dan manusia berada di
bawah. Dengan demikian maka secara langsung atau pun tidak langsung, Orang
Israel sadar benar bahwa Allah berotoritas penuh atas diri dan hidup mereka.
Dengan demikian mereka juga akan menjadi sangat sadar sikap apa yang seharusnya
mereka miliki terhadap Tuhan. Tidak lain dan tidak bukan adalah menggantungkan
diri sepenuhnya di dalam kemahakuasaan Tuhan dengan kesadaran penuh bahwa
manusia hanyalah ciptaan. Demikian pula manusia memiliki kelemahan. Oleh karena
itu manusia memerlukan figur yang benar-benar kuat untuk menopang segala kelemahannya.
Figur itu tidak lain dan tidak bukan adalah Tuhan sendiri, karena DIA adalah
Sang Pencipta sementara manusia adalah ciptaan. Keberadaan Tuhan di
tengah-tengah manusia menjadi benar-benar nyata pada saat kelahiran Tuhan Yesus
Kristus ke dalam dunia. Kehadiran-Nya secara fisik, karya dan kemahakuasaan-Nya
dapat benar-benar disaksikan dan dialami oleh mereka yang ada di zaman-Nya.
Pertanyaan-Nya bagaimana dengan kita sekarang? Kristus sudah tidak tampak nyata
di tengah kita. Tapi DIA menjanjikan penolong yang lain yaitu Roh Kudus yang
akan terus meneguhkan dan menguatkan langkah hidup kita, terlebih di saat kita
menjadi lemah. DIAlah yang akan terus menegur dan mengingatkan kita akan
kebenaran Firman Allah. DIAlah Tuhan sendiri yang senantiasa akan menyertai
kita sampai akhir zaman sesuai dengan janji-Nya sebelum Kristus naik ke Sorga.
Kesimpulannya adalah bahwa Allah tetap ada dan hidup di tengah-tengah kita
sampai saat ini dan selama-lamanya. Kehadiran-Nya kini dapat kita rasakan dan
alami di dalam segenap kehidupan kita. Kuncinya adalah kita harus mau
menundukkan diri kita serendah-rendahnya di hadapan Tuhan seperti yang kita
pelajari dari cara berdoa Kaum Israelite. Mungkin bukan dalam bentuk tata cara
yang nyata yang perlu kita contoh dari cara doa mereka. Tetapi merendahkan diri
yang dimaksud adalah hati yang merendah di hadapan. Hati yang mau senantiasa
mengakui bahwa kita adalah manusia yang lemah yang membutuhkan tangan Tuhan
yang kuat. Hati yang mau terus senantiasa menyadari bahwa tangan Tuhan tidak
kurang panjang untuk menolong. Dan DIA pasti akan menolong kita sesuai dengan
janji-Nya bahwa DIA akan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan, terutama
bagi mereka yang percaya dan takut akan DIA. Ketika ada orang-orang yang justru
dengan lugas berkata bahwa Tuhan tidak ada, atau Tuhan sudah mati, justru Tuhan
mau agar kita percaya dengan sungguh-sungguh akan keberadaan-Nya di tengah
kehidupan kita. Pun Tuhan mau hadir menolong kita senantiasa dalam segala
keadaan. Intinya adalah percaya. Percaya yang tanpa syarat. Percaya sekalipun
tidak atau belum melihat. Karena berbahagialah mereka yang tidak melihat namun
percaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar