Sabtu, 23 Desember 2017

NATAL: PERAYAAN & PERINGATAN YANG TIDAK PERNAH USANG

Pendahuluan Natal Tlah Tiba! Mari Rayakan Natal! Itulah seruan yang acap kali dikumandangkan pada bulan Desember sebagai bulan natal. Tapi tahukah saudara tentang perjalanan sejarah natal itu sendiri sampai dengan saat ini, dimana kita merayakannya sebagai hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus? Oleh karena itu, melalui paparan tulisan ini saya rindu mengajak kita sekalian untuk secara bersama-sama menguliknya, sehingga kita menjadi tahu benar bahwa natal yang kita dan atau gereja rayakan hingga saat ini bukanlah perayaan dan peringatan yang akan menjadi usang [ESTJ]. Permulaan natal sebagai hari kelahiran dewa Ra’a atau dewa matahari Dalam berbagai sumber yang dapat saya dan atau kita temukan bersama, maka kita dapat mengetahui bahwa perayaan dan peringatan natal Kristiani yang seyogyanya dirayakan pada tanggal 25 Desember sebenarnya berawal dari perayaan dan peringatan hari kelahiran Dewa Ra’a atau Dewa Matahari yang terkadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18 Mei (Sumber: https://id-id.facebook.com/notes/-...natal.../273979822623626/).. Pada saat itu (abad ke-1 sampai abad ke-4), dunia masih dikuasai oleh imperium Romawi dengan paham agama pagan politeismenya. Jadilah Kaisar Konstantin menjadikan tanggal 25 Desember tersebut sebagai hari kelahiran Yesus Kristus. Jadi jelas bahwa konsep tentang tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus bukanlah konsep yang nyata tertulis di dalam Alkitab, melainkan merupakan hasil dari sebuah proses inkulturuasi budaya. Masih dari sumber yang sama tersebut di atas menyebutkan bahwa pada saat itu Kaisar Konstantin tidak bisa meninggalkan adat budaya pagannya. Apalagi terhadap pesta rakyat untuk memperingati Sunday (Hari Matahari). Oleh karena itu jadilah hari Minggu atau yang biasa disebut juga dengan Sunday dijadikan sebagai hari untuk beribadah dan hari perhentian. Itulah awal mula pergeseran pelaksanaan Sabat Yahudi yang biasa dilakukan pada hari Sabtu menjadi Hari Minggu dalam kekristenan. Oleh karena itu pada Konsili Nicea Konstantinopel pada tahun 325, kaisar Konstantin memutuskan menjadikan tanggal 25 Desember sebagai hari natal (Christmas Day). Adapun Kaisar Konstantin memeluk agama Katholik pada saat itu. Pemaknaan perayaan dan peringatan natal menurut Alkitab dan bagi umat Kristen Pemaknaan perayaan dan peringatan natal menurut Alkitab dan bagi umat Kristen hingga kini jelas merupakan hari perayaan dan peringatan kelahiran Tuhan Yesus Kristus yang adalah Firman yang menjadi Manusia. Hal tersebut jelas terlihat dalam Injil Yohanes pasalnya yang pertama mulai ayatnya yang pertama dan seterusnya. Dimana peristiwa kelahiran Yesus Kristus ini juga dicatat di dalam bagian injil yang lainnya. Bahkan sesungguhnya pemaknaan akan perayaan dan peringatan natal hingga kini bagi gereja adalah dimana Kristus lahir, hadir dan memerintah di dalam hati dan pikiran kita. Dengan demikian kita dimampukan untuk berpikir sebagaimana Kristus berpikir, merasa sebagaimana Kristus merasa dan bertindak sebagaimana Kristus bertindak. Oleh karena itu penting juga bagi kita untuk menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang tidak mementingkan kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia, melainkan mau taat sampai mati di kayu salib untuk menebus segala dosa dan pelanggaran kita. Oleh karena itu, di momentum natal ini penting bagi kita untuk bertanya ke dalam diri kita masing-masing: Sudahkah yang terbaik kita berikan untuk Tuhan? Sudahkah kita sungguh-sungguh percaya dan mempercayakan diri dan hidup kita kepada-Nya sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat kita? Sudahkah kita benar-benar percaya kepada Firman-Nya yang terdapat di dalam Alkitab? Dan sudahkah kita benar-benar bisa memahami dan memaknai perayaan natal kita sebagai perayaan natal yang bernilai tetap dan sinambung sehingga tidak akan pernah menjadi usang? Mari merayakan natal. Selamat merayakan natal. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar