Kamis, 03 Oktober 2013

INGAT PERINTAH INI! (SEBUAH REFLEKSI DARI KITAB KEJADIAN 1:28)

NB: Artikel ini disusun pada tanggal 17 Juli 2013.

Dari judul yang tertera di atas dan bagian Alkitab yang menjadi landasan dari refleksi ini, dapatkah kita menangkap perintah apa yang dimaksudkan dalam judul refleksi ini? Ya, benar! Sebuah perintah agar manusia Adam dan Hawa beranakcucu dan bertambah banyak. Sebuah perintah untuk memenuhi bumi dan menaklukkannya (kata dasar takluk). Sebuah perintah untuk berkuasa atas segala ciptaan Allah yang ada di bumi, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, termasuk juga tanah di dalamnya.
Merujuk dari kata dasar takluk pada ungkapan “taklukkanlah itu” yang dikorelasikan dengan perintah untuk berkuasa atas segala ciptaan, secara kasat mata mengisyaratkan kepada kita pembenaran sebuah tindakan eksploitasi tanah dan alam semesta ini semata-mata hanya untuk kepentingan, kesejahteraan, kebahagiaan dan kesenangan generasi kita saat ini. Ungkapan “generasi kita saat ini” hendak menggambarkan  bahwa kerap kali yang manusia pikirkan hanyalah kepentingan, kesejahteraan, kebahagiaan dan kesenangan sesaat saja. Namun apakah benar begitu juga yang dikehendaki Allah? Ternyata tidak. Perintah untuk berkuasa dan menaklukkan bumi dengan segala isinya yang dimandatkan Allah kepada manusia tetap mengandung nilai penting agar manusia mengelola dan memelihara segala ciptaan tersebut. Masa depan bumi dengan seluruh isinya memang diserahkan sepenuhnya ke dalam tanggung jawab manusia sebagai mahluk ciptaan yang paling sempurna (bdk.Mazmur 8:7-9; Ibrani 2:7-9). Namun sama sekali tidak dibenarkan kalau penguasaan atas bumi dan segala isinya hanya dilakukan dengan kecenderungan eksploitasi belaka tanpa pemeliharaan, karena sesungguhnya Allah kita adalah Sang Pemelihara. Masih ingatkah kita dengan sebuah lagu pujian yang kita pelajari sejak kita masuk di Sekolah Minggu yang berjudul “Jangan Kamu Kuatir?” Kata-kata di dalam lagu itu merupakan penggambaran Firman Tuhan yang terdapat dalam Lukas 12:22-28. Ayat ini menjadi fakta nyata kesaksian Alkitab bahwa Allah kita adalah Sang Pemelihara. Dengan demikian IA pun ingin agar tiap-tiap kita yang telah diberi mandat oleh-Nya untuk berkuasa atas bumi dan segala isinya juga mau dan mampu memelihara keberadaan bumi dengan segala isinya dengan sebaik-baiknya. Semuanya itu harus dipergunakan demi sebaik-baiknya kesejahteraan manusia dan keutuhan ciptaan selama bumi masih berputar sampai Tuhan datang kembali untuk yang kedua kali (sampai tiba saatnya kesudahan segala sesuatu). Artinya keberadaan alam semesta termasuk di dalamnya tanah memiliki nilai yang berkepanjangan dan harus dapat dinikmati dari generasi ke generasi. Oleh karena itu dalam mengusahakan dan mengelola tanah dan alam semesta ini, tiap-tiap kita perlu menggunakan akal budi yang telah dianugerahkan Allah kepada kita untuk memikirkan dan mengusahakan agar tanah dan alam semesta ini tidak segera habis, kikis dan punah sehingga keberadaannya masih dapat dinikmati dalam waktu yang lama secara konsisten dan sinambung sampai kepada anak cucu kita ke depan. Dengan upaya pemeliharaan yang baik terhadap bumi dengan segala isinya maka sesungguhnya kita sudah turut serta dalam karya pemeliharaan Allah terhadap keutuhan ciptaan dan dengan demikian kita terlibat aktif dalam maksud tujuan Ilahi atas keutuhan ciptaan-Nya. Upaya pemeliharaan bumi, tanah dan segala isinya menjadi suatu bukti nyata bahwa kita mempermuliakan Allah melalui segala ciptaan-Nya.
Namun demikian pada kenyataannya, manusia kerap kali hanya cenderung mengeksploitasi alam hanya demi kepentingan sesaatnya saja. Hal ini tidak lepas dari dampak kejatuhan manusia ke dalam dosa, dimana dosa mengakibatkan manusia lebih mau mengikuti keinginan dagingnya dan memberontak dari kehendak Tuhan yang mulia dan sempurna. Kita tahu bersama bahwa dalam keinginan daging terkandung hawa nafsu yang dapat digambarkan juga dengan adanya sikap egosentrisme dan konsumerisme semata dalam diri manusia. Tentu, sebagai orang-orang yang telah diselamatkan dan dibaharui oleh Tuhan kita Yesus Kristus, maka kita sebagai kaum nasrani perlu memiliki perubahan dalam pola berpikir dan bertingkah laku sesuai dengan pembaharuan budi kita. Dengan kata lain, ketika orang-orang dunia hanya melulu memikirkan kedagingan dan hawa nafsunya semata, maka kita sebagai orang-orang pilihan-Nya harus mampu berpikir dan bertindak sebagaimana Kristus berpikir dan bertindak. Ketika kita tahu benar bahwa Allah kita adalah Sang Pemelihara yang tidak akan pernah meninggalkan buatan tangan-Nya, maka kita sebagai pengikut Kristus hendaknya juga mau terlibat aktif dalam upaya pemeliharaan ciptaan Allah termasuk di dalamnya tanah.
Undang-Undang Dasar kita mengatur secara konstitusional bahwa tanah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan diperuntukkan bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Namun pada kenyataannya masih banyak praktek-praktek ilegal penguasaan tanah oleh individu atau golongan tertentu yang membawa penderitaan bagi warga sekitarnya. Sebut saja peristiwa tragedi kabut asap yang dibawa dari Indonesia sampai ke beberapa negara tetangga di Asia yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Hal itu dapat terjadi karena pengusahaan hutan yang kurang baik dan hanya berpijak pada kepentingan eksploitasi sesaat entah oleh kalangan pengusaha maupun perorangan. Melihat kenyataan seperti ini Firman Tuhan tidak henti-hentinya mengingatkan kepada kita agar kita mau kembali pada kebenaran Firman Tuhan itu sendiri. Yaitu agar kita mau memulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu untuk mau terlibat aktif dalam upaya pemeliharaan tanah dan seluruh alam semesta ini.
Pemerintah Indonesia mungkin memang telah mengupayakan program-program yang baik selama ini, seperti misalnya: program reboisasi dan penanaman seribu pohon. Sudah seharusnya jejak-jejak yang baik yang telah dirintis oleh pemerintah kita dapat diikuti juga baik oleh kalangan usahawan, pemegang izin HPH (Hak Pengusahaan Hutan), maupun kita pribadi lepas pribadi. Ingatlah bahwa tanah yang kita pijak sekarang beserta seluruh kekayaan alam semesta yang ada bukanlah milik kita sendiri melainkan merupakan pinjaman dari generasi-generasi setelah kita. Oleh karena itu kita perlu menjaga dan merawatnya dengan sebaik-baiknya.
Contoh kasus tentang kabut asap tersebut di atas hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kasus lainnya yang berhubungan dengan tanah dan pengelolaan alam semesta yang terjadi di Indonesia bahkan di dunia. Oleh karena itu merupakan hal yang penting bagi gereja di segala tempat (termasuk kita sekalian sebagai warga gereja) untuk menyuarakan kebenaran Allah tentang pentingnya pemeliharaan dalam tindakan penguasaan alam semesta. Penting juga bagi gereja untuk menyuarakan kata tidak bagi upaya-upaya pengeksploitasian alam secara berlebihan tanpa memikirkan upaya peremajaannya. Sebagai orang-orang yang mengasihi Tuhan, maka sudah semestinya kita juga menyatakan kasih kita kepada sesama. Demikian juga kita perlu untuk menyatakan kasih kita atas alam ciptaan-Nya.
Lao Tzu dalam ajarannya senantiasa menekankan tentang cinta kasih dan keramahan. Ungkapan-ungkapan Lao Tzu yang saya kutip dari id.wikipedia.org/wiki/Lao_Zi, antara lain:
(1). Kebaikan dalam kata-kata menciptakan keyakinan. Kebaikan dalam berpikir menciptakan kebesaran hati. Kebaikan dalam tindakan menciptakan cinta.
(2). Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan. Keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian. Keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih.
Saya yakin benar bahwa dalam pernyataan Lao Tzu tersebut di atas terdapat unsur cinta kasih dan keramahan terhadap alam. Demikian juga dengan tanah. Pun ketika kita berbicara tentang agama-agama secara majemuk, maka saya berani memastikan bahwa tiap-tiap agama akan berbicara tentang cinta kasih dan kedamaian secara vertikal maupun horisontal, termasuk di dalamnya dengan alam semesta. Sehingga tidak heran kalau Pdt.Martin Lukito Sinaga pernah mengungkapkan tentang agama cinta ketika memberi kuliah pada angkatan saya di STT Jakarta.

            Tiap-tiap agama boleh dan pasti berbicara tentang cinta kasih. Tetapi kekristenan secara eksplisit memiliki kekhususan, dimana inti ajaran Tuhan Yesus Kristus sebagaimana tercantum di dalam Alkitab adalah kasih. Bahkan Allah itu sendiri adalah kasih. Siapa yang tinggal di dalam kasih, ia tinggal di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Oleh karena itu sudah sepatutnya sebagai murid-murid Kristus kita mengimplementasikan ajaran Kristus tentang kasih di dalam kehidupan kita. Pun sudah sepatutnya kita menjadi penyalur-penyalur kasih Kristus. Untuk itu jangan tunda lagi! Marilah kita menyatakan kasih kita kepada Tuhan dalam kasih kita kepada sesama dan alam semesta. Tuhan memberkati kita sekalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar