Sabtu, 24 Desember 2016

MUKIDI VS KRISTUS: FIKSI VS FAKTA

Pembaca yang budiman, di tahun 2016 yang sebentar lagi akan kita lalui ini ada begitu banyak peristiwa terjadi di sekitar kita yang berlangsung silih berganti. Bahkan tak jarang ada banyak berita yang menjadi viral di media sosial yang dapat kita simak secara bersama-sama. Ya saudara, salah satunya dapat kita lihat melalui fenomena cerita tentang Mukidi. Nama Mukidi memang merupakan sebuah nama yang sederhana yang bisa jadi juga dapat menggambarkan kesederhanaan si pemilik nama tersebut. Nama Mukidi juga merupakan nama yang umum dimiliki oleh kebanyakan Orang Jawa sehingga nama itu menjadi nama yang mudah diingat oleh kebanyakan orang. Namun, setelah nama itu menjadi viral di media sosial maka nama Mukidi menjadi begitu tenar dan banyak diperbincangkan orang. Nama yang sederhana itu pada akhirnya menjadi buah bibir. Terlebih karena cerita-cerita yang diangkat mengenainya dan seputar kehidupannya merupakan cerita-cerita yang disampaikan dengan bahasa yang begitu sederhana namun mendalam. Terlihat suatu nilai kecerdasan dan kejelian dari bahasa yang tersusun sebagai sebuah rangkaian cerita yang bulat, utuh dan sinambung itu. Tak jarang kritik-kritik sosial pun menyeruak daripadanya. Itulah sebabnya kenapa cerita tentang Mukidi begitu disenangi oleh begitu banyak orang. Karena selain ceritanya yang lucu dan humoris dengan gaya bahasa yang sangat menarik, tentu cerita ini juga menyentuh fakta-fakta kehidupan sosial masyarakat di Indonesia. Paling tidak pada masa-masa sekarang ini. Karena harus kita akui bersama bahwa terangkatnya cerita ini ke permukaan pada saat dia menjadi viral di media sosial, maka seiring dengan itu ada banyak peristiwa sosial kemasyarakatan yang terjadi di Indonesia. Kita sebut saja diantaranya adalah tentang tax amnesty dan kasus kopi bersianida yang melibatkan Jessica-Mirna. Saya percaya bahwa kebanyakan dari antara kita pasti tahu dan mengikuti benar ragam peristiwa ini. Tidak mungkin tidak. Ya saudara, bahkan setelah sosok Mukidi ini menjadi begitu tenar pasca menjadi viral di media sosial maka ada begitu banyak orang yang bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya sosok Mukidi ini. Dan apakah sosok Mukidi ini merupakan sosok figur yang benar-benar nyata adanya atau hanya merupakan sebuah cerita fiksi hasil karangan orang semata. Kita ketahui bersama bahwa sempat terjadi kesimpang siuran berita pada waktu itu. Ada yang mengatakan bahwa Mukidi benar-benar ada dengan menunjukkan bukti KTP atau kartu tanda penduduk yang bersangkutan. Tetapi singkat cerita, dari berbagai kebenaran berita baik di media cetak maupun elektronik yang dapat kita ikuti bersama maka kita jadi tahu bahwa sebenarnya tokoh Mukidi hanyalah sebuah cerita fiksi hasil karya seseorang yang bernama Soetantyo Moechlas. Beliau adalah seorang penulis cerita-cerita lucu (humor), dimana salah satu buku cerita humornya berjudul “Laskar Pelawak 2.” Kita bisa melihat salah satu sumber informasinya dari http://www.rappler.com, di samping dari berbagai sumber berita lainnya yang beredar di masyarakat dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Namun pada kesempatan ini saya tidak akan berbicara banyak tentang Mukidi itu sendiri. Melalui sosok tokoh fiksi Mukidi ini saya justru ingin menghantarkan kita untuk memahami tentang fiksi vs fakta. Bahkan saya ingin menghantarkan kita sekalian untuk mengerti dan memahami bahwa eksistensi Kristus (mulai dari kelahiran sampai dengan kenaikan-Nya ke Sorga) adalah fakta dan atau faktual. Sehingga dengan demikian kita dapat merenungkan dan merefleksikan secara bersama-sama tentang apa dan bagaimana relevansi dan implikasinya bagi kita sebagai orang-orang percaya. Terlebih pada saat ini kita sedang berada pada masa raya natal di tahun 2016 dan jelang tahun baru 2017. Mari kita mulai perenungan dan refleksi kita saudara-saudara. 1. Kelahiran Kristus: Sejak masa kanak-kanak ketika kita masih berada di Sekolah Minggu sebagai ASM (Anak Sekolah Minggu), maka sejak itulah kita acap kali diperkenalkan oleh para GSM (Guru Sekolah Minggu) yang mengajar dan membimbing kita dengan cerita-cerita natal. Bahkan tak jarang kita melihat dan menyimak secara rutin drama-drama natal dari tahun ke tahun. Ya saudara, dalam drama itu kita melihat bagaimana Yusuf dan Maria pergi ke Yerusalem untuk mengikuti sensus dalam keadaan Maria yang sedang mengandung bayi Yesus. Di dalam perjalanan itulah mereka mencari penginapan namun semuanya telah penuh. Singkat cerita mereka tidak mendapatkan tempat di dalam penginapan yang layak melainkan mereka mendapatkan tempat di dalam sebuah kandang domba. Pada saat itu bertepatan dengan waktunya Maria akan bersalin. Sehingga singkat cerita lahirlah bayi Yesus di dalam kandang domba tersebut. Dan setelah Ia lahir, dibaringkanlah Ia di dalam palungan (tempat pakan ternak) dan dibungkus dengan kain lampin. Tentu ceritanya tidak hanya berhenti sampai di situ saudara. Dan kalau kita mau menyimak kebenaran ceritanya maka kita dapat menyimaknya di dalam Alkitab, Firman Tuhan. Di sana lengkap akan kita temukan kebenaran-Nya. Ya saudara, kisah kelahiran Yesus Kristus Mesias Sang Juruselamat itu memang bukan isapan jempol semata. Atau bukan juga merupakan cerita fiksi karangan orang yang kebenarannya belum tentu dapat dipertanggungjawabkan. Kisah kelahiran Yesus Kristus ke dalam dunia ini merupakan sebuah fakta aktual yang kebenarannya sangat dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Ada banyak saksi mata yang ikut menyaksikannya. Ada para gembala. Dan ada juga tiga raja dari timur yang biasa kita kenal dengan sebutan orang majus. Ya saudara, kelahiran Yesus Kristus disaksikan oleh orang mulai dari kalangan terendah sampai dengan yang tertinggi. Bahkan Ia pun disembah dan diagungkan oleh mereka pada saat itu. Dan juga oleh kita pada saat ini. Pun kelahiran-Nya juga telah dinubuatkan sejak awal oleh para nabi pada zaman Perjanjian Lama. Sebagaimana Yesaya 9:5-6 menyatakan dengan jelas, tegas dan lugas demikian: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan Tuhan semesta alam akan melakukan hal ini.” Ya saudara, Allah kita memang adalah Allah yang pencemburu. Makanya di dalam salah satu bagian dari dasa titah atau sepuluh perintah Allah dikatakan: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan Allahmu adalah Allah yang cemburu...Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.” Kita bisa melihatnya dalam Kitab Keluaran 20:3-5 dan ayat 7-8. Bahkan sesungguhnya dosa yang manusia telah lakukan telah membuat Allah menjadi cemburu karena dengan demikian manusia bukan hanya memberontak dan tidak patuh terhadap Allah, melainkan melalui pembangkangannya itulah manusia sadar atau tidak sadar dan suka atau tidak suka telah menduakan dan menomorduakan Allah. Itulah gambaran kita manusia. Dan itulah dasar kenapa Kitab Yesaya 9:6 tersebut di atas mengungkapkan bahwa kecemburuan Tuhan semesta alam akan melakukannya. 2. Apa yang dilakukan oleh Tuhan kalau begitu? Kita tahu bersama bahwa Allah kita adalah Allah yang mencintai hukum. Pun Ia adalah Allah yang membenci perampasan dan kecurangan. Kebenaran Firman Tuhan ini tertulis dalam Yesaya 61:8. Sebagai Allah yang mencintai hukum dan membenci kecurangan, tentu Ia akan memegang teguh serta melaksanakan hukum yang telah difirmankan-Nya dengan sebenar-benarnya dan seadil-adilnya. Bahkan sesungguhnya kita tahu berdasarkan kebenaran Alkitab bahwa Dialah hakim yang adil atas segala ciptaan yang akan mengadili kita semua pada akhirnya menurut keadilan-Nya. Demikian pun ketika Ia berkata bahwa upah dosa adalah maut, maka sesungguhnya setiap umat manusia tanpa terkecuali harus mengalami upah dosa yang adalah maut dan kebinasaan. Tapi ternyata, dalam keberadaan-Nya yang panjang sabar dan berlimpah kasih karunia itu maka Ia tidak serta merta membinasakan seluruh umat manusia melainkan Ia merancangkan anugerah kasih karunia-Nya melalui jalan penyelamatan Allah atas umat manusia melalui dan di dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Itulah sebabnya Injil Yohanes 1:1-34 dengan tegas mempersaksikan tentang Firman yang menjadi manusia. Melalui karya Allah dalam diri Yesus Kristus inilah terbukti kebenaran Firman Tuhan sebagaimana tertulis dalam Kitab Kejadian 50:20; Yeremia 29:11 dan Roma 8:28 yang berkata demikian: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan... Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Bahkan Injil Yohanes 3:16 pun menegaskannya juga. Dikatakan di sana bahwa karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya barangsiapa percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Ini adalah ayat emas yang seringkali kita dengar juga dalam berbagai perayaan natal yang diselenggarakan di gereja-gereja. Ya saudara, itulah yang Allah lakukan. Suatu karya penyelamatan yang besar atas diri umat manusia ciptaan-Nya. Bahkan terlebih khusus atas diri kita sebagai bagian dari persekutuan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dengan demikian karya penyelamatan Allah di dalam dan melalui diri Yesus Kristus haruslah kita imani, kita percaya, dan harus juga memberi dampak dan pengaruh di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, baik secara pribadi maupun secara bersama-sama dalam kehidupan komunitas orang percaya. Pun perlu juga untuk dapat memberi dampak kepada sesama kita, terutama bagi mereka yang belum percaya dan belum menjadi percaya. Pembaca yang budiman, dalam setiap peristiwa Yesus Kristus di dalam Alkitab (mulai dari kelahiran-Nya, karya-Nya di dalam dunia dan diantara manusia, kematian-Nya di atas kayu salib, kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahkan sampai pada peristiwa kenaikan-Nya ke Sorga), kita seringkali menyaksikan di dalam Alkitab bahwa hal-hal itu disaksikan oleh begitu banyak orang. Sehingga dengan demikian tentu kita tidak akan pernah bisa menyatakan bahwa peristiwa Yesus Kristus ini adalah hal yang fiktif belaka. Pun lebih penting daripada itu, sesungguhnya sekalipun kita secara pribadi belum pernah melihat dan menyaksikannya sendiri, namun kita sebagai orang-orang yang beriman dan percaya kepada-Nya tetap merupakan orang-orang yang berbahagia di dalam Tuhan. Sebagaimana Firman Tuhan berkata di dalam Injil Yohanes 20:29 demikian: “...Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.” Itulah yang Tuhan harapkan dan inginkan dari kita saudara. Karena iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Beriman berarti percaya dan mempercayakan diri hanya kepada Tuhan. Mari menjadi orang yang beriman teguh kepada-Nya. Mari kita terima damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal yang akan memelihara pikiran dan hati kita dalam Kristus Yesus. Mari kita wujudnyatakan iman kita di dalam segenap perbuatan dan hidup kita sepenuhnya. Mari kita sambut Dia dengan segera untuk dapat sungguh-sungguh lahir dan hadir di hati, pikiran dan hidup kita sebagai Raja di atas segala raja. Mari kita persiapkan diri kita untuk dapat menyambut Dia sampai Tuhan datang untuk yang kedua kali sebagai hakim yang adil atas segala ciptaan. Selamat natal dan tahun baru bagi kita sekalian para mempelai-Nya yang bijaksana. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

MENJADI PELAYAN KECIL TUHAN

“Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya, dan berkata kepada mereka: “Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.” (Lukas 9:47-48). Pembaca yang budiman, ketika saya mempersiapkan tulisan dengan tema “Menjadi Pelayan Kecil Tuhan” ini maka saya langsung teringat dengan hakikat sifat dasar manusia. Semua manusia di dunia ini pasti, tidak mungkin tidak, memiliki angan-angan serta cita-cita yang besar. Dan itu pasti terjadi dalam diri setiap orang. Coba saja kita bertanya pada anak-anak di sekeliling kita saudara: “Apa cita-citamu nak kalau sudah besar nanti?” Ya saudara, pada umumnya mereka pasti akan menjawab dan menggambarkan cita-cita mereka yang besar dan setinggi langit. Sama seperti sebuah ungkapan yang sering kita dengar yang berkata demikian: “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit.” Seperti itulah gambaran kita manusia saudara. Bahkan kalau kita mau membandingkan dengan realita lagu anak-anak yang sempat populer dan dipopulerkan oleh Ria Enes dan boneka Susan, maka kita akan mendengar di sana cita-cita Susan yang besar dan mulia. Jadi dokter, jadi insinyur dan lain sebagainya. Salahkah saudara? Tentu tidak. Setiap orang memang berhak menggantungkan cita-citanya setinggi langit. Ya saudara, itulah gambaran kehidupan dunia di sekitar kita yang seringkali kita kenal dengan istilah dunia sekuler. Lalu pertanyaannya kemudian bagaimana dengan dunia non sekuler atau dunia rohani saudara? Bagaimana dengan kehidupan bergereja dan melayani Tuhan? Maka Firman Tuhan yang menjadi bagian bacaan kita saat ini dengan jelas menyebutkan bahwa yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar. Dengan kata lain saudara, sesungguhnya setiap kita dipanggil untuk menjadi pelayan kecil Tuhan. Ya saudara, itulah yang menjadi tema pembahasan kita saat ini. Yang menjadi pertanyaan kita kemudian saudara-saudara, mengapa konsep kekristenan sebagaimana yang tergambar dalam kebenaran Firman Tuhan justru seratus delapan puluh derajat berbeda dengan konsep yang diusung oleh dunia ini? Maka jawabannya adalah karena memang setiap kita dipanggil untuk berani tampil beda. Setiap kita dipanggil untuk tidak menjadi sama dengan dunia ini melainkan berubah menurut pembaharuan budi kita saudara. Ya, dan memang karena pikiran Kristus jauh berbeda dengan pikiran manusia pada umumnya. Karena segala sesuatu yang dipikirkan, dirasakan, dikatakan dan dikerjakan oleh Kristus adalah apa yang berasal dari Bapa. Karena sesungguhnya Aku (Kristus) dan Bapa adalah satu (Yohanes 10:30). Oleh karena itu kita pun diminta oleh Tuhan kita Yesus Kristus untuk menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan-Nya dengan Allah itu sebagai hal yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Itulah natal, dimana Sang Firman telah menjadi sama dengan manusia dan berada di antara manusia untuk menyatakan diri-Nya kepada setiap umat manusia dan terutama kepada setiap orang percaya, sehingga barangsiapa percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Semua semata-mata hanya karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal sebagaimana diberitakan dalam Injil Yohanes 3:16 yang menjadi salah satu berita utama natal. Ya saudara, melalui keberadaan Kristus di dalam dunia di antara manusia (terlebih manusia yang berkenan kepada-Nya), maka Ia telah menunjukkan betapa Ia sudi mendekatkan diri-Nya kepada kita. Terlebih dalam perbedaan eksistensi, dimana Allah adalah kudus dan sempurna sementara kita manusia adalah orang berdosa. Bahkan keberadaan-Nya di tengah dunia di antara manusia adalah untuk melakukan karya penebusan atas segala dosa-dosa kita melalui kematian-Nya di atas kayu Salib dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Itulah paskah. Itulah sebabnya kenapa natal dan paskah tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Karena tanpa natal tidak akan ada paskah. Pun tanpa paskah maka natal menjadi sia-sia. Ya saudara, ketika Kristus saja sudah memberi teladan betapa Dia mau menjadi yang terkecil sekalipun Dia adalah yang terbesar bahkan Dia adalah Yang Maha Besar, maka bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menjadi yang terkecil dan membiarkan Dia dibesarkan dan menjadi yang terbesar? Sudahkah kita sungguh-sungguh mengagungkan nama Tuhan dalam segenap kehidupan dan pelayanan yang kita lakukan? Saat ini saya rindu mengajak kita sekalian untuk merenungkan tema kita saat ini melalui lagu pujian yang saya ciptakan yang berjudul “Pelayan Kecil Tuhan.” Kiranya perenungan kita dan lagu yang saya sajikan saat ini dapat menghantarkan kita sekalian untuk semakin menghayati eksistensi seorang pelayan Tuhan yang tidak lain adalah pelayan kecil Tuhan. Pun yang tidak kalah penting dari itu adalah supaya kita dapat benar-benar menjadi pelayan Tuhan yang diperbaharui dan atau mengalami pembaharuan hidup. Yaitu pembaharuan hidup ke arah Kristus, dimana kita mampu berpikir sebagaimana Kristus berpikir, merasa sebagaimana Kristus merasa dan bertindak sebagaimana Kristus bertindak. Dengan kata lain seorang pelayan Tuhan yang baik dan setia bukan sekedar orang yang dengan giat melakukan kegiatan atau aktivitas gereja melainkan berbicara mengenai bagaimana seseorang menempatkan diri sebagai hamba yang mengasihi Kristus dan melakukan pelayanannya dengan komitmen dan kasih. Tentu untuk mencapai semuanya itu tidaklah mudah. Bahkan kita mungkin seringkali gagal dalam mengaplikasikan diri kita sebagai pelayan Tuhan yang setia dan dibaharui tersebut. Tapi tentu Tuhan tidak ingin kita berhenti dan stag dalam kegagalan kita. Niscaya Tuhan ingin agar kita bangkit dan berjalan bahkan berlari ke arah DIA. Sudah barang tentu kita tidak akan dapat berjalan sendiri. Oleh karena itu marilah kita berjalan bersama dengan Tuhan dalam segenap proses kehidupan kita. Marilah kita akui Dia dalam segala tingkah laku kita, maka Dialah yang akan meluruskan segala jalan kita (Amsal 3:6). Selamat natal dan tahun baru bagi kita sekalian. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin. https://youtu.be/jT-rcsqLIhs  

Minggu, 04 September 2016

BUANGLAH KEBODOHAN (AMSAL 9:1-6)

Saudara-saudara, berdasarkan bagian bacaan kita saat ini yang terambil dari Kitab Amsal pasalnya yang ke-9 ayatnya yang pertama sampai dengan ayatnya yang ke-6, saya rindu mengajak kita sekalian untuk merenungkan sebuah tema yaitu: Buanglah Kebodohan. Kalau kita berbicara mengenai gambaran orang muda pada umumnya saudara, maka tidak bisa kita pungkiri adanya deskripsi dan stereotype dari banyak kalangan di sekitar kita yang mengatakan bahwa orang muda pada hakikatnya adalah orang yang dianggap masih kurang berpengalaman. Atau dengan kata lain orang muda dikatakan sebagai orang yang masih belum banyak makan asam garam kehidupan. Sehingga dengan demikian orang muda seyogyanya digambarkan sebagai orang yang masih harus banyak belajar dan perlu menimba banyak ilmu dan pengalaman untuk dapat menjadi orang yang lebih mumpuni pada akhirnya. Walaupun memang bagi saya pribadi dan tentu juga bagi kita sekalian, kita pasti akan setuju ketika saya katakan bahwa proses belajar adalah sebuah proses sepanjang hayat masih dikandung badan. Bahkan saya pun hingga saat ini merasa perlu dan harus mengakui bahwa saya masih berada dalam proses belajar, dimana saya adalah seorang pembelajar dari sekolah kehidupan. Tentunya begitu juga dengan kita saudara. Proses belajar tidak harus berhenti sampai dengan jenjang tertinggi pada pendidikan formal. Tetapi proses belajar adalah proses yang masih akan terus berlanjut sampai Tuhan memanggil kita pulang ke dalam kediaman yang kekal. Bahkan Tuhan Yesus Kristus sendiri mengatakan dengan tegas dalam Injil Matius 11:29: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati; dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Ya saudara. Tuhan memang sungguh ingin agar setiap kita dapat belajar kepada-Nya. Terlebih juga bagi setiap kita para kaum muda yang telah menjadi percaya kepada-Nya. Tentu keinginan Tuhan ini bukanlah tanpa maksud. Tuhan sungguh ingin agar setiap kita sebagai orang muda yang percaya tidak dianggap rendah karena kemudaan kita. Tuhan sungguh ingin agar setiap kita sebagai orang muda yang percaya juga dapat menjadi teladan bagi segala orang beriman; baik dalam perkataan kita, tingkah laku kita, dalam kasih kita, dalam kesetiaan kita dan dalam kesucian kita. Itulah yang diungkapkan dalam 1 Timotius 4:12 saudara. Keinginan Tuhan agar kita membuang kebodohan dan mengikuti jalan pengertian atau jalan hikmat Tuhan bukanlah tanpa maksud. Karena Tuhan ingin agar setiap kita beroleh hidup dan bukan kebinasaan. Ya saudara, kita ketahui bersama bahwa kunci kehidupan orang percaya memang terletak pada iman percayanya. Sebagaimana Injil Yohanes 3:16 mengatakan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini maka Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal; agar barangsiapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Tapi tentu tidak berhenti sampai di situ saudara. Karena bagi tiap orang percaya selalu akan berlaku prinsip: percaya dulu baru mengerti. Dan untuk percaya sungguh dibutuhkan iman yang benar kepada Tuhan. Tetapi untuk mengerti selalu dibutuhkan kesediaan untuk mau belajar dan diajar. Bahkan setiap kita sesungguhnya dipanggil dan diutus untuk mau belajar dan diajar untuk mengajar. Itulah panggilan Tuhan bagi setiap orang percaya termasuk kita para kaum muda. Ya saudara. Kita dapat melihat contoh konkretnya di dalam Alkitab, yaitu dalam Kitab Daniel 1:1-21. Khususnya dalam ayatnya yang ke-17 dari Kitab Daniel pasalnya yang pertama itu digambarkan dengan jelas bagaimana Allah memberikan kepada keempat orang muda yaitu Daniel (Beltsazar), Hananya (Sadrakh), Misael (Mesakh) dan Azarya (Abednego) pengetahuan, kepandaian tentang berbagai tulisan dan hikmat. Bahkan secara khusus Daniel juga mempunyai pengertian tentang berbagai-bagai pengelihatan dan mimpi. Kalau kita perhatikan secara seksama saudara, maka dapat kita ketahui bahwa pada saat itu mereka menjadi bagian dari orang-orang muda yang terpilih untuk bekerja pada Raja Yoyakim (Raja Yehuda), dimana pada tahun ketiga masa pemerintahannya maka datanglah Nebukadnezar (Raja Babel) ke Yerusalem lalu mengepung kota itu. Jadi terlihat di sini suatu kebutuhan akan bibit-bibit muda yang unggul pada saat itu. Dan keempat orang muda itu menjadi bagian di dalamnya. Tentu bukan karena kekuatan dan kecakapannya sendiri melainkan karena Tuhan yang turut campur tangan di dalamnya. Kalau kita boleh membandingkan dengan prestasi orang-orang muda Indonesia maka kita bisa melihat salah satu contohnya juga dalam diri dua pebulutangkis muda Indonesia yaitu butet dan owi yang baru saja memenangkan medali emas dalam olimpiade kemarin. Dan istilah yang digunakan bagi mereka adalah pahlawan olahraga Indonesia. Saudara-saudara, bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah sungguh-sungguh beriman dan percaya kepada Tuhan dengan setia? Dan setelah kita menjadi percaya, apakah kita sudah sungguh-sungguh mau belajar kepada Kristus dan meneladani-Nya dengan setia? Dan apakah kita sudah sungguh-sungguh menjadi laskar-laskar Kristus? Marilah kita buang segala kebodohan yang ada dalam diri kita. Karena sesungguhnya akar dari segala kebodohan adalah dosa. Karena dosa mengakibatkan kita tidak lagi mampu mengenal jalannya Tuhan dengan baik dan benar. Dosa mengakibatkan kita hanya mampu untuk menjadi orang-orang yang tidak benar dan tidak berkenan di hadapan Tuhan. Bahkan Alkitab dengan tegas mengatakan: “Dalam dosa aku dikandung ibuku (Mazmur 51:5).” Hal inilah yang menyebabkan tidak ada seorang pun yang benar dan baik di hadapan Allah. Karena sesungguhnya setiap kita telah mewarisi dosa asal atau dosa turunan dari Adam dan Hawa. Tetapi bagi setiap kita yang telah menjadi percaya kepada Tuhan maka Ia berfirman bahwa kita akan diselamatkan karena iman. Pun bagi setiap kita yang mengaku dosa kita di hadapan-Nya maka Ia adalah setia dan adil. Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yohanes 1:9). Kini, ketika Tuhan sudah mengampuni segala dosa dan pelanggaran kita. Dan ketika Tuhan sudah membayar lunas harga penebusan kita dengan darah-Nya dan nyawa-Nya. Bahkan ketika Tuhan sudah menang atas dosa dan maut melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Pun ketika Tuhan siap menjadikan kita pemenang bahkan lebih daripada pemenang. Semua itu diwujudnyatakan-Nya bagi kita dan atas kita karena Dia sungguh mengasihi kita dan sudah lebih dulu mengasihi kita. Dia sudah membuktikan kasih-Nya kepada kita. Bahkan Dia akan senantiasa mengasihi kita di sepanjang kehidupan kita bahkan sampai kepada kesudahannya. Karena kasih-Nya adalah dari kekal sampai kekal. Ketika kita tahu bahwa kasih Tuhan begitu besar dan begitu luar biasa, maka pertanyaannya bagi kita: apakah balasmu? Sudahkah kita mengasihi Dia dengan setia? Sudahkah yang terbaik kita berikan kepada-Nya? Saudara, untuk memberi yang terbaik bagi Tuhan butuh sebuah pengorbanan. Hal ini bukan hanya berbicara tentang persembahan fisik atau materi kita. Tetapi lebih daripada itu, hal ini berbicara tentang kesediaan diri kita untuk mau diajar dan dibentuk oleh Tuhan. Karena kita adalah bejana-Nya. Diajar dan dibentuk oleh Tuhan juga menuntut kesediaan dari diri kita sendiri dan masing-masing untuk mau terus belajar dan mencari hikmat Tuhan. Karena barangsiapa meminta maka ia akan menerima. Barangsiapa mencari maka ia akan mendapat. Dan barangsiapa mengetuk maka baginya pintu akan dibukakan (Matius 7:8). Oleh karena itu janganlah berhenti untuk belajar. Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33). Marilah kita menjadi pembelajar yang sejati yang selalu mau dengar-dengaran akan Firman Tuhan. Pun marilah kita mau terus belajar untuk tidak hanya menjadi pendengar yang setia melainkan juga mau menjadi pelaku Firman Tuhan yang setia. Takutlah akan Tuhan karena itu adalah sumber kehidupan (Amsal 14:27). Pergunakanlah hikmat yang dari atas dan bukan yang dari bumi (Yakobus 3:13-18). Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

PENTINGNYA BERMAZMUR BAGI TUHAN

“Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran! (Mazmu 47:8).” Pembaca yang budiman, pasti sekalian kita akan sepakat jika saya katakan bahwa dalam segala hal yang kita lakukan, maka sesungguhnya kita perlu tahu terlebih dahulu apa tujuannya. Sebab jika tidak, itu sama halnya dengan kita melakukan suatu kesia-siaan. Itulah sebabnya kenapa Kitab Pengkhotbah menekankan bahwa segala sesuatu sia-sia. Tidak lain dan tidak bukan adalah karena manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir (lihat Pengkhotbah 3:11). Demikian juga halnya dengan bermazmur saudara. Ketika kita bersukacita mendaraskan mazmur bagi Tuhan, maka kita perlu tahu benar apa tujuan sukacita kita dan apa pentingnya bermazmur bagi Tuhan. Itulah yang menjadi sub tema dalam pokok bahasan kita kali ini. Secara gamblang bagian bacaan kita kali ini mengungkapkan bahwa salah satu sebab pentingnya bermazmur bagi Tuhan tidak lain adalah karena Allah adalah Raja seluruh bumi. Bahkan sesungguhnya kekuasaan-Nya tidak terbatas, karena Dia adalah pemilik Surga dan bumi beserta seluruh ciptaan tanpa terkecuali. Oleh karenanya kita diminta untuk bermazmur bagi-Nya dengan nyanyian pengajaran. Kenapa demikian? Sebab Allah adalah Raja maka sudah sepantasnya kita memuji dan menyembah Dia. Terlebih karena Dia adalah Raja di atas segala raja. Dan karena apa yang kita terima dan yang telah diwariskan oleh para pendahulu dan juga diajarkan oleh para gembala kepada kita saat ini sesungguhnya berasal dari apa yang kita dengar dan apa yang diajarkan langsung oleh-Nya baik kepada para murid maupun juga kepada kita sekalian hingga saat ini melalui Alkitab, Firman Allah. Itulah arti penting mazmur sebagai bagian dari nyanyian pengajaran. Dengan demikian sesungguhnya kita tidak hanya dibangun melalui khotbah atau perenungan Firman semata melainkan juga melalui mazmur dan puji-pujian kepada Allah (bdk.dengan lagu PKJ 282), dimana judul dalam lagu pujian tersebut adalah “Tuhan Tolonglah Bangunkan Iman.” Jadi semakin jelaslah bagi kita saat ini bahwa mazmur dan puji-pujian yang kita daraskan di hadapan Tuhan juga merupakan sarana yang efektif dalam upaya membangun iman kita secara pribadi dan juga iman jemaat. Itulah sebabnya kenapa dalam liturgi ibadah kita nyanyian jemaat juga memiliki arti yang sama pentingnya dengan khotbah atau