Rabu, 16 Oktober 2013

ROH YANG MEMBERI KEKUATAN (ROMA 8:26-27)

                                           
                Saudara-saudara, setiap kali kita berulang tahun apa yang biasanya diucapkan orang ketika memberi selamat kepada kita? Pastinya selamat ulang tahun. Lalu apa lagi? Pastinya wish you all the best. Tiap orang yang mengucapkan selamat ulang tahun kepada teman dan kerabatnya pasti mendoakan yang terbaik bagi mereka yang sedang berulang tahun. Begitu juga dengan Roh Kudus. Dalam perannya di dalam kehidupan manusia, Roh Kudus yang adalah Allah sendiri terus bekerja melakukan yang terbaik dalam kehidupan orang-orang percaya. Dalam kesaksian Alkitab yang menjadi bagian bacaan kita saat ini diungkapkan peran Roh Kudus sebagai Roh yang menguatkan kita dalam segala kelemahan kita. Bahkan lebih jauh diungkapkan dalam konteks mengenai doa. Yaitu ketika kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa, maka Roh sendiri yang berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Ia berdoa sesuai dengan kehendak Allah bagi orang-orang kudus. Kira-kira siapa yang dimaksudkan dengan orang-orang kudus di sini? Apakah alim ulama? Apakah para pendeta? Bukan saudara-saudara. Yang dimaksud dengan orang-orang kudus di sini adalah tiap-tiap kita yang dipanggil keluar dari kegelapan menuju terang-Nya yang ajaib. Karena itulah makna kata Qadosy yang sesungguhnya. Dipisahkan dari yang lain. Dipisahkan dari dunia ini dan dikhususkan menjadi orang-orang pilihan Allah. Bukankah tiap-tiap kita dipanggil dan dipilih Tuhan menjadi imamat yang rajani, umat pilihan Allah dan Israel-Israel yang baru? Sebagai imamat yang rajani, umat pilihan Allah dan Israel-Israel yang baru sudah sepatutnya kita menggantungkan dan mengandalkan hidup kita hanya kepada Allah dalam Yesus Kristus yang menjadi dasar iman kita dan bahkan kepala gereja itu sendiri. Sebagai Israel-Israel yang baru tentunya Tuhan tidak mengharapkan kita hanya pandai dalam melakukan ritual-ritual ibadah, tetapi justru lebih dalam lagi kita dipanggil untuk menjadi pelaku Firman yang setiawan. Dan kepada tiap-tiap kita yang setiawan ada janji Tuhan kepada kita, yaitu bahwa kita boleh masuk dan turut serta dalam kebahagiaan sejati bersama dengan Tuhan.

                Saudara-saudara, Roh Kudus adalah Roh yang memberi kekuatan dalam segala kelemahan kita. Dialah Roh yang senantiasa mengarahkan dan memampukan kita berjalan di jalan kebenaran Tuhan. Dialah Roh yang terus menegur kita dan memberikan kepada kita hikmat bijaksana yang bersumber dari Tuhan sendiri. Dialah Roh yang terus memampukan kita mencari perkara-perkara yang di atas dan bukan yang di bumi. Dialah Roh yang menjadi jaminan kita bahwa ketika kita mau hidup di dalam Roh maka kita akan senantiasa menjadi penurut-penurut Allah dan pada akhirnya kita akan memperoleh jaminan hidup kekal bersama dengan Dia di dalam Sorga. Karena Alkitab juga berkata bahwa Roh memang penurut tetapi daging lemah. Sebagai orang-orang pilihan Tuhan tentunya Tuhan ingin agar kita dapat meresponi dengan penuh komitmen panggilan Tuhan untuk menjadi penurut-penurut Allah dalam hidup baru yang kita jalankan di dalam Tuhan dan bersama Tuhan. Yaitu hidup menurut Roh dan bukan menurut daging. Oleh karena itu kita perlu memberi ruang kepada Roh Kudus untuk terus bekerja dalam hati kita senantiasa. Biarkanlah Dia yang boleh terus menguatkan kita dalam kelemahan kita, menegur kita dalam segala kesalahan kita dan senantiasa mengarahkan kita kepada kebenaran yang sejati. Yaitu Yesus Kristus dan segala ajaran-Nya. Ketika Roh Kudus memiliki peran di dalam hidup kita dalam memberi kekuatan di dalam segala kelemahan kita, maka tiap-tiap kita pun di panggil untuk menjadi penopang bagi sesama kita yang lemah dan membutuhkan kekuatan serta penghiburan. Tiap-tiap kita dipanggil menjadi terang dan garam dunia. Tiap-tiap kita dipanggil untuk menjadi terang di tengah kegelapan dunia ini. Baiklah kita boleh terus mengambil komitmen penuh untuk menjalankan panggilan Tuhan ini kepada setiap kita umat pilihan-Nya. Baiklah kita boleh menjadi teladan dan kitab-kitab terbuka dimana sesama kita boleh melihat Kristus yang hidup di dalam diri dan hidup kita. Sehingga dengan demikian diri dan hidup kita menjadi kesaksian dan persembahan  yang kudus, harum dan berkenan bagi Tuhan karena itu adalah ibadah kita yang sejati. Kiranya Tuhan senantiasa memampukan kita untuk menjadi terang dan garam dunia. Kiranya Tuhan senantiasa memampukan kita untuk menjadi saksi-saksi-Nya yang kudus dan benar bagi tiap-tiap sesama kita yang membutuhkan. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Selasa, 08 Oktober 2013

BERTUMBUH DAN BERAKAR DALAM KRISTUS (SEBUAH RENUNGAN KHUSUSNYA BAGI MEREKA YANG BERULANG TAHUN)

Landasan Alkitab: Yohanes 15:1-8

                Saudara-saudara, sebagaimana kesaksian Alkitab bahwa Yesus Kristus adalah pokok anggur yang benar (Yohanes 15:1), maka Kristus juga menginginkan agar kita menjadi ranting-rantingnya (ayat 5). Dan sebagaimana ranting yang selalu bergantung pada akar pohon dimana pohon itu bertumbuh, maka Kristus pun mengharapkan agar kita hidup bergantung kepada-Nya. Bahkan dalam ayat yang ke-5 dari bagian bacaan kita tertulis dengan jelas bahwa di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Oleh karena itu sesungguhnya berakar dan bertumbuh dalam Kristus merupakan kebutuhan mendasar dan penting di dalam kehidupan keberimanan kita yang juga diaplikasikan dalam kehidupan keseharian. Dalam ungkapan yang lain diungkapkan bahwa kita tidak bisa mengandalkan diri pada kekuatan kita sendiri melainkan pada kekuatan, hikmat dan kemampuan yang berasal dari Tuhan. Ada sebuah lagu pujian yang mengungkapkan: “Percuma kita berlelah bila kurang pasrah diri dalam doa pada-Nya.” Sesungguhnya Dialah sumber dari segala sumber segala sesuatu di dalam hidup kita. Bahkan Dia yang turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan di dalam hidup ini, terutama bagi mereka yang percaya dan takut akan Dia. Oleh karena itu kecintaan kita kepada Tuhan perlu terus kita jaga dan tumbuh kembangkan. Caranya adalah dengan senantiasa mau bertekun dalam doa dan pengajaran. Dengan kata lain bertekun dalam ibadah dan persekutuan Kristiani. Di samping kita juga perlu memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan melalui doa dan saat teduh pribadi kita.
                Ada janji yang Tuhan berikan kepada setiap kita yang mau bertekun dalam rangka berakar dan bertumbuh dalam Tuhan. Mazmur pasal 1 mengungkapkan bahwa mereka yang kesukaannya ialah taurat Tuhan dan yang merenungkannya siang dan malam akan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air. Yang menghasilkan buahnya pada musimnya. Dan yang tidak layu daunnya. Apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bahkan tidak hanya itu saja. Ketika kita mengalami keletihan, kelesuan dan beban berat sekalipun, Ia menjanjikan kelegaan kepada kita. Khususnya kepada tiap-tiap kita yang saat ini sedang berulang tahun dan merayakan hidup dalam pertambahan usia yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, Firman Tuhan juga menjanjikan umur panjang bagi mereka yang takut akan Tuhan. Demikian juga dengan kekayaan dan hormat. Sungguh indah hidup bersama Tuhan dan di dalam Tuhan. Terlebih karena Dia sendiri yang memilih kita dan bukan kita yang memilih Dia. Oleh karena itu jangan pernah sia-siakan anugerah terindah dari Tuhan kepada kita. Jadikanlah Dia sebagai tempat bergantung dan bersandar. Bahkan jadikanlah Dia sebagai Raja di dalam hidup kita. Biarkanlah Dia senantiasa meraja dalam hati dan pikiran kita. Biarkanlah Dia terus mengubahkan dan menyempurnakan hati, diri dan hidup kita sehingga kita dari hari ke sehari menjadi semakin serupa dengan Kristus. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.



Minggu, 06 Oktober 2013

SETIA DALAM ANUGERAH KESELAMATAN ALLAH

1 Korintus 15:58: “Karena itu saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan Goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu Bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”

Pembukaan dan Uraian

                Saudara-saudara, di masa sekarang ini setiap kita tanpa terkecuali sedang memasuki masa goyangisme. Coba kita sebut saja sebuah goyangan yang biasa dikenal dengan sebutan goyang ala Cezar yang begitu terkenal khususnya pada acara Yuk Kita Sahur Trans TV dan berlanjut ke acara Yuk Keep Smile yang tayang setiap Sabtu dan Minggu di Trans TV. Ada juga goyang itik yang dipopulerkan oleh Saskia Gotik yang gagal menikah dengan Vicky Prasetyo. Dan berbagai nama dan model goyangan yang dipopulerkan oleh artis-artis lainnya juga di Indonesia. Tapi di hari ini saya tidak ingin mengajak kita sekalian berbicara tentang goyangan-goyangan tersebut. Tapi dari ilustrasi ini saya ingin mengajak kita melihat realita yang pasti kita pahami bersama bahwa ketika orang bergoyang maka postur tubuhnya pasti tidak akan berdiri tegak bukan? Melainkan pasti akan melekuk-lekuk sesuai dengan irama musik dan goyangannya itu sendiri. Hal ini mungkin sama dengan gambaran diri orang-orang kebanyakan pada umumnya yang bisa jadi gampang goyah, mudah galau, labil, dsb. Biasanya gambaran seperti ini dideskripsikan dalam diri anak-anak remaja yang baru memasuki masa pencarian jati diri. Namun tidak demikian dengan pesan yang terdapat dalam bagian bacaan kita. Bagian bacaan kita justru mengungkapkan: “Karena itu saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah. Giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Bahkan ungkapan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan dibuat dengan akhiran tanda seru yang bisa berarti merupakan sebuah perintah dan penting untuk diperhatikan serta dikerjakan. Dalam ungkapan  ini terdapat sebuah nilai kesetiaan dalam rangka melaksanakan pekerjaan Tuhan di tengah dunia yang juga harus dilihat dalam kerangka kesetiaan dalam anugerah keselamatan Allah yang menjadi tema kita saat ini. Sebagaimana Filipi 2:12 mengungkapkan “Kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar.” Dengan demikian kesetiaan kita dalam pekerjaan Tuhan sesungguhnya merupakan wujud representasi pengucapan syukur kita atas anugerah keselamatan yang telah dikerjakan Allah bagi kita melalui Yesus Kristus. Terlebih ketika dengan jelas perikop ini diberi judul oleh LAI “Kebangkitan Tubuh.” Pun di dalam ayat yang ke-54 dan ke-55 dipertegas lagi dengan ungkapan: “Maut telah ditelan dalam kemenangan Kristus atas dosa dan maut itu sendiri. Hai maut, dimanakah kemenanganmu dan dimanakah sengatmu?” Sesungguhnya tiap-tiap kita sebagai orang percaya telah dipanggil keluar dari kegelapan menuju terang-Nya yang ajaib. Kita yang pada awalnya adalah sampah karena dosa telah dipungut dan diangkat Allah untuk menjadi anak-anak-Nya, untuk menjadi alat-Nya, untuk menjadi sahabat-Nya, hamba-Nya dan bahkan rekan sekerja-Nya di tengah dunia. Dalam ungkapan yang lain hendak dikatakan bahwa kita telah dipersekutukan kembali dengan Allah melalui karya penyelamatan Yesus Kristus sehingga kita bukan lagi hamba dosa melainkan hamba kebenaran. Demikianlah kita tidak perlu lagi hidup di dalam dosa. Bahkan Kristus sendiri senantiasa menyampaikan pesannya kepada kita melalui Firman-Nya supaya kita jangan berbuat dosa lagi.
                Saudara-saudara, berbicara tentang tema setia dalam anugerah keselamatan Allah membuat saya ingin mengajak kita melihat realita di sekitar kita. Ternyata memang akibat dosa yang diwariskan oleh Adam dan Hawa membuat tiap-tiap kita manusia pada umumnya memiliki kecenderungan sikap tidak setia. Kita lihat saja realita perceraian yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga-rumah tangga di sekitar kita. Demikian juga dengan realita perselingkuhan misalnya yang membuat istilah PIL (Pria Idaman Lain) dan WIL (Wanita Idaman Lain) begitu populer dan seringkali kita dengar. Bahkan dalam kehidupan keimanan pun acap kali terjadi juga realita ketidak setiaan seperti itu. Karena satu dan lain hal maka dengan mudahnya seorang Kristen menjual iman dan Tuhannya lalu menukarnya dengan yang lain. Realita paling jelas di dalam Alkitab ada pada kisah Yudas Iskariot yang menjual Yesus demi memperoleh uang. Kalau realita-realita nyata di sekitar kita mungkin bisa kita amati sendiri ya. Ada Bella Safira yang berpindah keyakinan menjadi mualaf demi menikahi suaminya. Bahkan terakhir saya melihat di siaran youtube ada seorang mantan pendeta GKI Papua yang kemudian masuk Islam dan beralih menjadi seorang mubalik Islam.
                Saudara-saudara, berbagai contoh kasus yang saya sebutkan tadi setidaknya dapat membuat kita melihat bahwa realita ketidaksetiaan kepada Tuhan dapat menghinggapi diri siapa saja. Bahkan mungkin juga dalam kehidupan kita. Acap kali baik disadari maupun tidak disadari gambaran hidup kita mencerminkan ketidaksetiaan kita kepada kehendak Tuhan. Oleh karena itu Firman Tuhan senantiasa berpesan kepada setiap kita termasuk saya dan saudara agar kita senantiasa berjaga-jaga agar tidak jatuh ke dalam pencobaan. Karena iblis berkeliling dan mengaum-ngaum seperti singa yang siap menerkam. Oleh karena itu tiap-tiap kita perlu meminta kepada Tuhan agar DIA menyelidiki hati kita. Tiap-tiap kita perlu meminta kekuatan dan kemampuan untuk berjuang sampai akhirnya DIA akan mendapati kita sebagai orang-orang yang sungguh-sungguh setia kepada-Nya. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa berjaga-jaga adalah sebuah proses yang berjalan konsisten dan sinambung, maka tiap-tiap kita pun perlu terus mengoreksi dan merefleksikan diri dan hidup kita sesuai dengan maksud dan tujuan Tuhan sebagaimana tergambar di dalam Alkitab, Firman Allah. Bahkan ketika perikop bagian bacaan kita saat ini berbicara tentang kebangkitan tubuh maka sesungguhnya kita tahu bahwa tujuan Tuhan bagi kita adalah pemulihan yang menghantarkan kita pada keselamatan dan hidup kekal dimana Kristus menjadi jalan satu-satunya, karena tanpa melalui DIA tidak ada seorang pun yang dapat sampai kepada BAPA. Oleh karena itu tidak cukup bagi kita untuk sekedar tahu dan kenal siapa Yesus Kristus dalam keterbatasan kita melainkan kita perlu mengalami dan berjumpa secara langsung dengan Kristus sehingga kita tahu betapa dasyat dan dalamnya DIA. Bahkan ada lagu yang mengatakan betapa dalamnya DIA sampai tak terselami. Oleh karena itu DIA berinisiatif untuk memperkenalkan diri-Nya kepada kita. DIA yang adalah Sang Firman yang menjadi manusia dan menjadi sama dengan manusia. Mengambil rupa seorang hamba dan mengambil peran sebagai kurban tebusan dosa bagi semua umat manusia dan keutuhan ciptaan. Dengan demikian kita kini telah menjadi orang-orang yang dimerdekakan oleh DIA. Bahkan DIA memanggil dan memilih tiap-tiap kita untuk menjadi umat pilihannya. Dalam konteks iman Kristen berarti dibaptis dan menjadi orang percaya. Lebih khusus lagi menjadi anggota gereja dan terlibat aktif dalam tugas penatalayanan gereja.
                Sama seperti seorang gembala mengenal domba-dombanya, demikian juga dombanya pasti  dapat mengenal dengan baik siapa gembalanya. Demikian juga dengan Kristus yang sudah pasti mengenali hamba-hamba-Nya dan umat gembalaan-Nya. Sudah selayaknya tiap-tiap kita sebagai umat-Nya sungguh-sungguh dapat meminta kekuatan dan kemampuan dari Tuhan agar kita dapat mengenali-Nya dengan baik agar kita tidak tersesat kepada gembala lain selain Kristus. Melalui pengenalan akan Tuhan itulah pada akhirnya kita dapat mengambil komitmen untuk setia dalam anugerah keselamatan Allah. Kiranya Tuhan Yesus Kristus Sang Kepala Gereja senantiasa memimpin, menyertai dan memampukan kita untuk sungguh-sungguh setia dalam anugerah keselamatan Allah melalui-Nya. Amin.

Penutup
 SETIALAH, SETIALAH
Nyanyikanlah Kidung Baru (NKB) No.154

1.       Setialah, setialah selama hidupmu.
Ikuti jalan Tuhanmu dengan tetap teguh.
Meski penuh derita di dalam dunia.
Tetapi jangan kau gentar, tetap setialah.

2.       Setialah, setialah mengikut Tuhanmu.
Bersaksilah di dunia tentang Penebusmu.
Yang mati disalibkan di Bukit Golgota.
Tetapi DIA bangkitlah, besar kuasa-Nya.

3.       Setialah, setialah menjadi hamba-Nya.
Meski besar rintanganmu tetap percayalah.
Selalu kau dibimbing ke air yang tenang.

Kelak mahkota milikmu di Sorga yang terang.

Kamis, 03 Oktober 2013

INGAT PERINTAH INI! (SEBUAH REFLEKSI DARI KITAB KEJADIAN 1:28)

NB: Artikel ini disusun pada tanggal 17 Juli 2013.

Dari judul yang tertera di atas dan bagian Alkitab yang menjadi landasan dari refleksi ini, dapatkah kita menangkap perintah apa yang dimaksudkan dalam judul refleksi ini? Ya, benar! Sebuah perintah agar manusia Adam dan Hawa beranakcucu dan bertambah banyak. Sebuah perintah untuk memenuhi bumi dan menaklukkannya (kata dasar takluk). Sebuah perintah untuk berkuasa atas segala ciptaan Allah yang ada di bumi, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, termasuk juga tanah di dalamnya.
Merujuk dari kata dasar takluk pada ungkapan “taklukkanlah itu” yang dikorelasikan dengan perintah untuk berkuasa atas segala ciptaan, secara kasat mata mengisyaratkan kepada kita pembenaran sebuah tindakan eksploitasi tanah dan alam semesta ini semata-mata hanya untuk kepentingan, kesejahteraan, kebahagiaan dan kesenangan generasi kita saat ini. Ungkapan “generasi kita saat ini” hendak menggambarkan  bahwa kerap kali yang manusia pikirkan hanyalah kepentingan, kesejahteraan, kebahagiaan dan kesenangan sesaat saja. Namun apakah benar begitu juga yang dikehendaki Allah? Ternyata tidak. Perintah untuk berkuasa dan menaklukkan bumi dengan segala isinya yang dimandatkan Allah kepada manusia tetap mengandung nilai penting agar manusia mengelola dan memelihara segala ciptaan tersebut. Masa depan bumi dengan seluruh isinya memang diserahkan sepenuhnya ke dalam tanggung jawab manusia sebagai mahluk ciptaan yang paling sempurna (bdk.Mazmur 8:7-9; Ibrani 2:7-9). Namun sama sekali tidak dibenarkan kalau penguasaan atas bumi dan segala isinya hanya dilakukan dengan kecenderungan eksploitasi belaka tanpa pemeliharaan, karena sesungguhnya Allah kita adalah Sang Pemelihara. Masih ingatkah kita dengan sebuah lagu pujian yang kita pelajari sejak kita masuk di Sekolah Minggu yang berjudul “Jangan Kamu Kuatir?” Kata-kata di dalam lagu itu merupakan penggambaran Firman Tuhan yang terdapat dalam Lukas 12:22-28. Ayat ini menjadi fakta nyata kesaksian Alkitab bahwa Allah kita adalah Sang Pemelihara. Dengan demikian IA pun ingin agar tiap-tiap kita yang telah diberi mandat oleh-Nya untuk berkuasa atas bumi dan segala isinya juga mau dan mampu memelihara keberadaan bumi dengan segala isinya dengan sebaik-baiknya. Semuanya itu harus dipergunakan demi sebaik-baiknya kesejahteraan manusia dan keutuhan ciptaan selama bumi masih berputar sampai Tuhan datang kembali untuk yang kedua kali (sampai tiba saatnya kesudahan segala sesuatu). Artinya keberadaan alam semesta termasuk di dalamnya tanah memiliki nilai yang berkepanjangan dan harus dapat dinikmati dari generasi ke generasi. Oleh karena itu dalam mengusahakan dan mengelola tanah dan alam semesta ini, tiap-tiap kita perlu menggunakan akal budi yang telah dianugerahkan Allah kepada kita untuk memikirkan dan mengusahakan agar tanah dan alam semesta ini tidak segera habis, kikis dan punah sehingga keberadaannya masih dapat dinikmati dalam waktu yang lama secara konsisten dan sinambung sampai kepada anak cucu kita ke depan. Dengan upaya pemeliharaan yang baik terhadap bumi dengan segala isinya maka sesungguhnya kita sudah turut serta dalam karya pemeliharaan Allah terhadap keutuhan ciptaan dan dengan demikian kita terlibat aktif dalam maksud tujuan Ilahi atas keutuhan ciptaan-Nya. Upaya pemeliharaan bumi, tanah dan segala isinya menjadi suatu bukti nyata bahwa kita mempermuliakan Allah melalui segala ciptaan-Nya.
Namun demikian pada kenyataannya, manusia kerap kali hanya cenderung mengeksploitasi alam hanya demi kepentingan sesaatnya saja. Hal ini tidak lepas dari dampak kejatuhan manusia ke dalam dosa, dimana dosa mengakibatkan manusia lebih mau mengikuti keinginan dagingnya dan memberontak dari kehendak Tuhan yang mulia dan sempurna. Kita tahu bersama bahwa dalam keinginan daging terkandung hawa nafsu yang dapat digambarkan juga dengan adanya sikap egosentrisme dan konsumerisme semata dalam diri manusia. Tentu, sebagai orang-orang yang telah diselamatkan dan dibaharui oleh Tuhan kita Yesus Kristus, maka kita sebagai kaum nasrani perlu memiliki perubahan dalam pola berpikir dan bertingkah laku sesuai dengan pembaharuan budi kita. Dengan kata lain, ketika orang-orang dunia hanya melulu memikirkan kedagingan dan hawa nafsunya semata, maka kita sebagai orang-orang pilihan-Nya harus mampu berpikir dan bertindak sebagaimana Kristus berpikir dan bertindak. Ketika kita tahu benar bahwa Allah kita adalah Sang Pemelihara yang tidak akan pernah meninggalkan buatan tangan-Nya, maka kita sebagai pengikut Kristus hendaknya juga mau terlibat aktif dalam upaya pemeliharaan ciptaan Allah termasuk di dalamnya tanah.
Undang-Undang Dasar kita mengatur secara konstitusional bahwa tanah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan diperuntukkan bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Namun pada kenyataannya masih banyak praktek-praktek ilegal penguasaan tanah oleh individu atau golongan tertentu yang membawa penderitaan bagi warga sekitarnya. Sebut saja peristiwa tragedi kabut asap yang dibawa dari Indonesia sampai ke beberapa negara tetangga di Asia yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Hal itu dapat terjadi karena pengusahaan hutan yang kurang baik dan hanya berpijak pada kepentingan eksploitasi sesaat entah oleh kalangan pengusaha maupun perorangan. Melihat kenyataan seperti ini Firman Tuhan tidak henti-hentinya mengingatkan kepada kita agar kita mau kembali pada kebenaran Firman Tuhan itu sendiri. Yaitu agar kita mau memulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu untuk mau terlibat aktif dalam upaya pemeliharaan tanah dan seluruh alam semesta ini.
Pemerintah Indonesia mungkin memang telah mengupayakan program-program yang baik selama ini, seperti misalnya: program reboisasi dan penanaman seribu pohon. Sudah seharusnya jejak-jejak yang baik yang telah dirintis oleh pemerintah kita dapat diikuti juga baik oleh kalangan usahawan, pemegang izin HPH (Hak Pengusahaan Hutan), maupun kita pribadi lepas pribadi. Ingatlah bahwa tanah yang kita pijak sekarang beserta seluruh kekayaan alam semesta yang ada bukanlah milik kita sendiri melainkan merupakan pinjaman dari generasi-generasi setelah kita. Oleh karena itu kita perlu menjaga dan merawatnya dengan sebaik-baiknya.
Contoh kasus tentang kabut asap tersebut di atas hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kasus lainnya yang berhubungan dengan tanah dan pengelolaan alam semesta yang terjadi di Indonesia bahkan di dunia. Oleh karena itu merupakan hal yang penting bagi gereja di segala tempat (termasuk kita sekalian sebagai warga gereja) untuk menyuarakan kebenaran Allah tentang pentingnya pemeliharaan dalam tindakan penguasaan alam semesta. Penting juga bagi gereja untuk menyuarakan kata tidak bagi upaya-upaya pengeksploitasian alam secara berlebihan tanpa memikirkan upaya peremajaannya. Sebagai orang-orang yang mengasihi Tuhan, maka sudah semestinya kita juga menyatakan kasih kita kepada sesama. Demikian juga kita perlu untuk menyatakan kasih kita atas alam ciptaan-Nya.
Lao Tzu dalam ajarannya senantiasa menekankan tentang cinta kasih dan keramahan. Ungkapan-ungkapan Lao Tzu yang saya kutip dari id.wikipedia.org/wiki/Lao_Zi, antara lain:
(1). Kebaikan dalam kata-kata menciptakan keyakinan. Kebaikan dalam berpikir menciptakan kebesaran hati. Kebaikan dalam tindakan menciptakan cinta.
(2). Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan. Keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian. Keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih.
Saya yakin benar bahwa dalam pernyataan Lao Tzu tersebut di atas terdapat unsur cinta kasih dan keramahan terhadap alam. Demikian juga dengan tanah. Pun ketika kita berbicara tentang agama-agama secara majemuk, maka saya berani memastikan bahwa tiap-tiap agama akan berbicara tentang cinta kasih dan kedamaian secara vertikal maupun horisontal, termasuk di dalamnya dengan alam semesta. Sehingga tidak heran kalau Pdt.Martin Lukito Sinaga pernah mengungkapkan tentang agama cinta ketika memberi kuliah pada angkatan saya di STT Jakarta.

            Tiap-tiap agama boleh dan pasti berbicara tentang cinta kasih. Tetapi kekristenan secara eksplisit memiliki kekhususan, dimana inti ajaran Tuhan Yesus Kristus sebagaimana tercantum di dalam Alkitab adalah kasih. Bahkan Allah itu sendiri adalah kasih. Siapa yang tinggal di dalam kasih, ia tinggal di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Oleh karena itu sudah sepatutnya sebagai murid-murid Kristus kita mengimplementasikan ajaran Kristus tentang kasih di dalam kehidupan kita. Pun sudah sepatutnya kita menjadi penyalur-penyalur kasih Kristus. Untuk itu jangan tunda lagi! Marilah kita menyatakan kasih kita kepada Tuhan dalam kasih kita kepada sesama dan alam semesta. Tuhan memberkati kita sekalian.