Minggu, 04 September 2016

BUANGLAH KEBODOHAN (AMSAL 9:1-6)

Saudara-saudara, berdasarkan bagian bacaan kita saat ini yang terambil dari Kitab Amsal pasalnya yang ke-9 ayatnya yang pertama sampai dengan ayatnya yang ke-6, saya rindu mengajak kita sekalian untuk merenungkan sebuah tema yaitu: Buanglah Kebodohan. Kalau kita berbicara mengenai gambaran orang muda pada umumnya saudara, maka tidak bisa kita pungkiri adanya deskripsi dan stereotype dari banyak kalangan di sekitar kita yang mengatakan bahwa orang muda pada hakikatnya adalah orang yang dianggap masih kurang berpengalaman. Atau dengan kata lain orang muda dikatakan sebagai orang yang masih belum banyak makan asam garam kehidupan. Sehingga dengan demikian orang muda seyogyanya digambarkan sebagai orang yang masih harus banyak belajar dan perlu menimba banyak ilmu dan pengalaman untuk dapat menjadi orang yang lebih mumpuni pada akhirnya. Walaupun memang bagi saya pribadi dan tentu juga bagi kita sekalian, kita pasti akan setuju ketika saya katakan bahwa proses belajar adalah sebuah proses sepanjang hayat masih dikandung badan. Bahkan saya pun hingga saat ini merasa perlu dan harus mengakui bahwa saya masih berada dalam proses belajar, dimana saya adalah seorang pembelajar dari sekolah kehidupan. Tentunya begitu juga dengan kita saudara. Proses belajar tidak harus berhenti sampai dengan jenjang tertinggi pada pendidikan formal. Tetapi proses belajar adalah proses yang masih akan terus berlanjut sampai Tuhan memanggil kita pulang ke dalam kediaman yang kekal. Bahkan Tuhan Yesus Kristus sendiri mengatakan dengan tegas dalam Injil Matius 11:29: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati; dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Ya saudara. Tuhan memang sungguh ingin agar setiap kita dapat belajar kepada-Nya. Terlebih juga bagi setiap kita para kaum muda yang telah menjadi percaya kepada-Nya. Tentu keinginan Tuhan ini bukanlah tanpa maksud. Tuhan sungguh ingin agar setiap kita sebagai orang muda yang percaya tidak dianggap rendah karena kemudaan kita. Tuhan sungguh ingin agar setiap kita sebagai orang muda yang percaya juga dapat menjadi teladan bagi segala orang beriman; baik dalam perkataan kita, tingkah laku kita, dalam kasih kita, dalam kesetiaan kita dan dalam kesucian kita. Itulah yang diungkapkan dalam 1 Timotius 4:12 saudara. Keinginan Tuhan agar kita membuang kebodohan dan mengikuti jalan pengertian atau jalan hikmat Tuhan bukanlah tanpa maksud. Karena Tuhan ingin agar setiap kita beroleh hidup dan bukan kebinasaan. Ya saudara, kita ketahui bersama bahwa kunci kehidupan orang percaya memang terletak pada iman percayanya. Sebagaimana Injil Yohanes 3:16 mengatakan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini maka Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal; agar barangsiapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Tapi tentu tidak berhenti sampai di situ saudara. Karena bagi tiap orang percaya selalu akan berlaku prinsip: percaya dulu baru mengerti. Dan untuk percaya sungguh dibutuhkan iman yang benar kepada Tuhan. Tetapi untuk mengerti selalu dibutuhkan kesediaan untuk mau belajar dan diajar. Bahkan setiap kita sesungguhnya dipanggil dan diutus untuk mau belajar dan diajar untuk mengajar. Itulah panggilan Tuhan bagi setiap orang percaya termasuk kita para kaum muda. Ya saudara. Kita dapat melihat contoh konkretnya di dalam Alkitab, yaitu dalam Kitab Daniel 1:1-21. Khususnya dalam ayatnya yang ke-17 dari Kitab Daniel pasalnya yang pertama itu digambarkan dengan jelas bagaimana Allah memberikan kepada keempat orang muda yaitu Daniel (Beltsazar), Hananya (Sadrakh), Misael (Mesakh) dan Azarya (Abednego) pengetahuan, kepandaian tentang berbagai tulisan dan hikmat. Bahkan secara khusus Daniel juga mempunyai pengertian tentang berbagai-bagai pengelihatan dan mimpi. Kalau kita perhatikan secara seksama saudara, maka dapat kita ketahui bahwa pada saat itu mereka menjadi bagian dari orang-orang muda yang terpilih untuk bekerja pada Raja Yoyakim (Raja Yehuda), dimana pada tahun ketiga masa pemerintahannya maka datanglah Nebukadnezar (Raja Babel) ke Yerusalem lalu mengepung kota itu. Jadi terlihat di sini suatu kebutuhan akan bibit-bibit muda yang unggul pada saat itu. Dan keempat orang muda itu menjadi bagian di dalamnya. Tentu bukan karena kekuatan dan kecakapannya sendiri melainkan karena Tuhan yang turut campur tangan di dalamnya. Kalau kita boleh membandingkan dengan prestasi orang-orang muda Indonesia maka kita bisa melihat salah satu contohnya juga dalam diri dua pebulutangkis muda Indonesia yaitu butet dan owi yang baru saja memenangkan medali emas dalam olimpiade kemarin. Dan istilah yang digunakan bagi mereka adalah pahlawan olahraga Indonesia. Saudara-saudara, bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah sungguh-sungguh beriman dan percaya kepada Tuhan dengan setia? Dan setelah kita menjadi percaya, apakah kita sudah sungguh-sungguh mau belajar kepada Kristus dan meneladani-Nya dengan setia? Dan apakah kita sudah sungguh-sungguh menjadi laskar-laskar Kristus? Marilah kita buang segala kebodohan yang ada dalam diri kita. Karena sesungguhnya akar dari segala kebodohan adalah dosa. Karena dosa mengakibatkan kita tidak lagi mampu mengenal jalannya Tuhan dengan baik dan benar. Dosa mengakibatkan kita hanya mampu untuk menjadi orang-orang yang tidak benar dan tidak berkenan di hadapan Tuhan. Bahkan Alkitab dengan tegas mengatakan: “Dalam dosa aku dikandung ibuku (Mazmur 51:5).” Hal inilah yang menyebabkan tidak ada seorang pun yang benar dan baik di hadapan Allah. Karena sesungguhnya setiap kita telah mewarisi dosa asal atau dosa turunan dari Adam dan Hawa. Tetapi bagi setiap kita yang telah menjadi percaya kepada Tuhan maka Ia berfirman bahwa kita akan diselamatkan karena iman. Pun bagi setiap kita yang mengaku dosa kita di hadapan-Nya maka Ia adalah setia dan adil. Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yohanes 1:9). Kini, ketika Tuhan sudah mengampuni segala dosa dan pelanggaran kita. Dan ketika Tuhan sudah membayar lunas harga penebusan kita dengan darah-Nya dan nyawa-Nya. Bahkan ketika Tuhan sudah menang atas dosa dan maut melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Pun ketika Tuhan siap menjadikan kita pemenang bahkan lebih daripada pemenang. Semua itu diwujudnyatakan-Nya bagi kita dan atas kita karena Dia sungguh mengasihi kita dan sudah lebih dulu mengasihi kita. Dia sudah membuktikan kasih-Nya kepada kita. Bahkan Dia akan senantiasa mengasihi kita di sepanjang kehidupan kita bahkan sampai kepada kesudahannya. Karena kasih-Nya adalah dari kekal sampai kekal. Ketika kita tahu bahwa kasih Tuhan begitu besar dan begitu luar biasa, maka pertanyaannya bagi kita: apakah balasmu? Sudahkah kita mengasihi Dia dengan setia? Sudahkah yang terbaik kita berikan kepada-Nya? Saudara, untuk memberi yang terbaik bagi Tuhan butuh sebuah pengorbanan. Hal ini bukan hanya berbicara tentang persembahan fisik atau materi kita. Tetapi lebih daripada itu, hal ini berbicara tentang kesediaan diri kita untuk mau diajar dan dibentuk oleh Tuhan. Karena kita adalah bejana-Nya. Diajar dan dibentuk oleh Tuhan juga menuntut kesediaan dari diri kita sendiri dan masing-masing untuk mau terus belajar dan mencari hikmat Tuhan. Karena barangsiapa meminta maka ia akan menerima. Barangsiapa mencari maka ia akan mendapat. Dan barangsiapa mengetuk maka baginya pintu akan dibukakan (Matius 7:8). Oleh karena itu janganlah berhenti untuk belajar. Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33). Marilah kita menjadi pembelajar yang sejati yang selalu mau dengar-dengaran akan Firman Tuhan. Pun marilah kita mau terus belajar untuk tidak hanya menjadi pendengar yang setia melainkan juga mau menjadi pelaku Firman Tuhan yang setia. Takutlah akan Tuhan karena itu adalah sumber kehidupan (Amsal 14:27). Pergunakanlah hikmat yang dari atas dan bukan yang dari bumi (Yakobus 3:13-18). Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar