Minggu, 04 September 2016

INSPIRASI SANG GEMBALA

http://www.satuharapan.com/uploads/pics/news_305_1465471618.jpg Bulan Juni 2016 merupakan waktu berduka yang mendalam bagi Gereja Kristen Indonesia termasuk juga kita sekalian, karena salah seorang pendeta yang sudah melayani sekian lama di GKI hingga telah memasuki masa emiritusnya sampai dengan sekarang usianya mencapai 64 tahun pada saat Tuhan memanggilnya kembali ke haribaan-Nya dengan cara-Nya. Ya! http://www.satuharapan.com baru-baru ini memuat berita tentang wafatnya Pdt.Em.Peter Then dalam usianya sebagaimana tersebut di atas karena terseret ombak di Bali. Lebih lanjut satuharapan.com menyebutkan bahwa niscaya pada saat itu Pdt.Em.Peter Then sedang berada di Pantai Gelak Bali untuk membuang abu kakak iparnya. Dan terjadilah peristiwa naas itu, dimana Pdt Peter Then (alumni STT Jakarta dan saudara kembar dari Pdt.John Then itu) terhempas ombak dan ikut terbawa arus ombak tersebut. Dalam keterangan pers yang saya (*ESTJ) coba cari dan temukan memang tidak disebutkan tanggal pasti kapan peristiwa terseret ombak itu terjadi dan sampai membuat yang bersaangkutan menghembuskan nafas terakhirnya. Yang jelas di sanan diungkapkan bahwa Pdt.Em.Peter Then yang merupakan pendeta emiritus dari GKI Terusan Pasirkoja itu, pada saat sebelum peristiwa terseret ombak itu terjadi sedang menuruni tangga menuju tepi pantai untuk menabur bunga (sumber: tribunnews.com). Dilansir juga dalam berita tersebut bahwa korban meninggal ada dua orang dan salah satunya Pdt.Em.Peter Then. Yang seorang lagi tidak diketahui namanya. Sedangkan istri Pdt.Em.Peter Then, Ibu Ferina Kurniawan bersama puterinya Estherina yang ikut dalam rombongan keluarga yang terdiri dari 25 orang untuk menghadiri tabur abu itu dilaporkan selamat. Turut menjadi sumber berita yang membenarkan peristiwa wafatnya Pdt.Em.Peter Then adalah Pdt.Gomar Gultom (Sekum PGI) dan Pdt.Kuntadi Sumadikarya (mantan ketua Sinode Wilayah GKI SW Jabar. Berikut adalah kutipan kesaksian hidup dari istri Pdt.Em.Peter Then yang saya (*ESTJ) peroleh dari salah satu kiriman Whatsapp: “Kesaksian dari yang ngikutin kebaktian kemaren... CI FeI, istri dari Pak Peter Then...Ci Fei ga mau ninggalin TKP sebelum tubuh suaminya ditemukan. Dia ga bisa terima waktu dibilangin warga setempat...belum pernah jasad bisa kembali di tempat TKP. Tapi Ci Fei dan rombongan melakukan pujian penyembahan dan doa terus-menerus. Akhirnya begitu ombak reda muncul tubuh mereka kelihatan seperti diangkat naik. Melihat itu penduduk setempat bilang bahwa Tuhan kalian hebat. Biasanya mereka-mereka pakai pawang orang pintar dan sebagainya ga balik. Kalau ketemu beberapa hari itu pun di tempat lain. Luar biasa ya. Sampai akhir hidup Pdt Peter Then tetap menjadi saksi hidup buat orang lain. Mereka menyanyikan lagu Allah kuasa melakukan segala perkara di hampir satu jam. Puji Tuhan! Tuhan kita memang luar biasa! Ini kesaksian kemarin malam... Almarhum Pdt Peter Then tutup usia di usia 64 tahun. Sekitar 40 tahun lalu STT Jakarta dihebohkan dengan kedatangan duo kembar Peter Then dan John Then. Kembar identik, suaranya sama, sama-sama ramah, dua-duanya masuk sekolah teologia karena sama-sama mau jadi pendeta. Dua-duanya sama-sama pintar dan pintar main piano. Mungkin hanya mereka berdua pada masa itu yang bisa main piano. Jadi ketika kawan-kawan di STT sedang jenuh, saat mereka mendengar permainan piano duo kembar ini, langsung tahu pasti John dan Peter yang main. Dan mereka merasa sangat terhibur dengan musik yang dimainkan oleh duo kembar ini. Setelah lulus, yang sebenarnya dipanggil untuk pelayanan di GKI Kebonjati Bandung adalah Pdt.John Then. Namun saat majelis bermaksud menjemput Pdt.John Then ke Solo, yang ada di rumah adalah Pdt.Peter Then. Dan malah Pdt.Peter Then yang dibawa ke Bandung. Gagal paham kayanya majelisnya...hehehe. Tapi bersyukur banget. Karena kesalahpahaman itu akhirnya Pdt Peter lah yang ditempatkan di Bandung dan kami diberi kesempatan untuk mengenal beliau. Setelah enam tahun melayani di GKI Kebonjati beliau pindah ke GKI Pasirkoja. Hingga beliau tutup usia beliau tetap setia melayani di situ. Beliau orang pertama yang mengadakan persekutuan bagi tuna rungu di gerejanya. Bahkan ada komisi tuna rungu juga di sana yang melayani hingga saat ini. Menurut mereka Pdt Peter adalah sosok yang penuh teladan, guru, sahabat, pembimbing, penyemangat dan entah berapa banyak lagi predikat yang beliau sandang karena pengabdiannya. Proud of you, Sir. Khotbah terakhir beliau di GKI Pasirkoja tanggal 5 Juni 2016 kemarin. Seharusnya tema GKI adalah “Allah Melawat Umat-Nya.” Namun beliau meminta izin kepada majelis untuk mengubah tema khotbah Hari Minggu itu menjadi “Jangan Menangis.” Mungkin beliau sudah mendapat firasat bahwa akan dipanggil pulang oleh Bapa. Yang dapat disimpulkan dari khotbah terakhir beliau adalah teruslah bernyanyi dan banyaklah membaca Firman Tuhan. Baru kali ini datang ke rumah duka dan penatuanya sebanyak itu. Semua rela berdesak-desakan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Pdt Peter Then. GKI sungguh berduka dan sangat kehilangan tokoh besar ini. Sungguh pelayanan beliau menyentuh hati banyak orang. Sekarang pak pendeta yang murah senyum ini sudah tiada. Namun pengajarannya akan selalu diingat sepanjang masa. Bersalaman dengan Pdt John Then tadi langsung seketika seperti melihat Pdt Peter Then. Senyumnya, suaranya, keramahannya, sangat identik. Benar-benar sosok pendeta yang satu ini tidak akan terlupakan. Selamat jalan pak pendeta. Terima kasih atas pelayanan dan pengabdianmu yang tulus dan membawa nuansa baru bagi seluruh gereja Tuhan di dunia. Perjuangan bapak tidak akan pernah sia-sia. Selamat bernyanyi dan memuji Tuhan di Surga. Sampai waktunya kami akan bertemu bapak di sana. Tuhan memberkatimu Pdt.Em.Peter Then. Sampai berjumpa lagi.” Jangan bersedih dan jangan menangis, sebagaimana pesan terakhir dari Pdt.Em.Peter Then sebelum kepergiannya untuk selama-lamanya dari dunia ini dan dari antara kita sekalian. Yakin dan percayalah bahwa ada saatnya dimana kita akan bertemu kembali dengannya di Surga sana. Karena Tuhan kita Yesus Kristus pergi ke sana untuk menyediakan tempat juga bagi kita anak-anak-Nya. Jangan bersedih dan jangan menangis. Kenangkanlah segala kebaikan-Nya yang telah ditunjukkan di dalam dan melalui diri Pdt.Em Peter Then semasa hidupnya. Syukurilah segala kebaikan-Nya yang telah menghadirkan dia di antara kita selama ini. Dan teladanilah segala yang baik daripadanya. Karena dia akan selalu hidup di dalam lubuk hati kita yang paling dalam sekalipun dia kini telah tiada. Mari kita ucapkan bersama-sama selamat jalan pak pendeta. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar