Sabtu, 26 Desember 2015

KRISTUS ADALAH PEMBERI KELEGAAN

“Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu (Matius 11:28).” Mungkin banyak dari antara saudara para pembaca yang akan bertanya: “Apa menariknya tema ini? Bukankah kita semua sudah sama-sama tahu bahwa Dia adalah Sang Pencipta dan Sang Penolong? Jadi bukankah memang sudah sewajarnya Dia memberikan kepada setiap kita kelegaan sebagai wujud nyata pertolongan-Nya?” Ya, saudara, apa yang saudara pikirkan dan pertanyakan berdasarkan pergumulan saudara itu memang tidak keliru. Dia memang adalah Allah yang Maha kuasa, Maha Pencipta, Maha Besar, Maha rahim, Maha kasih, dan lain-lain. Bahkan berbagai gelar kemahaan Tuhan itu tidak akan pernah cukup untuk menggambarkan siapakah Tuhan yang sesungguh-sungguhnya. Sebab Dia adalah Allah yang tidak terbatas sementara kita sebagai manusia ciptaan-Nya adalah tidak tak terbatas yang berarti penuh dengan keterbatasan. Jadi kita tidak akan pernah mungkin bisa dan sanggup untuk menggambarkan dan mendefinisikan Allah hanya sebatas pikiran dan perasaan kita semata karena Dia adalah Allah yang begitu luas dan dalam untuk dimengerti dan dipahami. Tapi di sisi lain Allah kita adalah Allah yang penuh tanggung jawab terhadap semua ciptaan-Nya, terlebih khusus terhadap kita manusia yang telah diciptakan serupa dan segambar dengan Dia. Atau dengan kata lain kita telah diciptakan menurut citra Allah (peta teladan Allah). Hal itu nyata terlihat sejak awal penciptaan. Dia bukanlah Allah yang mencipta lalu sekonyong-konyong meninggalkan ciptaan-Nya. Tetapi Dia adalah Allah pemelihara. Bahkan Dia memberi mandat kepada Adam dan Hawa untuk menguasai bumi dan menaklukkannya. Menguasai dan menaklukkan di sini bukan berarti sekedar mengeksploitasi semata tetapi juga memelihara keutuhan ciptaan, karena sesungguhnya segala ciptaan Tuhan yang dapat kita nikmati saat ini untuk mencukupi segala kebutuhan hidup kita bukanlah milik kita saat ini semata melainkan merupakan titipan dari anak cucu kita kelak, dimana mereka juga berbagian yang sama untuk dapat menikmati dan memelihara kekayaan alam ini dengan sebaik-baiknya untuk para keturunannya kelak. Begitu seterusnya. Bahkan bukan hanya itu saja saudara. Ketika manusia Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, demikianpun seluruh keturunannya telah menjadi berdosa, maka Allah tidak serta merta membinasakan manusia-manusia berdosa itu (termasuk kita), tetapi Dia justru menunjukkan bahwa Dia adalah Allah yang panjang sabar dan berlimpah kasih karunia. Dalam perjanjian lama seringkali digambarkan bahwa Allah mengampuni dosa umat-Nya melalui kurban penghapus dosa. Tetapi dalam perjanjian baru karya penyelamatan Allah menjadi sempurna melalui kelahiran Sang Bayi Yesus yang memang diutus Allah untuk melakukan karya penebusan dan penyelamatan terhadap semua umat manusia terutama orang-orang yang percaya kepada-Nya. Supaya barangsiapa percaya maka dia tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Inilah berita yang acap kali kita dengar dalam setiap perayaan natal. Dalam berbagai penggambaran berdasarkan uraian tersebut di atas itulah sesungguhnya sejak awal (khususnya sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa), Allah telah mengambil peran sebagai penanggung beban dan bahkan pemberi kelegaan. Bahkan tidak jarang tatkala Perjanjian Lama menggambarkan tentang Allah dalam perangai-Nya yang keras dan tegas, tetapi sesungguhnya Allah tetap adalah Allah yang Maha kasih. Bahkan Dia tidak berubah dari dulu, sekarang dan sampai selama-lamanya. Karena memang Allah adalah kasih. Barangsiapa tinggal di dalam kasih, ia tinggal di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Perihal kasih Allah semakin dipertegas lagi di dalam perjanjian baru, dimana Kristus sendiri mengajarkan mengenai hukum kasih. Dalam hukum kasih itu kita diminta untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kita. Kita juga diminta untuk mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. Bahkan kita juga diminta untuk mengasihi musuh kita dan berdoa bagi orang yang menganiaya kita. Sungguh tidak ringan. Tapi itulah maunya Tuhan atas kita, terutama bagi kita yang men gaku diri sebagai pengikut-Nya. Jelas Dia tidak sekonyong-konyong mengajarkan tentang kasih, karena Dia sendiri adalah kasih. Bahkan Dia menyatakan kasih-Nya dengan rela menjadi serupa dengan manusia dan hidup di antara manusia melalui diri Tuhan Yesus Kristus. Dia tidak menganggap kesetaraan-Nya dengan Allah sebagai hal yang patut dipertahankan. Dia rela lahir di kandang yang hina dan berada di dalam palungan. Dia mengajar dari desa ke desa, pun dari kota ke kota tanpa pandang bulu. Dia memberitakan tentang pertobatan, keselamatan dan Kerajaan Allah kepada semua orang sekalipun ada banyak dari antara mereka yang menolak-Nya. Dia menyembuhkan banyak orang tanpa pandang bulu. Segala tindakan kasih Kristus itu dapat kita lihat kebenaran-Nya di dalam Alkitab, Firman Allah. Bahkan Dia sendiri adalah Firman yang telah menjadi manusia. Dia adalah seratus persen Allah dan seratus persen manusia. Dalam keberadaan-Nya sebagai Allah maka Dia dengan rela menanggalkan segala kehormatan keilahian-Nya untuk turun ke dalam dunia yang fana demi terwujudnya karya penyelamatan Allah atas umat manusia. Dalam keberadaan-Nya sebagai manusia Dia rela untuk taat bahkan taat sampai mati di kayu salib. Dan kini Dia telah menjadi Kristus Victor. Dia adalah Kristus yang menang atas dosa dan maut ketika Dia bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Pun kini Dia telah naik ke Sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Pun keberadaan-Nya di Sorga adalah untuk menyediakan tempat bagi kita dalam kekekalan bersama-Nya. Berbagai pemberitaan Alkitab yang sedikit banyak telah diuraikan saat ini tentunya akan dapat memberi gambaran kepada kita bahwa Allah di dalam Kristus adalah pemberi kelegaan. Dia yang telah mengampuni dosa. Bahkan Dia yang telah menebus kita dari dosa dan maut dimana harga kita telah lunas dibayar. Pun Dia yang pasti akan memenuhi janji-Nya untuk menjemput kita kembali dan akan membawa kita ke dalam kebahagiaan kekal bersama-Nya. Masihkah kita ragu untuk percaya dan mempercayakan diri dan hidup kita kepada-Nya? Masihkah kita ragu untuk menyerahkan segala beban hidup yang menindih hidup kita kepada-Nya? Percayalah bahwa Allah mengerti, Allah peduli segala persoalan yang kita hadapi. Tak akan pernah dibiarkan-Nya kita bergumul dan berjalan sendiri. Percayalah juga bahwa Dia akan ganti segala duka menjadi suka. Percayalah bahwa habis gelap terbitlah terang. Habis hujan tampaklah pelangi. Karena Tuhan Allah kita bukanlah Allah yang dengan rela hati melihat anak-anak manusia dipijak-pijak. Demikianpun Tuhan Allah kita bukanlah Allah yang dengan rela melihat anak-anak-Nya terus menerus berada dalam letih lesu dan beban berat, sehingga Dia dengan tegas berjanji bahwa barangsiapa datang kepada-Ku, maka Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Berimanlah teguh hanya kepada-Nya, karena Dialah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang dapat sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku, kata Tuhan. Nyatakanlah iman, pengharapan dan kasih kita kepada Kristus semata. Jangan sekali-kali pun berpaling dari hadapan-Nya. Carilah Dia selama Ia berkenan untuk ditemui. Yakinlah bahwa tangan-Nya tidak kurang panjang untuk menolong. Gada-Nya dan tongkat-Nyalah yang akan selalu menghibur kita, karena Dia adalah Gembala Agung kita dan kita adalah umat gembalaan-Nya. Di Hari Natal ini marilah kita sama-sama menyambut Dia bukan lagi sebagai seorang bayi kecil dan mungil, melainkan sebagai Raja di atas segala raja. Raja di dalam hati, pikiran dan hidup kita, sampai Dia sungguh-sungguh datang kembali untuk yang kedua kali sebagai hakim yang adil atas segala ciptaan. Selamat Natal 2015 dan tahun baru 2016. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Minggu, 29 November 2015

PERSIAPKAN & LURUSKANLAH JALAN BAGI TUHAN (MARKUS 1:1-8).

Saudara-saudara kekasih Kristus, sungguh menjadi sebuah kesukacitaan besar karena sesaat lagi kita akan masuk dalam peringatan dan perayaan natal, dimana kita akan memperingati dan merayakan hari kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. Dan memang berdasarkan kesaksian Alkitab serta berdasarkan iman percaya kita kepada-Nya dan juga Firman-Nya, maka kita dapat menyatakan kepada diri kita sendiri maupun juga kepada semua orang. Kita dapat mempersaksikan secara tegas dan lugas bahwa kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus adalah kelahiran yang luar biasa. Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus adalah kelahiran yang spesial, karena sejak awal kelahiran-Nya telah dinubuatkan terlebih dahulu oleh para nabi sejak zaman Perjanjian Lama sampai dengan masa penggenapannya di Perjanjian Baru. Kita dapat melihat bukti nyata nubuatan tentang kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus itu diantaranya dalam pemberitaan mengenai tunggul Isai yang dapat kita lihat dalam Yesaya 11:1. Dalam judul perikopnya tertera jelas bahwa pemberitaan ini adalah mengenai Raja Damai yang akan datang. Kemudian juga kita dapat melihat di dalam Yesaya 9:6. Ayat itu dengan tegas menyatakan bahwa: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita. Seorang putera telah diberikan untuk kita. Lambang pemerintahan ada di atas bahunya. Dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” Ketika saya perbandingkan ayat ini dengan terjemahan Alkitab bahasa sehari-hari, maka bentuk katanya adalah “akan.” Jadi jelas ini adalah sebuah nubuatan. Pun di dalam bagian bacaan kita Yohanes Pembaptis menegaskannya kembali. Dengan tegas dan lugas ia berseru-seru di padang gurun: “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan! Luruskanlah jalan bagi-Nya!” Bahkan seruan tersebut tidak hanya berhenti sampai di situ. Yohanes Pembaptis juga menyerukan demikian: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis, dan Allah akan mengampuni dosamu.” Saudara-saudara, ketika Yohanes Pembaptis berseru-seru di padang gurun sebagaimana digambarkan dalam bagian bacaan kita, maka datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem. Dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di Sungai Yordan. Ada satu hal yang menarik saudara-saudara dalam ungkapan Yohanes Pembaptis di dalam bagian bacaan kita. Ia memberitakan bahwa sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa daripadaku. Membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus. Padahal kita ketahui bersama bahwa Yohanes Pembaptis juga merupakan seorang tokoh besar pada zamannya. Matius 11 ayatnya yang ke-11 pun menegaskannya. Dikatakan di sana bahwa Aku (Tuhan) berkata kepadamu: “Sesungguhnya diantara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis; namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar daripadanya.” Bayangkan saudara, Tuhan sendiri yang mengatakannya. Sebuah pengakuan yang sahih dari Tuhan tentang kebesaran Yohanes Pembaptis diantara segala tokoh lainnya di zaman itu. Tapi Yohanes Pembaptis tetap memiliki kesadaran penuh dan kerendahan hati. Dia sadar bahwa sudah seharusnya dan sudah semestinya Tuhan Yesus Kristus menjadi Tuhan yang Maha Besar. Tidak ada Tuhan selain Allah di dalam Yesus Kristus. Dialah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada yang dapat sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku, kata Tuhan. Yohanes Pembaptis sangat sadar mengenai posisinya sebagai utusan Allah untuk melanjutkan nubuatan dan pemberitaan tentang kelahiran dan akan hadirnya Yesus Kristus Sang Mesias Juruselamat dunia. Maka dengan tegas, lugas dan lantang ia menyerukan: “Persiapkanlah jalan bagi Tuhan! Luruskanlah jalan bagi-Nya!” Dan saat ini seruan tersebut juga didengungkan kepada kita sekalian. Marilah kita persiapkan dan luruskan jalan bagi-Nya untuk sungguh-sungguh dapat memerintah di dalam hati, pikiran dan segenap hidup kita, karena Dia bukan lagi seorang bayi. Dia adalah Kristus Victor, Kristus yang telah menang atas dosa dan maut, Kristus yang adalah Raja di atas segala raja. Dialah Sang Juruselamat kita satu-satunya. Bahkan Dialah yang akan menjadikan kita pemenang bahkan lebih daripada pemenang. Masalah boleh ada. Cobaan dan penderitaan boleh datang silih berganti. Tapi kita boleh tetap yakin dan percaya bahwa Tuhan kita jauh lebih besar daripada segala masalah hidup kita. Bahkan Dia berkata dalam Firman-Nya bahwa ketika kita memiliki iman sebesar biji sesawi maka kita dapat memindahkan gunung. Itulah gunung persoalan dan permasalahan hidup kita. Yakin dan percayalah bahwa bersama Tuhan kita cakap menanggung segala perkara. Selamat memasuki minggu-minggu adven sesuai dengan kalender gerejawi. Selamat mempersiapkan diri menjelang natal. Selamat natal bagi kita sekalian. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

11 Ucapan Selamat

1. Selamat mengandalkan, mengasihi & melayani Tuhan. 2. Selamat Hari Minggu. 3. Selamat memasuki & menjalani minggu-minggu adven. 4. Selamat natal & tahun baru. 5. Selamat menjadi kaya: Karena orang kaya yang sesungguhnya adalah mereka yang mampu memberi dengan tulus dari kecukupan yang ada pada dirinya & bahkan dari kekurangannya (Markus 12:43-44). 6. Selamat move on (Filipi 3:13-14). 7. Selamat berbahagia & bersukacita (Filipi 4:4). 8. Selamat mengalami kasih & damai sejahtera Allah (Filipi 4:7). 9. Selamat mengucap syukur (1 Tesalonika 5:18). 10. Selamat & sukses. 11. Selamat HUT (tanggal & waktu menyesuaikan). Tuhan memberkati. Amin.

Minggu, 01 November 2015

TUHAN, PERGUMULAN DAN DOA

Dimanakah Tuhan? Mungkin banyak orang di luar sana akan bertanya: dimanakah Tuhan? Seperti apakah rupa Tuhan itu? Apakah Tuhan dapat terjangkau oleh kita manusia? Bukankah Tuhan itu adalah figur yang transenden dan imanen? Jika demikian bukankah itu berarti Tuhan tidak terlihat? Bukankah Tuhan adalah Roh atau Zat yang tidak berbentuk dan tidak berwujud? Salahkah pertanyaan-pertanyaan ini? Jika kita lihat secara kasat mata sepertinya memang tidak salah karena memang Tuhan memiliki sifat-sifat tersebut di atas. Dia adalah Roh. Dia adalah figur yang transenden dan imanen. Itu benar. Tetapi apakah dengan demikian Tuhan sama sekali tidak bisa kita jangkau? Kalau mungkin kita berupaya menjangkau-Nya dengan usaha kita sendiri pastilah tidak akan pernah bisa. Tetapi Firman Tuhan telah nyata bagi kita bahwa Tuhanlah yang pertama-tama berinisiatif mendekatkan diri-Nya dengan kita, karena Dia tahu pasti bahwa dosa telah membuat hubungan antara Tuhan dan manusia menjadi terputus, sehingga dengan demikian gelap (dosa) tidak akan bisa bercampur dengan terang (kekudusan Tuhan). Karena dosa Adam dan Hawa maka semua manusia keturunannya menanggung dosa turunan. Bahkan Alkitab memaparkan bahwa di dalam dosa aku dikandung ibuku. Dengan demikian tidak ada satu orang pun di muka bumi ini yang tidak berdosa. Kesadaran itulah yang membuat Tuhan lebih dulu berinisiatif mendekatkan dan memperkenalkan diri-Nya kepada manusia ciptaan-Nya. Bahkan bukan hanya itu saja. Dia pun berinisiatif melaksanakan karya penebusan-Nya atas seluruh umat manusia dan terutama orang percaya agar mereka yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Kini, kita telah menerma penebusan itu. Kita telah ditebus dan harga kita telah lunas dibayar. Pun Dia telah memanggil dan memilih kita untuk menjadi bagian dari kumpulan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Bahkan Dia sendiri berkata bahwa imanmu telah menyelamatkan engkau. Dengan demikian kita dituntut untuk tidak berbuat dosa lagi. Kita dituntut untuk tidak lagi menjadi hamba dosa melainkan hamba kebenaran. Yakin dan percayalah bahwa Tuhan setia kepada hamba-hamba-Nya yang setiawan. Akan tiba waktunya Dia berkata kepada hamba-Nya yang setiawan: Masuklah! Ikutlah dalam kebahagiaan Tuanmu! Pun kepada mereka yang belum percaya, maka Tuhan memang datang bukan untuk mencari orang benar melainkan orang berdosa. Dia sungguh ingin agar domba-domba-Nya yang terhilang dapat dibawa-Nya kembali kepada-Nya. Sungguh lembut Tuhan Yesus memanggil, kau yang sesat marilah. Oleh karena itu, jangan keraskan hatimu. Mari responi panggilan Tuhan atas kita untuk kita beroleh kebahagiaan dan hidup kekal bersama-Nya. Pun bagi setiap kita yang telah menjadi percaya, yakin dan percayalah bahwa Tuhan hanya sejauh doa. Karena Dia tinggal dan diam di dalam hati kita, sehingga kita bisa menyatakan segala keinginan dan pergumulan kita kepada-Nya dan di hadapan-Nya. Oleh karena itu teruslah bergumul dan berdoa. Jangan pernah lalai juga untuk terus berjaga-jaga agar kita tidak jatuh ke dalam pencobaan. Ora et labora; ora est labora. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Minggu, 18 Oktober 2015

TIDAK ADA TUHAN SELAIN ALLAH (KELUARAN 20:1-17)

Nats: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku (ayat ke-3). Saudara-saudara kekasih Kristus, berdasarkan bagian bacaan dan nats ini saya ingin mengajak kita sekalian merenungkan sebuah tema, yaitu: Tidak ada Tuhan selain Allah. Ya saudara, mungkin dan bahkan dapat dipastikan bahwa kita semua pernah mendengar kumandangan atas pernyataan ini. Paling tidak kita pasti pernah mendengarnya dalam kumandangan adzan magrib yang biasa disiarkan di televisi. Dalam Bahasa Arab ungkapan ini sering dikumandangkan dengan ungkapan la ilaha illallah. Apakah pernyataan ini salah? Tentu tidak saudara. Bahkan Alkitab kita pun menegaskannya. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jadi memang hanya Allah sajalah yang patut kita sembah, karena hanya Dialah satu-satunya Sang Khalik, Sang Pencipta yang menciptakan seluruh ciptaan dari yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Termasuk juga kita di dalamnya. Bahkan Kitab Kejadian pasal yang pertama juga menyebutkan dalam bahasa aslinya: Beresyit bara Ellohim et hasyamayim tohu wavohu... Pada mulanya Allah menciptakan... Dan sebelum dunia ini diciptakan maka semuanya masih berada dalam keadaan tohu wavohu yang berarti kekosongan tanpa bentuk. Dalam Alkitab terjemahan LAI disebutkan bahwa dunia belum berbentuk dan kosong. Maka secara logika sederhana saja kita semestinya sudah dapat menyimpulkan dan menyadari sepenuhnya bahwa sebagai ciptaan maka sudah barang tentu dan pasti kita harus menyembah kepada pencipta kita dan bukan kepada yang lain. Bahkan bagian bacaan kita lebih lanjut memaparkan juga tentang sebuah larangan, yaitu jangan membuat bagimu patung-patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya ataupun beribadah kepadanya. Perhatikan baik-baik ungkapan selanjutnya: Sebab Aku Tuhan Allahmu adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku. Tapi tidak juga berhenti sampai di situ. Lebih lanjut Allah mengungkapkan tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan berpegang pada perintah-perintah-Ku. Pertanyaan sederhana dilontarkan Tuhan kepada kita saat ini: Termasuk dalam golongan manakah kita? Apakah kita termasuk dalam golongan orang-orang yang membenci Allah? Ataukah kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mengasihi Allah dan senantiasa berpegang pada perintah-perintah-Nya? Secara gamblang bagian bacaan kita yang berisi tentang dasa titah memaparkan tentang hal-hal apa saja yang berkenan dan tidak berkenan dalam pandangan mata Tuhan untuk kita lakukan. Sudahkah kita mematuhinya dengan sepenuh hati? Atau kita masih menjadi orang-orang yang suam-suam kuku dalam mengikut Tuhan? Jika memang kita masih berada dalam taraf orang beriman yang suam-suam kuku, maka sekaranglah waktunya bagi kita untuk sungguh-sungguh mengalami kebangkitan di dalam Kristus, karena kebangkitan Kristus senantiasa mengisyaratkan juga tentang kebangkitan kita. Terlebih ketika kita sudah ditebus dan harga kita telah lunas dibayar. Marilah kita bersama-sama bangkit dalam iman dan kebenaran-Nya, karena kita memang diselamatkan karena iman, sehingga kita tidak boleh sekalipun meninggalkan iman kita kepada-Nya. Karena hanya Dialah, Kristus yang merupakan jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang dapat sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku, kata Tuhan. Marilah juga dengan iman kita nyatakan kasih sebagai tindakan dalam kebenaran, karena memang hukum yang utama dan terutama yang diajarkan oleh Kristus kepada kita semua adalah hukum kasih, dimana kita diminta untuk mengasihi Tuhan Allah kita dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kita. Kita pun diminta untuk mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Dan kita juga diminta untuk mengasihi musuh kita serta berdoa bagi orang yang menganiaya kita. Saudara, hidup kristen memang tidak ringan. Terlebih kalau memang kita sungguh-sungguh menjalaninya dan bukan sekedar beragama, karena kristen memang bukanlah sebuah agama melainkan pola hidup, dimana kita diminta untuk meneladani Kristus di dalam hidup kita. Dimana kita diminta untuk menjadi semakin serupa dengan Dia. Dalam hal ini pasti kita akan banyak menemukan tantangan dan pergumulan. Bahkan tidak jarang juga penolakan, penderitaan dan penganiayaan. Tetapi berdirilah teguh dan jangan goyah. Tetaplah kerjakan keselamatanmu, kata Firman Tuhan. Karena memang iman bertumbuh dalam penganiayaan dan dalam pembacaan Kitab Suci. Sebagai orang percaya kita diminta untuk tahan menderita. Bahkan kita diminta untuk menjadikan penderitaan Kristus sebagai teladan. Sekali lagi, hidup kristen memang tidak mudah. Bahkan di dalam menjalani hidup meneladani Kristus pun ada kalanya kita mengalami jatuh bangun. Tapi yakin dan percayalah bahwa jalan hidup orang benar diterangi oleh cahya Firman Tuhan. Jalan hidup orang benar semakin terang hingga remang tengah hari. Apabila ia jatuh tidakkan dibiarkan sampai tergeletak. Sbab tangan Tuhan jua yang menopangnya dan membangunkan dia kembali. Yang terpenting bagi kita ialah jangan sekali-kalipun kita meninggalkan Tuhan atau membelakangi Dia, karena Dia pun adalah Tuhan yang tidak pernah sedetik pun meninggalkan atau membelakangi kita. Dia adalah Tuhan yang senantiasa memberkati dan melindungi kita. Dia menyinari kita dengan wajah-Nya dan memberi kita kasih karunia. Dia menghadapkan wajah-Nya kepada kita dan memberi kita damai sejahtera. Itulah Dia, Tuhan semesta alam. Itulah Dia, Tuhan kita Yesus Kristus. Temuilah Dia selama Ia berkenan untuk ditemui. Teruslah nyatakan iman, pengharapan dan kasih kita kepada-Nya. Jangan pernah berhenti berharap pada-Nya, karena Dia adalah Tuhan, Sang Gembala Agung kita dan kita adalah umat gembalaan-Nya. Maka sudah barang tentu kita perlu terus bergantung pada-Nya seperti ranting yang selalu bergantung pada pokok anggurnya. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin. Penutup: Lagu pujian “Tuhan Raja Maha Besar.”

Minggu, 06 September 2015

HIDUP DALAM SUKACITA YANG SEMPURNA (FILIPI 2:1-11)

Saudara-saudara kekasih Kristus, jujur saja ketika saya mempersiapkan tema ini maka saya berada dalam pergumulan besar. Saya tidak langsung menemukan tema ini. Tetapi saya mengalami perjalanan pergumulan sampai akhirnya saya menemukan tema ini. Dan saya percaya bahwa ini merupakan bagian dari iluminasi Tuhan yang dianugerahkan-Nya kepada saya sehingga hari ini saya bisa dan rindu mengajak kita sekalian untuk merenungkan tema ini, yaitu hidup dalam sukacita yang sempurna berlandaskan pada bagian bacaan kita yang terambil dari Surat Filipi 2:1-11. Saudara-saudara kekasih Kristus, sudah barang tentu di dalam hidup ini tiap-tiap insan pasti mendambakan kesempurnaan bukan? Misalnya saja kesempurnaan materi, kesempurnaan cinta, kesempurnaan pasangan hidup, dan sebagainya. Makanya ada lagu yang mengatakan oh sayangku kau begitu sempurna dari Andra & The Backbone. Ya saudara, tiap orang pasti akan berlomba-lomba mengejar kesempurnaan. Bahkan Alkitab sendiri berkata agar kita menjadi sempurna karena Dia, Tuhan Allah kita sempurna. Alkitab juga menggambarkan bahwa hidup ini bak sebuah arena pertandingan, dimana tiap-tiap orang diminta untuk bertanding dan bahkan berlari ke arah Kristus. Pun setiap kita diminta untuk berjuang sehingga pada akhirnya Dia akan mendapati kita tetap setia. Kita percaya dan kita tahu bersama bahwa Kristus adalah kesempurnaan hidup kristen atau para pengikut Kristus. Dia begitu semprna dalam hal spiritualitas, mentalitas maupun aksi nyata-Nya. Dia begitu sempurna di dalam His Life, His Work dan His Teaching. Dan kita berada di sini saat ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk belajar daripada-Nya. Karena Alkitab berkata dalam Matius 11:29 yang berbunyi demikian: Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Apakah yang dapat kita pelajari dari bagian bacaan kita berkaitan dengan hidup dalam sukacita yang sempurna? Yang pertama yang dapat kita pelajari adalah bahwa sumber kesempurnaan kita tidak lain adalah Kristus itu sendiri karena di dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan. Oleh karena itu saudara, kita diminta untuk menyempurnakan sukacita kita dengan ini, yaitu hendaklah kita sehati sepikir dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan. Bagaimana caranya? Yaitu dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri. Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri tetapi kepentingan orang lain juga. Poin yang kedua adalah hendaklah kita dalam hidup kita bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan-Nya sebagai manusia Ia telah merendahkan diri- Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama. Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi. Dan segala lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa. Kiranya Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

SPIRITUALITAS, MENTALITAS DAN AKSIO-ANTROPOSENTRIS

Pengantar Mungkin kita masih ingat dengan sebuah iklan di televisi yang mengedepankan jargon: “Ekspresinya mana?” Ya saudara, ekspresi memang merupakan satu bagian penting dalam hidup. Dan ekspresi pun menggambarkan bahwa seorang manusia memang sungguh-sungguh hidup. Bahkan tidak bisa kita pungkiri bahwa ekspresi dan tindakan yang kita nyatakan sesungguhnya menyatakan bagaimana suasana dan isi hati kita. Melalui apa yang kita ekspresikan dan nyatakanlah maka sesama kita dapat mengetahui apa yang kita rasakan dan tujukan dari tiap ekspresi dan tindakan yang dapat diamati oleh sesama kita, entah itu baik maupun buruk (bdk.Yeremia 20:12). Dalam ayat ini dengan tegas dinyatakan bahwa Tuhan semesta alam menguji orang benar. Ia melihat batin dan hati. Memang benar, manusia hanya bisa melihat apa yang kelihatan tetapi Tuhan melihat hati kita. Dengan demikian tentunya ada keterkaitan yang sangat erat antara spiritualitas (iman-Roh), mentalitas (jiwa/psyche; hati) & aksio-antroposentris (tindakan nyata manusia). Inilah judul yang akan kita bahas saat ini: Spiritualitas, Mentalitas & Aksio-Antroposentris (bdk.Yohanes 11:35; Roma 12:15; Yohanes 2:15).(1). Ayat-ayat ini dengan jelas menggambarkan bahwa Tuhan juga adalah Tuhan yang sangat ekspresif. Spiritualitas Kristus Sebagai Spiritualitas Yang Benar Apa yang dimaksudkan dengan spiritualitas Kristus? Yang dimaksud dengan spiritualitas Kristus adalah dimana Kristus menjadi satu-satunya role model dari spiritualitas orang percaya dan bahkan juga bagi semua orang tanpa terkecuali. Karena tiap-tiap kita yang telah menjadi percaya sesungguhnya dan seyogyanya meyakini bahwa Dialah satu-satunya jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada yang dapat sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku, kata Tuhan. Dalam poin itulah kita sebagai orang-orang percaya perlu terus menyediakan diri untuk terus dipakai Tuhan menjadi alat-Nya, menjadi saksi-Nya, menjadi garam dan terang dunia, terutama bagi mereka yang belum percaya kepada-Nya. Dalam poin itulah maka hidup kita pun perlu dan patut untuk menjadi kitab-kitab terbuka yang dapat dibaca oleh sesama kita dimana mereka akan dapat melihat Kristus di dalam dan melalui hidup kita. Berbicara tentang spiritualitas di dalam dan melalui diri Kristus, maka kita tentunya tidak perlu meragukannya lagi. Dia telah membuktikan bahwa diri-Nya begitu taat kepada Bapa-Nya, bahkan Dia taat sampai mati di kayu salib untuk menebus dosa setiap kita. Dan kini Dia telah menjadi Kristus Victor, Kristus yang menang. Dia telah menang atas dosa dan maut. Karena kemenangan-Nya itu, maka tiap-tiap kita sebagai orang yang benar-benar percaya kepada-Nya dapat berkata: “Hai maut, dimanakah sengatmu?” Kita tidak perlu takut lagi terhadap kuasa maut, karena kuasa dosa telah dikalahkan dan dipatahkan oleh Tuhan sendiri melalui perantaraan Tuhan kita Yesus Kristus. Kini, kita telah diperdamaikan dengan Dia dan kita bukan lagi menjadi seteru Allah melainkan kita adalah kawan sekerja Allah yang ditempatkan Tuhan di dalam dunia untuk memberitakan kepada dunia tentang sukacita Sorga, dan bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat. Untuk itu kita diminta untuk memberitakan dan membawa tiap-tiap orang kepada pertobatan yang sejati. Kita diminta Tuhan untuk menjadi pewarta keselamatan dan hidup kekal yang akan diterima oleh setiap orang yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya. Percaya di sini bukan sekedar tindakan pasif melainkan aktif, dimana tiap-tiap kita diminta untuk mempercayakan diri dan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya. Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan jangan bersandar kepada pengertian dan kekuatanmu sendiri. Berbicara tentang pengertian berarti kita berbicara tentang hikmat, dimana kita diminta untuk memakai hikmat dari atas dan bukan hikmat dari bumi. Berbicara tentang kekuatan berarti kita berbicara tentang Roh Kudus sebagai sumber kekuatan hidup kita (bdk. dengan lagu Kekuatan di Hidupku). Dalam penggalan lagu itu jelas dikatakan bahwa kekuatan di hidupku kudapat dalam Yesus. Berbicara tentang mentalitas, maka tidak perlu kita ragukan lagi karena Kristus adalah 100 persen Allah dan 100 persen manusia. Justru Dialah yang akan menjadi satu-satunya jalan penebusan dan keselamatan yang akan dinyatakan Allah bagi semua orang terutama bagi tiap-tiap orang yang percaya kepada-Nya. Dan barangsiapa percaya kepada-Nya maka ia tidak akan binasa melainkan akan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Bahkan melalui ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa-Nya Dia telah membuktikan dimana hati dan jiwa-Nya berada dan diserahkan, yaitu satu-satunya hanya kepada Bapa di Sorga. Kita pun dapat belajar melalui ungkapan-Nya di Taman Getsemani: “Bukanlah kehendak-Ku yang jadi melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Berdasarkan teladan hidup Kristus itulah sesungguhnya dan seyogyanya setiap kita dapat sungguh-sungguh berkaca dan berefleksi bersama: apakah hati dan jiwa kita sudah benar-benar kita arahkan hanya semata-mata kepada Kristus? Apakah kita sudah benar-benar dan sungguh-sungguh melakukan kehendak-Nya dan berjalan sesuai dengan keinginan-Nya? Apakah motivasi diri dan hidup kita sudah benar-benar lurus bagi-Nya sehingga kita dapat berkata dengan penuh kesungguhan hati bahwa aku telah menjadi persembahan yang harum bagi Tuhan? Pertanyaan dan refleksi diri ini penting untuk kita pertanyakan di dalam hati kita masing-masing, karena sekalipun kita telah ditebus dan harga kita telah lunas dibayar oleh-Nya, namun di dalam hidup ini kita masih memiliki sifat dosa, sehingga masih sangat mungkin bagi kita untuk melakukan dosa dan kesalahan. Masih sangat mungkin bagi hati kita untuk menjadi bengkok. Ketika saya mengutarakan tentang hal ini maka sejujurnya bukan berarti bahwa saya sudah sempurna, tetapi saya ingin mengajak kepada kita sekalian untuk sama-sama belajar menjadi sempurna. Karena Alkitab dengan jelas mengatakan: “Sempurnalah kamu sebab Aku, Tuhan Allahmu sempurna (Matius 5:48). Di samping itu kita perlu terus belajar dari Tuhan karena memang sebagaimana pemazmur katakan bahwa aku melihat batas-batas kesempurnaan, tetapi perintah-Mu luas sekali (Mazmur 119:96). Dalam Mazmur 19:7 juga dikatakan bahwa taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa... Oleh karena itu menjadi penting bagi kita untuk terus meminta Tuhan menyelidiki hati kita apakah kita sungguh-sungguh men gasihi-Nya. Menjadi penting juga bagi kita untuk terus bertekun dan belajar akan Firman-Nya, baik secara pribadi maupun di dalam persekutuan-persekutuan ibadah. Mari kita menyukai apa yang disukai Tuhan dan membenci apa yang dibenci Tuhan. Kiranya Tuhan akan senantiasa membentuk kita untuk menjadi semakin serupa dengan Dia. Ingatlah selalu bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin. Catatan: (1). Berbicara soal marah, maka ada beberapa catatan soal marah, yaitu: 1. Marah boleh sepanjang kita mencintai apa yang Tuhan cintai dan membenci apa yang Tuhan benci. 2. Ketika kita marah maka ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu: (a). Jangan sampai matahari terbenam (jangan berlarut-larut bahkan sampai menjadi dendam (bdk.Mazmur 103:9), dan (b). Jangan sampai kita berbuat dosa. Selama kita belum bisa memenuhi syarat tersebut maka akan jauh lebih baik kalau kita hidup dalam kasih dan pengendalian diri, karena kasih dan pengendalian diri merupakan bagian dari buah-buah Roh.

Senin, 17 Agustus 2015

MEMAHAMI TEOLOGI BENCANA DALAM SPIRIT KEBEBASAN

Pembaca yang budiman, sebagai orang percaya kita pasti yakin dan percaya bahwa Allah kita adalah Allah pemelihara bukan? Bahkan Alkitab kita pun menegaskannya (bdk.Mazmur 138:8). Dalam nats tersebut terlihat jelas keyakinan iman pemazmur bahwa Tuhan akan menyelesaikannya bagiku! Ya Tuhan, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya; janganlah Kau tinggalkan perbuatan tangan-Mu. Bahkan ungkapan itu jugalah yang acap kali kita dengar dalam ungkapan votum dan salam ketika ibadah berlangsung, bahwa pertolongan kita ialah dari Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, yang tidak pernah meninggalkan buatan tangan-Nya, yang kasih setia-Nya tetap turun-temurun. Namun dalam kenyataan hidup yang kita alami, hadapi dan saksikan, kita masih acap kali berjumpa dengan realitas bencana dimana-mana. Sebut saja yang baru-baru ini terjadi adalah bencana gempa bumi di Nepal. Dan atau bencana tanah longsor di Pangalengan-Bandung. Pun tentunya masih banyak bencana-bencana di tempat lain yang tidak bisa kita rinci dan sebutkan satu demi satu. Tapi nyatanya bencana masih tetap terjadi di tengah realitas iman kita yang meyakini bahwa Allah adalah Sang Pemelihara. Bagaimana kemudian kita harus memahami tentang teologi bencana, termasuk dalam spirit kebebasan dan kemerdekaan? Kalau kita mau menilik pada peristiwa air bah dan Nuh, maka akan sangat jelas tergambar di sana bahwa terjadinya bencana adalah karena pelanggaran manusia (lihat Kejadian 6:12-13). Di sana dengan jelas dikatakan bahwa Allah menilik bumi itu dan sesungguhnya rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi. Berfirmanlah Allah kepada Nuh: Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala mahluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka. Jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi. Ya, bahkan sejak awal manusia jatuh ke dalam dosa, maka sejak itulah manusia kehilangan kemuliaan Allah dan hal itu pun berdampak pada keutuhan ciptaan. Manusia pun jadi harus bekerja keras seumur hidupnya dengan mengusahakan tanah, dimana semak duri dan rumput durilah yang akan menjadi hasil dari tanah itu. Dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makanan manusia itu (lihat Kejadian 3:17-19). Hal itu terjadi sebagai kutuk atas dosa yang dilakukan oleh manusia itu, dimana mereka telah melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Hawa justru lebih mendengarkan perkataan iblis dalam wujud ular untuk mengambil dan memakan buah itu. Pun Adam juga lebih mendengarkan perkataan Hawa istrinya untuk memakan buah tersebut. Akhirnya dosa menguasai manusia. Ular pun menerima kutukan diantara berbasgai binatang lainnya. Semua karena dosa, karena upah dosa adalah kutuk dan maut. Demikianpun kita sebagai keturunan Adam dan Hawa telah mewarisi dosa turunan tersebut. Dengan demikian kita pun perlu bekerja keras untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup kita. Kita pun perlu mengusahakan segala sesuatu yang kita perlukan dari alam yang ada di sekitar kita. Dengan demikian nyatalah bahwa hidup manusia sangat bergantung dengan alam. Manusia juga tidak bisa melepaskan diri dari realitas alam termasuk di dalamnya bencana alam yang acap kali terjadi dan sangat berpengaruh juga bagi keberlangsungan kehidupan manusia. Sekali lagi saya tekankan bahwa segala sesuatunya disebabkan karena dosa manusia. Namun sebagai orang percaya sesungguhnya kita adalah orang-orang yang telah ditebus dan harganya telah lunas dibayar oleh Tuhan, sehingga Alkitab dengan jelas berkata bahwa kita tidak perlu hidup di dalam dosa lagi. Dalam ungkapan yang lain Alkitab dengan jelas berkata agar kita tidak lagi menjadi hamba dosa melainkan hamba kebenaran. Kita adalah orang-orang yang telah dimerdekakan dan dibebaskan oleh Tuhan dari perbudakan dosa dan upah dosa yang adalah maut. Dengan demikian bagaimana kita harus memandang teologi bencana terutama dalam konteks dan spirit kemerdekaan dan kebebasan yang telah kita miliki berdasarkan anugerah Tuhan? Tentu jawabannya adalah bahwa kita harus mempergunakan kebebasan dan kemerdekaan ktia dengan penuh tanggung jawab, termasuk di dalamnya dalam hal mengelola alam semesta. Karena alam yang dapat kita nikmati saat ini bukanlah milik kita melainkan titipan dari generasi-generasi setelah kita. Oleh karena itu kita harus bisa menjaga dan memelihara alam dengan sebaik-baiknya. Pun tatkala bencana terjadi, kita perlu tetap yakin dan percaya bahwa tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menolong. Dia akan tetap menjaga dan memelihara hidup kita sekalipun kita ada di tengah bencana. Kita perlu tetap yakin bahwa sehabis hujan kan tampak pelangi. Kita perlu tetap yakin bahwa tangan Tuhan merenda kehidupan kita senantiasa. Jangan pernah putus pengharapan kepada-Nya, karena daripada-Nyalah datangnya pertolongan kita. Kita perlu tetap percaya bahwa Tuhan tidak pernah mencobai kita. Namun ketika Tuhan mengizinkan segala sesuatu terjadi di dalam hidup kita, termasuk di dalamnya ketika Tuhan mengizinkan bencana terjadi maka yakinlah bahwa Tuhan hanya ingin melalui semua peristiwa hidup kita nama Tuhan semakin dipermuliakan, baik oleh kita maupun orang-orang di sekitar kita. Sampai akan tiba saatnya semua lutut akan bertelut dan semua lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristuslah Tuhan. Yang perlu kita lakukan adalah tetap bersabar menanggung segala penderitaan dan tetap berpengharapan kepada-Nya (bdk.Kisah Ayub). Ayub adalah seorang yang saleh. Namun Tuhan tetap mengizinkan segala penderitaan terjadi di dalam hidupnya. Dan melalui penderitaannya itulah Tuhan dapat benar-benar menyaksikan kesetiaan Ayub kepada-Nya. Dengan demikian Tuhan pun mengembalikan semua milik Ayub, bahkan menggantinya dengan berlipat kali ganda. Satu hal yang harus selalu kita sadari bersama bahwa dalam segala peristiwa hidup kita termasuk bencana di dalamnya, Tuhan tidak pernah salah. Oleh karena itu jangan pernah mempersalahkan Tuhan melainkan introspeksilah diri kita sendiri terlebih dahulu. Sudahkah yang terbaik kita berikan kepada Tuhan? Sudahkan kita menjaga dan memelihara alam ini dengan sebaik-baiknya? Atau justru kita mempergunakan kehendak bebas kita untuk “merusak” alam ini dengan tindakan kita yang semena-mena terhadap alam dan sekitar kita? Kiranya Tuhan memimpin, menyertaiu dan memberkati kita sekalian. Merdeka!

Minggu, 16 Agustus 2015

DIPANGGIL UNTUK MENJADI BANGSA YANG BESAR (KEJADIAN 12:1-9)

Saudara-saudara, berdasarkan bagian bacaan ini saya hendak mengajak kita sekalian untuk merenungkan sebuah tema yaitu “Dipanggil Untuk Menjadi Bangsa Yang Besar.” Tentu kita tahu bersama bahwa secara de facto dan de yure Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dengan adanya gugusan-gugusan kepulauan yang luas dan kekayaan alam yang hijau membentang. Bahkan pengakuan atas kebesaran dan keluasan Bangsa Indonesia tidak hanya diakui oleh warga Bangsa Indonesia sendiri termasuk kita, melainkan juga diakui oleh kalangan internasional yang berarti seluruh dunia mengakuinya. Hal ini ditandai dengan adanya ketetapan batas wilayah teritorial antar negara yang perlu dihormati oleh seluruh negara, khususnya negara-negara yang berbatasan dengan Indonesia. Memang ada fakta-fakta miris yang masih terjadi terhadap Indonesia, dimana ada saja negara-negara sahabat yang kurang menghargai dan menghormati batas wilayah teritorial Indonesia. Salah satunya dapat kita lihat melalui peristiwa akuisisi Kepulauan Sipadan dan Ligitan oleh negara tetangga kita Malaysia. Bahkan mantan presiden SBY yang selama ini memegang prinsip ziro enemy dalam kancah pergaulan Indonesia di kalangan internasional pun sampai menyerukan ganyang Malaysia. Hal itu tidak lain dan tidak bukan adalah karena pemerintah kita ingin menjaga kedaulatan bangsa ini. Pun bahwa kedaulatan Bangsa Indonesia merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Tatkala Bangsa Indonesia pun menghargai kedaulatan bangsa-bangsa lain, maka Bangsa Indonesia pun ingin agar kedaulatannya dapat dihargai oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini. Hal ini sejalan dengan perkataan Alkitab yang terdapat dalam Injil Matius 7:12, dimana dikatakan di sana bahwa segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum taurat dan kitab para nabi. Ya saudara, sekalipun masih ada kekurangan di sana-sini, dan sekalipun masih seringkali terjadi peristiwa-peristiwa yang memilukan terhadap pengakuan dan penghormatan atas wilayah teritorial Indonesia, tapi kita patut tetap mengucap syukur karena sampai dengan usia yang ke-70 tahun ini Bangsa Indonesia boleh tetap ada sebagai bangsa yang besar dan merdeka. Dan tentunya saya secara pribadi pun mendorong sesuai dengan semangat UUD 1945 agar penjajahan di atas dunia dapat dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Terlebih lagi agar jangan ada lagi juga praktek-praktek penjajahan oleh bangsa sendiri. Biarlah kita boleh menjadi bangsa yang bersatu dalam satu visi dan misi untuk terus membangun bangsa ini dan membuktikan kepada dunia senantiasa bahwa Bangsa Indonesia akan selalu menjadi bangsa yang besar. Bangsa Indonesia akan terus menjadi bangsa yang jaya dan teguh. Karena bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Oleh karena itu kita perlu terus menjaga semangat persatuan dan kesatuan bangsa di dalam hati sanubari kita masing-masing sebagai warga bangsa ini. Kemanapun kita pergi, walau banyak negeri kita jalani, namun Indonesia adalah rumah terindah tempat dimana lahir beta sampai beta menutup mata. Artinya dimanapun kita berada, hati dan jiwa kita tetaplah satu, indonesia! Saudara, usia tujuh puluh tahun bukanlah waktu yang singkat untuk membuktikan bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Usia tujuh puluh tahun juga tentunya menggambarkan bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang akan terus bertumbuh dalam kedewasaannya dan dengan segudang pengalaman yang dimilikinya dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketika Alkitab berkata bahwa usia manusia paling sedikit adalah tujuh puluh tahun, dan jika kuat delapan puluh tahun, maka kita pun patut berdoa, bersyukur dan berjuang dalam menjaga kelangsungan hidup bangsa ini, sehingga usia tujuh puluh tahun tidak menunjukkan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang telah renta dan usang, melainkan bangsa ini akan menjadi bangsa yang terus kokoh berdiri, bahkan di tengah kencangnya terpaan angin yang menerpa bangsa ini. Saudara, menjadi bangsa yang besar tentu saja bukan sekedar menunjukkan kebesaran secara fisik semata, melainkan kebesaran di hadapan Tuhan juga. Bagian bacaan kita menunjukkan bagaimana Abram dipanggil Allah. Saat itu Tuhan berfirman kepada Abram: Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Tuhan berjanji bahwa Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Bahkan Tuhan juga berjanji bahwa Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Mari kita perhatikan ungkapan-ungkapan tersebut tadi saudara. Ketika Tuhan mengatakan tentang hal-hal ini kepada Abram, itu bukanlah suatu lip service belaka. Tetapi hal itu diungkapkan Tuhan dalam kaitan perjanjian Allah dengan Abram tentang keturunannya. Dan bahwa Abram yang kemudian menjadi Abraham itu telah ditetapkan Allah menjadi bapa banyak bangsa. Kita dapat membacanya dalam Surat Roma 4:17. Bahkan dalam ayat sebelumnya Abraham dikatakan sebagai bapa kita semua. Hal itu tidak lain dan tidak bukan adalah karena Abraham percaya kepada Tuhan. Bahkan percaya di sini bukan sekedar tindakan pasif tetapi juga aktif. Karena dalam percaya itu Abraham dan kita semua pun dituntut untuk mau mempercayakan diri dan hidup kita ke dalam tangan Tuhan. Bahkan di dalam percaya itu Abraham dan kita semua pun dituntut untuk mau terus setia kepada Tuhan dan mau menjadikan Tuhan sebagai teladan hidup kita. Perjanjian Allah dengan Abraham bukanlah perjanjian yang tanpa syarat. Tetapi Tuhan menuntut ketaatan penuh dari diri Abraham dan keturunannya atas kehendak Allah. Bukti nyatanya dapat kita lihat dalam Kejadian 17:1-27 dimana dikatakan bahwa sunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham. Demikian pun kita saudara, sekalipun sunat fisik sudah tidak lagi ditekankan karena keselamatan telah digenapi dalam Kristus Yesus, tetapi Alkitab tetap menekankan kepada kita tentang pentingnya sunat hati. Saudara, sebagai anak-anak Abraham, dimana dia telah menunjukkan iman dan ketaatan yang besar dan sepenuhnya kepada Tuhan, maka kita pun dituntut untuk hidup dari iman Abraham. Dengan demikian janji Allah berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sekali lagi sebab Abraham adalah bapa kita semua. Itu berarti Bangsa Indonesia juga termasuk keturunan Abraham. Intinya adalah bahwa Bangsa Indonesia perlu dan patut menjadi bagian dari kumpulan orang percaya. Dan kita sebagai bagian dari persekutuan orang percaya yang telah dipanggil keluar dari kegelapan menuju terang-Nya yang ajaib; kita sebagai gereja yang adalah milik kepunyaan-Nya, maka tiap-tiap kita dipanggil untuk menjadi terang dan garam dunia, termasuk di dalamnya menjadi terang dan garam bagi bangsa ini. Kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Dengan demikian Indonesia pun perlu kita gapai agar memperoleh keselamatan sejati demi kemuliaan nama Tuhan. Mari kita sediakan diri kita untuk terus dipakai Tuhan bagi keselamatan sejati yang akan diperoleh bangsa ini di dalam Kristus. Mari kita pun terus berdoa dan berupaya bagi kesejahteraan bangsa ini, bukan semata-mata kesejahteraan yang bersifat fisik dan sementara, melainkan juga bagi damai sejahtera Allah yang bersifat kekal yang akan dialami oleh seluruh warga bangsa ini. Mari kita bangkit untuk menyerukan nama Yesus dan menyatakan kuasa-Nya. Mari kita bangkit untuk menggenapi Firman-Nya. Karena sekaranglah waktunya kita berdiri bagi bangsa ini. Mari maju umat pilihan Allah. Mari maju umat pemenang. Mari kita dorong bangsa kita menjadi bangsa yang besar, bukan hanya di mata manusia dan dunia, melainkan juga dalam pandangan mata Allah. Mari kita dorong bangsa ini menjadi bangsa yang berkenan kepada Tuhan. Mari kita dorong bangsa ini untuk menjadi bangsa yang percaya dan mau mempercayakan diri kepada Tuhan, serta meneladani Kristus dan beriman kepada-Nya, sebagaimana Abraham dan juga kita sekalian yang telah menjadi percaya. Karena Dialah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang dapat sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku, kata Tuhan. Mari terus kita pupuk semangat kebangsaan kita dalam iman teguh kepada-Nya. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Minggu, 19 Juli 2015

MENGATASI KONFLIK KEPENTINGAN DALAM KEKRISTENAN (MATIUS 22:34-40; MATIUS 26:38-39)

Saudara-saudara kekasih Kristus, berdasarkan bagian bacaan kita saat ini saya mengajak kita sekalian merenungkan sebuah tema yaitu mengatasi konflik kepentingan dalam kekristenan. Mengapa tema ini menjadi penting? Tidak lain adalah karena memang di dalam kehidupan kita sebagai manusia, sebagaimana bisa kita saksikan melalui pengalaman hidup orang-orang di sekitar kita, dan bahkan ketika kita sendiri mengalaminya, maka kita akan tersadar bahwa hidup kita memang senantiasa diperhadapkan dengan konflik kepentingan. Dalam kehidupan keluarga misalnya. Antara suami dan istri bisa saja terjadi konflik kepentingan. Demikian pun antara kakak dan adik. Bahkan tidak jarang konflik kepentingan yang terjadi itu berujung pada cek-cok. Pun sampai berujung kepada tindak kriminal. Berdasarkan berita yang beredar di masyarakat melalui media, kita ketahui bersama bahwa motif pembunuhan Angeline, seorang anak yang berusia delapan tahun di Bali itu dikabarkan adalah karena soal pembagian harta warisan yang tidak adil dan tidak merata. Dan pasti di dalamnya terjadi yang namanya konflik kepentingan. Antara kepentingan pihak yang satu dengan kepentingan pihak yang lain, yang kesemuanya berharap untuk dapat dipenuhi sesuai dengan keinginan dan ekspektasinya. Padahal sudah menjadi rahasia umum bersama semua manusia dimana kehidupan ini mengajarkan bahwa tidak semua keinginan kita dapat terpenuhi dan tercapai. Bahkan dunia ini juga mengajarkan bahwa kalau kita ingin mencapai keinginan kita maka kita perlu bekerja keras. Pun Alkitab juga mengajarkan bahwa orang yang tidak bekerja maka ia tidak akan makan. Tapi kenyataannya, masih banyak orang di sekitar kita yang menghalalkan segala cara untuk memuaskan keinginan dan kepentingan pribadinya, termasuk di dalamnya melakukan tindakan kriminal dan berbagai hal lain yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Sungguh miris ketika kita melihat keadaan di sekitar kita yang sedemikian. Tapi tentu setiap kita sebagai orang-orang percaya mau terus belajar dan diajar Tuhan supaya kita tidak hanya mencari berkat yang membuat kita dapat menghalalkan segala cara untuk memperolehnya, tetapi kita mau hidup bersama dan di dalam Sang Sumber berkat yang adalah Tuhan sendiri. Bahkan kita mau mempermuliakan Tuhan senantiasa, termasuk melalui harta yang kita miliki. Sehingga cara untuk memperoleh harta itu pun kita lakukan dengan cara-cara yang berkenan kepada-Nya. Bahkan lebih daripada itu, kita mau mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka kita yakin dan percaya bahwa segala sesuatu akan ditambahkan Tuhan di dalam hidup kita. Mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya berarti kita mau hidup mengutamakan Tuhan. Kita mau menempatkan Tuhan di tempat yang pertama dan terutama. Dan memang kata kunci di dalam mengatasi konflik kepentingan di dalam kekristenan adalah dengan menempatkan Tuhan di tempat yang pertama dan terutama. Saudara-saudara, tentu kita dapat sama-sama mengerti, memahami dan menyadari mengapa konflik kepentingan dapat seringkali terjadi di dalam kehidupan kita. Bahkan bukan hanya dengan sesama melainkan juga dengan Tuhan. Karena tidak jarang orang percaya juga seringkali protes kepada Tuhan apabila apa yang Tuhan berikan kepadanya tidak sesuai dengan keinginannya. Dan secara sadar maupun tidak sadar, di dalam tindakan protes tersebut maka manusia tersebut sudah memunculkan konflik kepentingan, yaitu antara kepentingan pemenuhan kehendak Tuhan dan kepentingan pemenuhan kehendak bebas manusia. Jadi kenapa konflik kepentingan dapat seringkali terjadi dan cenderung tidak bisa kita hindari? Tidak lain dan tidak bukan adalah karena setiap manusia diciptakan dengan kehendak bebas. Dan bahwa setiap manusia memiliki keinginan daging. Saudara-saudara, Alkitab berkata bahwa keinginan daging acap kali berlawanan dengan keinginan Roh. Bahkan lebih jauh lagi Alkitab berkata bahwa barangsiapa bersahabat dengan dunia berarti menjadi musuh Allah. Jadi apa yang harus kita lakukan di dalam mengatasi konflik kepentingan berdasarkan kacamata iman Kristen? Tadi kita sudah bahas tentang poin menempatkan Tuhan di tempat yang pertama dan terutama. Maka poin yang kedua adalah hidup menurut Roh dan bukan hidup menurut daging. Untuk itu kita perlu untuk terus mau membuka diri kita agar kita senantiasa diubahkan oleh Tuhan, sehingga kita tidak menjadi serupa dengan dunia ini, melainkan kita dapat berubah menurut pembaharuan budi kita. Semua bukan karena hasil usaha kita sendiri, sehingga tidak ada seorang pun diantara kita yang patut memegahkan diri. Semua adalah karena anugerah Tuhan. Semua adalah karena pemberian Allah, sehingga kita patut bermegah di dalam Dia. Pun kita patut mempermuliakan Dia senantiasa di dalam dan melalui hidup kita. Sepatutnyalah kita mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang kudus, yang harum dan berkenan kepada Allah karena itu adalah ibadah kita yang sejati. Sepatutnyalah kita mau menyediakan diri kita untuk terus dipakai-Nya menjadi saluran berkat bagi sesama kita yang membutuhkan uluran tangan kita. Bahkan terlebih lagi bagi mereka yang belum percaya kepada-Nya. Karena Dia menginginkan kita menjadi terang dan garam dunia. Karena Dia menginginkan kita menjadi saksi-Nya dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan bahkan sampai ke ujung bumi. Pun Dia berjanji bahwa Dia akan menyertai kita sampai kepada akhir zaman. Jadi sampai kapan tugas kita berakhir? Jawabannya adalah sampai kesudahan segala sesuatu. Sampai akan tiba waktunya semua lutut akan bertelut dan semua lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristuslah Tuhan, Sang Juruselamat. Saudara-saudara, sebagaimana tercantum jelas di dalam bagian bacaan kita tentang hukum yang terutama, dimana kita diminta untuk mengasihi Tuhan Allah kita dengan segenap hati, jiwa dan akal budi kita. Pun kita diminta untuk mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri, maka di dalam kesemua hukum ini tidak ada konflik kepentingan sama sekali. Hukum ini adalah hukum yang Theosentris. Semua mengacu kepada Tuhan. Semua mengacu kepada pendahuluan kepentingan dan kehendak Tuhan. Bahkan ketika kita diperintahkan untuk mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. Hal itu tidak lain dan tidak bukan adalah karena tidak akan mungkin orang dapat berkata bahwa aku mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan kalau ia tidak mengasihi sesamanya yang kelihatan. Oleh karena itu Alkitab juga menekankan bahwa ketika kita melakukan segala sesuatu termasuk ketika kita menyatakan kasih kita kepada sesama kita melalui perbuatan kita, maka lakukanlah semuanya itu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Sungguh jelas bagi kita nilai Theosentris dari hukum yang terutama yang Yesus Kristus ajarkan kepada kita melalui Firman-Nya. Bahkan Yesus Kristus sendiri meneladankan melalui sikap hidup-Nya ketika Dia berada di Taman Getsemani menjelang penangkapan dan penyaliban-Nya. Sekalipun hati-Nya merasa sangat sedih bahkan seperti mau mati rasanya. Sekalipun Dia berkata kepada Bapa-Nya: Ya, Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin biarlah cawan ini lalu daripada-Ku. Tetapi ungkapan-Nya tidak berhenti sampai di situ. Dalam ungkapan selanjutnya Dia menunjukkan ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa-Nya. Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki melainkan seperti yang Engkau kehendaki. Kristus yang adalah Allah sendiri saja sudah mau menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya. Bahkan Dia taat sampai mati di kayu salib untuk menebus dosa setiap kita milik kepunyaan-Nya. Dan kini Dia telah menjadi Kristus yang bangkit dan menang di dalam dan melalui ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa-Nya. Sekarang, Dia pun mengajak kepada kita agar kita mau menjadi orang-orang yang taat kepada-Nya di dalam hidup kita. Kiranya Tuhan memampukan kita untuk dapat mengatasi konflik kepentingan yang ada di dalam hidup kita dengan cara mengutamakan Tuhan di atas segala-galanya dan hidup menurut tuntunan Tuhan melalui Roh Kudus-Nya. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Minggu, 14 Juni 2015

MENGIKUTI MAUNYA TUHAN

Saudara-saudara kekasih Kristus, Pada umumnya manusia tentu akan merasa ill fill bukan dengan sesamanya yang banyak maunya? Ya, dan memang manusia pada umumnya sungguh banyak maunya. Hal itu tidak lain dan tidak bukan karena manusia memang diciptakan bukan seperti robot, melainkan manusia memiliki kehendak bebas. Manusia adalah mahluk ciptaan yang paling sempurna karena manusia memiliki akal pikiran dan juga hati. Manusia juga diperlengkapi dengan kemampuan untuk berangan-angan dan bercita-cita. Berangkat dari angan dan cita-cita inilah manusia berhasrat untuk mewujudnyatakan segala kemauannya di dalam kehidupan nyata mereka. Oleh karena itu tidak salah kalau ada ungkapan bahwa keberhasilan berawal dari mimpi. Ya, itulah keberadaan manusia secara adikodrati. Tapi bagaimana dengan Tuhan sendiri? Apa sebenarnya maunya Tuhan atas kita sehingga Dia menciptakan kita beserta dengan keutuhan ciptaan lainnya dengan begitu sempurna dan baik adanya? Maka saya mendapati bahwa maunya Tuhan hanya satu, yaitu agar kita mempermuliakan Dia. Dengan ungkapan yang lain bisa dikatakan bahwa itulah visi utama Tuhan atas kita dan keutuhan ciptaan-Nya. Barulah kemudian visi utama itu dijabarkan ke dalam misi atau langkah-langkah yang telah dijabarkan secara jelas di dalam Alkitab mulai dari Perjanjian Lama sampai dengan Perjanjian Baru. Adapun beberapa poin utama misi Tuhan secara garis besar sebagaimana telah dituturkan di dalam Alkitab dapat saya sebutkan sebagai berikut: 1. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu dan juga kekuatanmu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 2. Gembalakanlah domba-domba-Ku sebagai wujud bahwa engkau mengasihi Aku, kata Tuhan. Lakukanlah segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. 3. Kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar. Baiklah kamu dalam segala keberadaan hidupmu tetap menjaga kekudusanmu sebab Aku, Tuhan Allahmu kudus, kata Tuhan. 4. Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah karena itulah ibadahmu yang sejati. 5. Ikutlah Dia dengan setia dan layanilah Dia senantiasa. Itulah lima poin garis besar misi Tuhan yang dapat saya jabarkan dari sekian banyak misi, perintah dan ketetapan Tuhan yang tertulis di dalam Alkitab. Tentunya keseluruhan misi ini pasti seiring sejalan dengan visi Tuhan agar kita mempermuliakan Dia. Kiranya tulisan ini sedikit banyak dapat membantu kita untuk mengerti dan memahami apa sesungguhnya maunya Tuhan atas kita. Dan pada akhirnya kita dimampukan Tuhan untuk senantiasa mengikuti maunya Tuhan di dalam hidup kita dan melalui hidup kita. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Minggu, 24 Mei 2015

KENAIKAN KRISTUS MENJADIKAN KITA PEMENANG DALAM KEBENARAN (Yesaya 33:14-16; Kisah Para Rasul 1:8-11)

Saudara-saudara kekasih Kristus, kita baru saja melewati peringatan dan perayaan kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke Sorga, dan saat ini kita berada dalam peringatan pentakosta atau turunnya Roh Kudus atas diri para murid dan juga tentunya atas diri kita. Sehingga kiranya di waktu-waktu ini kita mau, mampu dan semakin dimampukan Tuhan untuk menyelami bagaimana hidup dalam kepenuhan Roh. Bagaimana hidup di dalam Roh, menurut Roh dan bukan menurut daging. Tentu berbicara tentang hidup di dalam Roh dan menurut Roh berarti kita dapat langsung mengaitkannya dengan hidup di dalam kebenaran dan menurut kebenaran Allah, dimana tolak ukurnya adalah Alkitab, Firman Allah. Dan pada saat ini saya ingin mengajak kita sekalian untuk merenungkan sebuah tema berdasarkan bagian bacaan kita, yaitu: Kenaikan Kristus Menjadikan Kita Pemenang Dalam Kebenaran. Saya ingin kita sekalian semakin mendalami makna tentang kenaikan Kristus ke Sorga terutama dalam kaitannya dengan menjadikan kita sebagai pemenang dalam kebenaran. Saudara-saudara, kalau kita berbicara mengenai kenaikan Kristus ke Sorga, tentu peristiwa ini bukanlah tanpa makna. Kenaikan Kristus ke Sorga merupakan bagian dari rangkaian perjalanan karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus yang dimulai dari kelahiran-Nya ke dalam dunia sebagai bayi Yesus, karya kenabian-Nya di tengah dunia, kematian-Nya di atas kayu salib, kebangkitan-Nya dari antara orang mati sampai kepada kenaikan-Nya ke Sorga. Rangkaian peristiwa ini merupakan kesatuan, kebulatan dan keutuhan yang tidak bisa dilepaskan satu terhadap yang lain. Bahkan Alkitab dengan jelas memaparkan bahwa tujuan kenaikan-Nya ke Sorga adalah untuk menyediakan tempat bagi kita di sana, supaya pada saatnya nanti kita benar-benar dapat bertemu muka dengan muka dengan Tuhan., dimana di Sorga nanti digambarkan tidak ada lagi ratap tangis ataupun kertak gigi. Yang ada adalah kesukacitaan dan kegirangan bersama Tuhan untuk selama-lamanya. Dan itu adalah upah bagi setiap orang yang percaya dan setia kepada-Nya. Karena kepada setiap hamba yang setia Dia akan berkata: “Ikutlah bersama-Ku dalam kebahagiaan Tuanmu.” Itulah janji-Nya yang disaksikan di dalam Alkitab, Firman Allah yang tentunya kita percaya. Karena orang Kristiani atau pengikut Kristus adalah orang-orang yang hidup karena percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya. Demikianpun kita sekarang, memang belum ada di antara kita yang bisa melihat dan mengalami Surga dalam fakta yang nyata. Namun tentunya situasi Sorgawi dapat kita bangun dan rasakan sejak sekarang ketika kita masih hidup di dalam dunia ini. Untuk itulah kita dipanggil oleh Tuhan, yaitu untuk menjadi pewarta-pewarta sukacita Kerajaan Sorga. Untuk itulah kita dipanggil menjadi saksi-saksi-Nya dari Yerusalem, Yudea, Samaria bahkan sampai ke ujung bumi. Mempersaksikan sukacita Sorga dalam kebenaran. Karena memang orang-orang yang akan masuk dan berbagian di dalam Kerajaan Sorga adalah orang-orang yang telah dibenarkan dan dimenangkan oleh Tuhan. Tetapi juga adalah orang-orang yang mau terus dimampukan Tuhan untuk memelihara hidup berkemenangan di dalam koridor kebenaran Allah yang hakiki. Sehingga kita benar-benar menjadi orang-orang yang kudus di hadapan Allah sampai kepada kesudahannya. Sehingga kita benar-benar menjadi anak-anak terang dan bukan anak-anak kegelapan. Sehingga kita benar-benar menjadi hamba kebenaran dan bukan hamba dosa. Untuk itu kita perlu berdiri teguh dan tidak goyah di dalam mengerjakan keselamatan kita. Ingat saudara, yang namanya menjadi saksi Kristus berarti menjadi saksi-saksi-Nya yang benar. Bukan menjadi saksi-saksi palsu. Oleh karena itu Tuhan sendiri menjanjikan bahwa Roh Kudus akan turun ke atas kita. Roh Kuduslah yang akan memimpin dan membimbing kita agar kita dapat benar-benar menjadi saksi-Nya yang benar. Dialah yang akan menjadi penolong yang lain yang dijanjikan-Nya sebelum Dia naik ke Sorga. Oleh karena itu tema ini menjadi penting untuk kita renungkan dan gumuli bersama. Kenaikan Kristus menjadikan kita penenang dalam kebenaran. Benarkah kenaikan Kristus sudah benar-benar menjadikan kita pemengang dan bukan pecundang? Benarkah kenaikan Kristus sudah benar-benar menjadikan kita hidup di dalam kebenaran dan tidak lagi menjadi hamba dosa? Bukankah kita acap kali berkata sebagaimana tertulis juga di dalam Alkitab: Roh sih memang penurut, tetapi daging lemah Tuhan! Bagaimana caranya aku harus hidup menurut Roh dan bukan menurut daging? Bagaimana caranya aku harus mematikan kedaginganku Tuhan? Caranya tidak lain dan tidak bukan adalah dengan hidup berpadanan dengan Firman, kata Tuhan. Hidup berpadanan dengan Injil karena Injil adalah kekuatan Allah. Hidup bergaul karib dan akrab dengan Tuhan dan tidak meninggalkan persekutuan ibadah. Melalui hal-hal itulah kita akan dibangun oleh Tuhan. Ingat saudara, kalau bukan Tuhan yang membangun rumah maka sia-sialah usaha orang yang membangunnya. Segenap kehidupan kita perlu terus dibangun oleh Tuhan. Kita senantiasa memerlukan Tuhan dan tidak akan pernah bisa mengandalkan kekuatan kita sendiri. Oleh karena itu marilah kita buka diri kita di hadapan Tuhan, dan kita katakan: Tak tersembunyi kuasa Allah. Tak tersembunyi pertolongan Tuhan, dimana kamu ditolong, saya juga. Dari manakah datangnya pertolongan kita kalau bukan dari Tuhan pencipta langit dan bumi, yang tidak pernah meninggalkan buatan tangan-Nya. Yang kasih seta-Nya kekal selama-lamanya. Saudara, mengikrarkan bahwa kita akan masuk Sorga sebagai orang percaya memang mudah. Tetapi ingatlah saudara, Kristus sendiri menggambarkan di dalam Alkitab bahwa lebih mudah unta masuk ke dalam lobang jarum daripada orang kaya masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Itu berarti berbicara tentang masuk ke dalam Kerajaan Sorga bukan sekedar berbicara mengenai seberapa kaya dan terpandangnya kita di tengah dunia, tetapi seberapa jauh kita hidup di dalam kebenaran dan memelihara kebenaran itu di sepanjang nafas hidup kita. Saudara, kenaikan Kristus berarti Dia sedang menyediakan tempat bagi kita. Dengan demikian berarti Dia ingin agar kita turut serta di dalam kemenangan-Nya, bahkan Dia ingin menjadikan kita lebih daripada pemenang. Masalah dan pergumulan boleh ada, tetapi kita percaya bahwa Tuhan kita jauh lebih besar dari segala masalah dan pergumulan hidup kita. Dan kita mau terus dibangun oleh Dia dan di dalam Dia, sehingga segala sesuatu yang kita jalani di dalam hidup ini tidak sia-sia. Marilah sekali lagi kita jadikan spirit kenaikan Kristus dan juga Pentakosta ini supaya kita dapat menjadi pemenang di dalam kebenaran. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Sabtu, 18 April 2015

PENTINGNYA MENDENGAR SUARA TUHAN (YEREMIA 12:7-17)

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Kita baru saja melalui peringatan dan perayaan Paskah dimana di dalamnya kita mengenang kembali kematian dan kebangkitan Kristus yang berarti kita telah dimenangkan dan dimerdekakan dari dosa dan maut karena pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Pun karena kebangkitan-Nya yang berarti Dia telah menang dan kita pun telah dimenangkan-Nya. Kini kita telah menyandang status sebagai anak-anak Allah dan warga Kerajaan Sorga. Hal itu merupakan sebuah kepastian dan bukan lagi merupakan sebuah kemungkinan bahkan kemustahilan. Dan selama kita hidup di dunia ini maka kita telah dijadikan-Nya sebagai rekan sekerja Allah untuk mewartakan tentang Kerajaan Allah di tengah dunia. Untuk itu, Ia telah menjadikan kita sebagai murid dan hamba-Nya juga. Ia telah menganugerahkan kepada kita hati seorang murid. Dan sebagai seorang murid sudah sepatutnyalah kita mendengarkan apa yang dikatakan oleh Sang Maha Guru yang Agung, yaitu Yesus Kristus. Bahkan bukan hanya mendengar tetapi juga menaati segala perkataan-Nya itu dan meneladani-Nya. Itulah pengertian terdalam dan teraktual dari ungkapan “Syema Israel,” yang berarti “Dengarlah Hai Israel.” Apa yang digambarkan di dalam bagian bacaan kita saat ini hendak menggambarkan bagaimana Allah melalui Putra Tunggal-Nya telah merelakan diri-Nya untuk meninggalkan kediaman-Nya dan membuangkan negeri milik-Nya (kemuliaan Sorga) untuk menjadi sama dengan manusia dan bahkan menjadi Anak Domba yang kudus yang menjadi korban tebusan atas segala dosa manusia satu kali untuk selama-lamanya. Dialah korban penebusan dosa yang sempurna. Tetapi pada kenyataannya Bangsa Israel yang merupakan bangsa pilihan-Nya tetap tidak mau mendengarkan suara-Nya, apalagi menaati kehendak-Nya. Mereka tetap bersikap tegar tengkuk. Sehingga terhadap mereka yang tegar tengkuk itu, Firman Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa Tuhan akan sungguh-sungguh mencabut dan membinasakannya. Tetapi terhadap mereka yang sungguh-sungguh mau mendengarkan suara-Nya dan mau belajar dari cara hidup umat-Nya yang setia kepada-Nya maka Ia akan menyayangi dan memulihkan mereka kembali. Ia akan mengembalikan mereka masing-masing ke milik pusakanya dan masing-masing ke negerinya. Saudara, janji pemulihan itu tidak hanya berlaku bagi Bangsa Israel semata tetapi juga bagi kita sekalian sebagai Israel-Israel yang baru. Kata kuncinya hanya satu: Dengarkanlah suara-Nya dan ikutilah teladan-Nya. Sambutlah panggilan-Nya untuk mengikut Dia dengan setia. Kiranya Tuhan memimpin, menyertai dan memberkati kita sekalian. Amin.

Sabtu, 04 April 2015

REALITA ITU FAKTA, BUKAN OMONG KOSONG BELAKA!

Pembaca yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, sadar atau tidak sadar dunia modern tempat dimana kita ada dan hidup saat ini telah membawa kita untuk acap kali hidup di dalam dua dunia, yaitu dunia maya dan dunia nyata. Yang seringkali disebut sebagai dunia maya tidak lain dan tidak bukan adalah dunia internet dan sosial media. Dan yang disebut sebagai dunia nyata tentu saja kehidupan nyata atau keseharian kita. Meskipun perkembangan dunia modern saat ini telah mengkondisikan kita untuk hidup di antara dua dunia sebagaimana tersebutkan di atas, namun tentunya setiap kita akan setuju dengan statement bahwa realita itu fakta, bukan omong kosong belaka. Ya, itu adalah pemahaman umum manusia dimana setiap orang tanpa terkecuali pasti akan sepakat atas kebenaran itu. Itu adalah kebenaran yang berlaku umum dan bersifat universal. Sebut saja contoh kasus calon tunggal kapolri yang diusulkan Presiden Jokowi dan telah lolos uji kelayakan di DPR belum lama ini. Tanpa perlu saya sebutkan siapa namanya, tentu kita ketahui bersama bahwa saat ini yang bersangkutan sedang mengalami gugatan hukum di KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi. Hal itulah yang membuat Presiden Jokowi kemudian menunda pelantikannya sebagai kapolri yang baru dan mengangkat wakapolri sebagai PLT Kapolri. Terlepas dari berbagai argumen para ahli dan masyarakat tentang rangkaian peristiwa politik ini, ada satu hal yang menarik untuk kita cermati bersama. Yaitu bahwa ketika KPK sudah berani menetapkan status hukum seseorang sebagai tersangka maka menurut undang-undang paling tidak KPK harus sudah memiliki dua alat bukti yang kuat dan tidak terbantahkan di pengadilan. Contoh kasus ini jelas mempertegas pemahaman kita bahwa realita itu fakta, bukan omong kosong belaka. Pertanyaan saya kemudian adalah bagaimana substansi, impartansi dan relevansi nilai pemahaman akan hal ini di dalam kehidupan kekristenan kita? Apa kata Alkitab tentang statement bahwa realita itu fakta, bukan omong kosong belaka? Dan apa keterkaitannya dengan peristiwa paskah yang merupakan peringatan tentang kematian dan kebangkitan Kristus? Pembaca yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, tentu substansi, impartansi dan relevansinya sangatlah jelas di dalam kehidupan kekristenan kita. Terlebih karena realita hidup kita tidak pernah terlepas dari fakta kebenaran Alkitab, Firman Allah yang ya dan amin. Dengan demikian kita dapat meyakini setiap janji yang Tuhan ucapkan sebagaimana tertera di dalam Alkitab. Dengan demikian kita dapat mengerti, memahami dan bahkan mempercayai kebenaran dari rangkaian karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus yang telah diwujudnyatakan-Nya. Dengan demikian kita percaya dan yakin bahwa Yesus Kristus telah benar-benar mati dan bangkit untuk menebus dosa kita. Bahkan Dia telah naik ke Sorga untuk menyediakan tempat bagi kita di sana. Ya saudara, memang hanya Alkitab sajalah yang dapat menjadi pegangan kita sebagai orang percaya, karena Alkitab ditulis melalui perantaraan orang-orang yang diilhamkan Allah yang dipakai-Nya untuk menyatakan kepada kita dan orang-orang setelah kita akan kebenaran-Nya yang sejati. Pun karena kita sungguh-sungguh percaya bahwa Dialah Allah, Sang Firman yang telah menjadi manusia. Dialah logos itu sendiri. Dan lagi-lagi kita bisa membuktikannya melalui fakta di dalam Alkitab sebagaimana tertulis di dalam Injil Yohanes 1:1-18. Memang, di dalam Alkitab akan banyak kita temukan kesaksian orang-orang yang hidup pada zamannya yang justru akan semakin memperkuat kebenaran Firman Tuhan yang hakiki tersebut. Kebenaran yang menyatakan bahwa Allah adalah pencipta. Dia adalah Sang Pemelihara. Kristus adalah Sang Penebus Dosa dan Juruselamat kita. Keberadaan saksi-saksi hidup yang mempersaksikan tentang kebenaran karya penyelamatan Allah sejak Perjanjian Lama sampai dengan Perjanjian Baru itu justru akan semakin mempertegas bahwa kebenaran Allah di dalam Kristus itu adalah fakta dan bukan omong kosong belaka. Hal ini sejalan dengan tradisi Yahudi tentang saksi sebagaimana tertera di dalam Kitab Bilangan 35:30 yang berbunyi: “Setiap orang yang telah membunuh seseorang haruslah dibunuh sebagai pembunuh menrut keterangan saksi-saksi, tetapi kalau hanya satu orang saksi saja tidak cukup untuk memberi keterangan terhadap seseorang dalam perkara hukuman mati.” Bahkan di dalam Injil Matius 18:19-20 dikatakan: “Dan lagi Aku berkata kepadamu: jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di Sorga. Sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Jadi jelaslah betapa pentingnya urgensi keberadaan saksi-saksi tersebut untuk menguatkan kebenaran fakta Allah, dan juga kebenaran fakta tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia, terutama orang-orang yang percaya kepada-Nya. Oleh karena itu janganlah menjadi tidak percaya dan sangsi. Terlebih peristiwa kematian, kebangkitan dan bahkan kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke Sorga juga disaksikan oleh banyak pasang mata sebagaimana bisa kita lihat kebenarannya di dalam Alkitab. Oleh karena itu jangan pernah sangsi bahwa Yesus memang pernah benar-benar mati. Tapi Dia juga telah benar-benar bangkit. Dan Dia pun telah naik ke Sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa, yang menandakan bahwa Dia telah menyelesaikan misi Allah bagi dunia dan terutama orang percaya. Kini Dia telah menjadi Kristus Victor. Kristus yang telah menang atas dosa dan maut. Pun Kristus yang akan menjadikan hidup kita berkemenangan. Tentu ungkapan Yesus Kristus kepada Tomas yang mengatakan berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya sebagaimana tercatat di dalam Injil Yohanes 20:29 sama sekali tidak mengaburkan fakta bahwa kebenaran Paskah memang nyata. Paling tidak Tomas sendiri beserta para pengikut-Nya yang lain kala itu yang sudah membuktikannya. Ungkapan berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya ini sesungguhnya ingin menunjukkan kepada kita tentang esensi iman Kristiani dimana kita perlu percaya dulu baru mengerti. Itulah yang membedakan antara prinsip pembuktian Kristiani berdasarkan Alkitab, Firman Allah dengan prinsip pembuktian orang-orang dunia pada umumnya. Itulah yang menjadi ciri khas iman kristen kita jika dibandingkan dengan orang-orang yang berada di luar kekristenan. Ketika kita benar-benar percaya maka Tuhan sendiri yang akan turut bekerja dalam menyingkapkan kebenaran-Nya kepada kita. Dia sendiri yang akan memberikan kita hikmat yang dari atas dan bukan hikmat yang dari bumi. Dia sendiri yang akan menuntun dan memampukan kita untuk kita mengerti dan memahami misteri kematian dan kebangkitan Kristus, sehingga misteri itu tidak lagi menjadi misteri. Dan ketika Tuhan sudah memperlengkapi kita dengan segala sesuatu yang kita butuhkan untuk dapat mengerti dan memahami akan kebenaran-Nya yang hakiki itu, Tuhan meminta kita untuk mau menjadi pelaku Firman dan bukan sekedar menjadi pendengar Firman semata. Tentu Dia yang akan senantiasa memampukan kita untuk menjadi pelaku Firman. Dengan demikian fakta kebenaran Kristus itu menjadi bagian yang integral dalam realitas hidup kita. Dan fakta itu bukan menjadi slogan atau omong kosong belaka. Kiranya Tuhan sendiri yang akan terus memampukan dan menyempurnakan diri dan hidup kita sebagai pelaku Firman Tuhan yang setia, dan bahkan sebagai saksi Kristus dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Selamat Paskah 2015. Tuhan memberkati kita sekalian.

Sabtu, 28 Maret 2015

BANGKIT MENYATAKAN KUASA KASIH ALLAH (ROMA 5:12-21)

Saudara-saudara kekasih Kristus, pada kesempatan ini kita berada di minggu pra paskah terakhir sebelum minggu depan kita akan memasuki minggu paskah. Dan pada kesempatan ini dengan dasar bacaan Alkitab kita saat ini yang terambil dari Roma 5:12-21, saya hendak mengajak kita untuk merenungkan sebuah tema yaitu bangkit menyatakan kuasa kasih Allah. Ketika saya merenungkan tema ini maka saya langsung teringat sebuah lagu yang mengungkapkan bahwa kasih Allahku sungguh telah terbukti ketika Dia korbankan Anak-Nya. Kasih Allah mau berkorban bagi kau dan aku. Tiada kasih seperti kasih-Nya. Dari pernyataan ini maka nyata benar bahwa kasih Allah adalah kasih yang sungguh besar dan rela berkorban. Bahkan ketika Allah menyatakan kasih-Nya maka kasih yang Dia nyatakan adalah kasih yang tanpa syarat. Sekalipun manusia berdosa dan tidak layak di hadapan-Nya. Sekalipun manusia ciptaan-Nya itu telah melakukan pembangkangan terhadap kehendak-Nya untuk tidak memakan buah pengetahuan akan yang baik dan yang jahat. Sekalipun pada hakikatnya hubungan antara Allah dengan manusia telah terputus akibat dosa tersebut. Sekalipun sesungguhnya akibat dosa maka semua manusia harus mendapatkan upah dosa yang adalah maut. Tentu dengan kuasa-Nya yang teramat sangat besar itu, sangat mungkin bagi Allah untuk membinasakan saja semua umat manusia yang ada dan kemudian menciptakan kembali manusia-manusia baru yang hanya menjadi penurut-penurut Allah tanpa harus memberi ruang kepada kehendak bebas manusia. Tetapi Allah tidak melakukan itu. Melalui kasih-Nya yang teramat sangat besar itu, Dia berinisiatif dan berusaha keras untuk memperjuangkan pemulihan hubungan antara Allah dengan manusia. Hal itu diwujudnyatakan-Nya ketika Dia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus yang telah mati di salib dan bangkit pada hari ketiga. Kebangkitan-Nya itulah yang sesaat lagi akan kita peringati dan rayakan pda hari raya paskah. Melalui kasih karunia-Nya itulah maka penebusan dosa dapat terjadi dan terwujud nyata, sehingga dengan demikian orang-orang yang telah diampuni dosanya, maka kita tidak perlu hidup di dalam dosa lagi, karena setiap orang yang tetap berbuat dosa tidak melihat dan tidak mengenal Dia. Dengan demikian bagaimana kita harus bangkit menyatakan kuasa kasih Allah yang telah menebus dan memulihkan kita? Caranya tidak lain dan tidak bukan adalah dengan melakukan pertobatan yang sejati dengan tidak berbuat dosa lagi. Ketika masih ada beban dosa yang masih ada pada kita maka segeralah akui di hadapan-Nya dan mohonlah kuasa pengampunan-Nya. Karena bagi mereka yang mengakui dosanya maka Dia adalah setia dan adil. Kiranya Tuhan melalui Roh Kudus-Nya senantiasa memampukan kita untuk menjadi ciptaan yang baru, karena yang lama telah berlalu dan yang baru telah datang. Selamat menjelang Paskah bagi kita sekalian. Mari kita bangkit menyatakan kuasa kasih Allah yang telah menebus dan akan senantiasa memulihkan serta menyempurnakan hidup kita. Ingatlah senantiasa bahwa kita adalah milik kepunyaan-Nya dan Dia adalah gembala kita. Ingatlah senantiasa bahwa kita telah ditebus dan harganya telah lunas dibayar. Oleh karena itu jangan lagi menjadi hamba dosa melainkan hamba kebenaran. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin. KAULAH SEGALANYA KAU BAPA YANG MENGASIHIKU KUASAMU MEMULIHKANKU HATI YANG BARU KAU BERIKAN UNTUKKU DAPAT MELIHAT RENCANAMU INDAH BAGIKU KAU ADA DI SETIAP JALANKU HATIKU HAUS DAN LAPAR AKAN ENGKAU KAULAH SEGALANYA DI DALAM HIDUPKU KERAJAANMU KEBENARANMU ITU BAGIANKU KAULAH YANG KUPANDANG SELAMA HIDUPKU MENGASIHIMU MEMULIAKANMU BAPA DAN RAJAKU

Sabtu, 14 Maret 2015

MENGKUDUSKAN DIRI DENGAN MENAATI FIRMAN TUHAN (ULANGAN 28:58-68)

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, pada kesempatan ini saya ingin mengajak kita sekalian untuk merenungkan sebuah tema yaitu mengkuduskan diri dengan menaati Firman Tuhan. Tentu sudah sangat jelas bahwa kalau kita bicara tentang Firman Tuhan, maka hal terdekat yang bisa kita lihat dan gapai adalah Alkitab. Dalam pemahaman teologis ada dua pemahaman tentang Alkitab. Yang pertama, buku yang berisi Firman Allah, dan yang kedua adalah Firman Allah itu sendiri. Tentu saya pribadi ingin mengajak kita sekalian untuk berpegang kepada yang kedua tanpa mengacuhkan keberadaan pemahaman yang pertama. Tapi kita perlu benar-benar meyakini bahwa Alkitab adalah benar-benar Firman Allah. Memang Alkitab tidak ditulis langsung oleh Allah dengan tinta Surgawi. Tetapi Alkitab adalah Firman atau perkataan yang diilhamkan Allah yang ditulis melalui perantaraan para penulisnya. Dengan demikian saudara, Alkitab tidak bisa salah dan tidak mungkin salah. Alkitab tidak mungkin keliru di dalam isi maupun muatan kaidah-kaidah ketetapan dan pengajaran yang ada di dalamnya. Dan melalui Alkitablah kita dimampukan Tuhan untuk dapat memahami Firman Tuhan yang hidup dan menghidupkan itu. Melalui Firman Tuhan itu jugalah saudara, kita dimampukasn untuk memahami tentang bagaimana mengkuduskan diri bahkan di tengah keberadaan kebobrokan dunia, dimana di dalamnya terdapat dekadensi moral dan berbagai praktek kehidupan yang bertentangan dengan pikiran dan kehendak Allah. Saudara, berbicara mengenai Firman Tuhan yang terkandung di dalam Alkitab maka kita tidak jauh berbicara mengenai hukum-hukum Tuhan yang tertulis. Bahkan Kitab Ulangan pasal 28 ayat yang ke-58 yang menjadi bagian bacaan kita dengan jelas mengatakan bahwa jika engkau tidak melakukan dengan setia segala perkataan hukum taurat yang tertulis di dalam kitab ini, dan engkau tidak takut kepada nama yang mulia dan dasyat ini, yakni akan Tuhan Allahmu, maka Tuhan akan menimpakan pukulan-pukulan yang ajaib kepadamu, dan kepada keturunanmu, yakni pukulan-pukulan yang keras lagi lama, dan penyakit-penyakit yang jahat lagi lama. Keterangan selanjutnya dapat kita baca bersama mulai ayat yang ke-60 sampai ayat yang ke-68. Saudara, hal ini mau menunjukkan betapa pentingnya menjaga kekudusan dan menguduskan diri dengan menaati Firman Tuhan. Hal itu tidak lain dan tidak bukan adalah karena kita adalah umat pilihan Allah. Dengan istilah yang lain hendak dikatakan bahwa kita adalah Israel-Israel baru. Kalau Bangsa Israel dalam kisah Perjanjian Lama sering digambarkan sebagai bangsa yang tegar tengkuk dan acap kali tidak setia kepada Tuhan, maka Tuhan tidak mengharapkan hal itu terjadi pada kita saudara. Kalau kita berbicara mengenai hukum yang tertulis maka hal yang bisa dengan cepat kita ingat dan cermati adalah dasa titah atau sepuluh perintah Allah. Di dalamnya kita dapat melihat berbagai atauran yang mendetail mengenai bagaimana kita harus hidup berkenan kepada Allah yang digambarkan dengan berbagai macam larangan. Hal itu tentu baik adanya saudara. Namun bagaimana kalau kita mengkaitkannya dengan Perjanjian Baru? Maka hukum yang utama dan terutama adalah hukum kasih, dimana kita diminta untuk mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. Pun kita diminta untuk mengasihi musuh kita dan berdoa bagi orang yang menganiaya kita. Tentu bukan hal yang terlalu amat sangat mudah saudara dalam mempraktekkan kasih ini. Bahkan di dalam bagian lain yaitu Injil Matius 5:39 dikatakan janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu; melainkan siapa yang menampar pipi kananmu berikanlah juga kepadanya pipi kirimu. Pun di dalam bagian yang lain lagi dikatakan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan balaslah kejahatan dengan kebaikan. Saudara, bukankah fakta-fakta Firman Tuhan ini menggambarkan betapa sulit dan rumitnya menjalani hidup kekristenan? Saudara, jadi kristen bukan berarti terlepas dari masalah dan pergumulan. Ketika kita menjadi kristen sejati justru kita diminta untuk memikul salib, menyangkal diri dan mengikut Kristus. Memang tidak mudah saudara. Pasti ada jatuh bangun yang kita alami. Tetapi ketika kita berjalan bersama dengan Tuhan, maka Dialah yang akan terus memampukan kita untuk terus bangkit dan kembali melanjutkan perjalanan sampai titik akhir dimana kita berada bersama dengan Dia dalam kemuliaan-Nya yang kekal. Jangan pernah putus pengharapan saudara. Teruslah berharap kepada-Nya, karena dari Dialah datangnya pertolongan kita. Kenakanlah kuk yang Ku pasang, kata Tuhan, karena kuk yang Ku pasang itu ringan dan enak. Ketika kita berjerih lelah dan kita memiliki beban yang berat apapun itu, maka datanglah kepada-Nya maka Dia akan memberi kelegaan kepada kita. Apapun yang terjadi di dalam hidup kita, tetaplah setia kepada-Nya. Setia jugalah kepada Firman-Nya, karena melalui kesetiaan kita kepada Firman-Nya maka kita telah menjadi sahabat-sahabat Kristus yang sejati. Kiranya Tuhan senantiasa menguduskan hidup kita dan menghindarkan kita dari dosa dan maut. Kiranya Tuhan senantiasa memampukan kita untuk menjadi murid-Nya yang setia kepada Firman-Nya. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Sabtu, 17 Januari 2015

BERSEDIA, SIAP, YA! (2 TIMOTIUS 4:1-8)

Saudara-saudara kaum muda yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, masih dalam semangat tahun baru 2015 dan sekali lagi saya mengucapkan selamat tahun baru untuk kita semua. Dan dalam semangat tahun baru di minggu ke-3 bulan Januari saat ini saya ingin mengajak kita sekalian merenungkan sebuah tema yaitu: Bersedia, Siap, Ya! Dengan dasar pembacaan Alkitab dari 2 Timotius 4:1-8. Saudara-saudara, kalau kita amati benar tema ini maka kita akan tahu bersama bahwa perintah bersedia, siap, ya merupakan aba-aba yang digunakan dalam lari sprinter. Pertanyaan saya kepada saudara adalah apakah esensinya sehingga ungkapan perintah atau aba-aba ini juga menjadi penting dalam kehidupan orang percaya, terlebih ketika kita saat ini sedang berada di masa-masa awal tahun 2015? Biasanya orang pada umumnya selalu punya slogan ketika memasuki tahun baru, yaitu tahun baru semangat baru. Secara umum orang-orang di dunia ini acap kali menggunakan spirit ini untuk melakukan pencapaian-pencapaian yang lebih sempurna lagi bagi dirinya. Atau dengan kata lain self oriented. Di tahun 2015 ini saya ingin mencapai karir yang lebih tinggi lagi dari sebelumnya. Di tahun 2015 ini saya ingin memiliki mobil dan rumah yang lebih enak, lebih besar dan lebih mewah lagi dari sebelumnya. Di tahun 2015 ini saya ingin mencapai ini dan itu yang belum bisa saya capai di tahun 2014 yang lalu. Salahkah itu? Tentu tidak. Karena setiap orang memang perlu dan harus punya target dalam hidupnya, karena dengan target itulah kita bisa memiliki tolak ukur pencapaian dari target-target yang sudah kita buat dan susun. Sama seperti sebuah proses pendidikan dan pengajaran yang acap kali sangat memerlukan silabus sebagai titik pijak dan titik berangkatnya. Sama seperti sebuah pesawat yang membutuhkan landasan untuk terbang. Saudara-saudara, kalau begitu apa yang membedakan antara kita sebagai orang percaya dengan orang pada umumnya? Rasul Paulus menitipkan sebuah pesan kepada Timotius demi penyataan Allah dan Kerajaan-Nya agar Timotius siap sedia dalam memberitakan Firman baik atau tidak baik waktunya. Artinya di segala waktu Paulus ingin agar Timotius dan juga kita saat ini senantiasa hidup di dalam Firman dan mempersaksikan Firman, baik dalam kata maupun perbuatan. Kenapa? Karena iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati. Bahkan 1 Korintus 13:1 menegaskan bahwa sekalipun aku bisa berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak memiliki kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Saudara, kasih harus dilakukan. Kasih harus dinyatakan dan bukan sekedar diperkatakan. Itu Firman Tuhan yang ya dan amin. Ada amin saudara? Dengan demikian saya tegaskan sekali lagi bahwa bersedia, siap, ya dalam mempersaksikan Firman dalam segala keadaan baik maupun buruk waktunya itu bukan sekedar pandai berkhotbah, pandai membuat renungan, tetapi juga pandai dan bijak dalam mempraktekkan Firman di dalam hidup kita. Ada amin saudara? Ya saudara. Karena Alkitab di dalam 1 Korintus 13:8 juga berkata bahwa nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti, pengetahuan akan lenyap; tetapi kasih tidak berkesudahan. Kasih yang dimaksud di sini adalah kasih yang sungguh-sungguh dinyatakan. Kasih yang dimaksud di sini adalah kasih agape. Kasih yang dimaksud di sini adalah kasih yang tetap mengasihi walaupun... Dengan demikian kasih yang dimaksud di sini adalah kasih yang tanpa syarat sebagaimana Kristus sendiri telah menyatakan kasih-Nya yang teramat sangat besar kepada semua umat manusia terutama orang percaya. Saudara-saudara, kenapa pesan Rasul Paulus kepada Timotius ini menjadi penting bagi Paulus untuk disampaikan kepada Timotius? Hal itu tidak lain dan tidak bukan adalah karena Paulus teringat akan iman Timotius yang tulus ikhlas sebagaimana iman neneknya Lois dan ibunya Eunike. Paulus yakin iman yang tulus ikhlas itu jugalah yang hidup di dalam diri Timotius. Sehingga menjadi penting bagi Paulus untuk memperingatkan Timotius agar Timotius selalu mengobarkan karunia Allah yang ada padanya berdasarkan penumpangan tangan Paulus sendiri atasnya (2 Timotius 1:5-6). Kalau kita mau menilik bersama surat 2 Timotius ini khususnya dalam 2 Timotius 2:14-26 maka kita akan menjumpai bahwa Timotius kala itu berhadapan dengan pengajar-pengajar sesat. Sehingga bukan tidak mungkin Timotius menghadapi realita akan adanya ketakutan di dalam dirinya. Oleh karena itu Paulus di dalam 2 Timotius 1:7-8 mengingatkan kepada Timotius dan kita sekalian bahwa Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Karena memang Allah kita adalah Allah yang sangat menyukai dan menjunjung tinggi keteraturan. Bukankah semenjak penciptaan pun Allah sudah menciptakan segala sesuatunya dalam keteraturan sejak hari pertama sampai hari ke-6? Bukankah Tuhan mencintai hukum? Ya. Mazmur 37:28 mempersaksikannya. Di sana dikatakan bahwa sebab Tuhan mencintai hukum. Dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara. Tetapi anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan. Dan bukankah hukum yang pertama dan terutama adalah hukum kasih? Dimana kita diminta untuk mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. Dan bahkan mengasihi dan berdoa bagi musuh kita. Bahkan Matius 25:40 menegaskan bahwa sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Jadi rangkaian Firman ini sekali lagi menegaskan kepada kita bahwa Tuhan menuntut kesediaan dan kesiapan kita untuk mempersaksikan Firman baik maupun tidak baik waktunya, yaitu kesaksian Firman baik melalui perkataan maupun perbuatan, karena dengan demikian kita telah menjadi kitab-kitab terbuka yang dapat dibaca oleh sesama kita, dimana mereka dapat melihat Kristus di dalam diri dan hidup kita. Dengan demikian memberitakan Firman dalam segala keadaan menjadi bagian dari tanggung jawab kita bersama sebagai bagian dari persekutuan orang percaya dan tubuh Kristus. Mari kita persaksikan Firman Tuhan dalam segala waktu baik dalam kata maupun perbuatan. Mari kita ungkapkan di hadapan Tuhan komitmen kita untuk berkata bersedia, siap dan ya untuk menjadi saksi Kristus di dalam hidup kita. Kiranya Tuhan memampukan kita senantiasa untuk menjadi saksi-Nya dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan bahkan sampai ke ujung bumi. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.