perenungan Firman. Itulah sebabnya sebuah tata liturgi yang baik adalah tata liturgi yang utuh dari awal sampai akhir, menyeluruh dan sinambung. Tidak hanya berhenti sampai di situ saja saudara. Pentingnya bermazmur bagi Tuhan juga adalah karena segala kebaikan-Nya yang patut kita syukuri, nyatakan dan saksikan. Sebagaimana pemazmur Daud acap kali mengungkapkan dalam Alkitab: “Bersyukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” Kita dapat melihatnya dalam beberapa bagian Kitab Mazmur seperti: Mazmur 107:1, Mazmur 118:1, Mazmur 106:1, dan lain-lain. Bahkan 1 Tawarikh 16:8-10 menegaskan: “Bersyukurlah kepada Tuhan, panggillah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari Tuhan!” Jadi jelas bagi kita bahwa kesukaan hati yang kita rasakan ketika kita mendaraskan mazmur dan pujian bagi Tuhan tidak lain adalah karena kita memiliki hati yang benar-benar mencari Tuhan dan tertuju kepada Tuhan. Untuk itu marilah kita meminta Tuhan untuk terus menyelidiki hati kita. Apakah kita benar-benar sudah menjadi orang-orang yang sungguh mengasihi dan mencintai Tuhan atau belum. Dengan demikian, ketika kita mampu menguji diri kita sendiri maka hukuman tidak menimpa kita (1 Korintus 11:31). Pun ketika kita mampu menguji diri kita sendiri maka kita dapat terus berproses dan menyediakan diri untuk diproses Tuhan sehingga dari hari kesehari kita dapat menjadi orang-orang yang semakin mencintai dan mengasihi Tuhan. Kita pun dapat menjadi orang-orang yang rela untuk terus diproses dan dibentuk Tuhan agar menjadi makin serupa Yesus Tuhan kita. Pun kita juga dapat menjadi orang-orang yang dengan rela menyediakan diri kita untuk mau dipakai-Nya menjadi pekerja di ladang-Nya, karena tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit. Sekaranglah saatnya bagi kita saudara untuk dapat benar-benar mengalami kebangunan rohani yang maksimal melalui berbagai media dan sarana yang Tuhan sediakan bagi kita, terlebih khusus melalui berbagai sarana dan media yang tersedia di gereja yang dapat mengarahkan kita menjadi lebih dekat dan semakin dekat kepada Tuhan. Dan juga yang dapat mengarahkan kita menjadi kudus sebagaimana Dia, Tuhan Allah kita kudus dan menjadi sempurna sebagaimana Dia, Tuhan Allah kita sempurna. Oleh karena itu jangan pernah sekali pun meninggalkan persekutuan ibadah. Bertekunlah dalam doa dan pengajaran rasul-rasul. Teruslah meminta kepada Tuhan agar kita memiliki hati yang bijaksana. Demikian pun agar kita memiliki hati yang mau terus memuji dan mempermuliakan nama Tuhan. Terus alami kuasa Roh Kudus di dalam hidup kita. Terus alami kuasa Allah melalui dan di dalam setiap pujian kita kepada-Nya. Mari memuji dan menyembah Dia.Marilah kita menjadi penyembah-penyembah yang benar di hadapan-Nya. Mari bermazmur bagi-Nya senantiasa. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

INSPIRASI SANG GEMBALA

http://www.satuharapan.com/uploads/pics/news_305_1465471618.jpg Bulan Juni 2016 merupakan waktu berduka yang mendalam bagi Gereja Kristen Indonesia termasuk juga kita sekalian, karena salah seorang pendeta yang sudah melayani sekian lama di GKI hingga telah memasuki masa emiritusnya sampai dengan sekarang usianya mencapai 64 tahun pada saat Tuhan memanggilnya kembali ke haribaan-Nya dengan cara-Nya. Ya! http://www.satuharapan.com baru-baru ini memuat berita tentang wafatnya Pdt.Em.Peter Then dalam usianya sebagaimana tersebut di atas karena terseret ombak di Bali. Lebih lanjut satuharapan.com menyebutkan bahwa niscaya pada saat itu Pdt.Em.Peter Then sedang berada di Pantai Gelak Bali untuk membuang abu kakak iparnya. Dan terjadilah peristiwa naas itu, dimana Pdt Peter Then (alumni STT Jakarta dan saudara kembar dari Pdt.John Then itu) terhempas ombak dan ikut terbawa arus ombak tersebut. Dalam keterangan pers yang saya (*ESTJ) coba cari dan temukan memang tidak disebutkan tanggal pasti kapan peristiwa terseret ombak itu terjadi dan sampai membuat yang bersaangkutan menghembuskan nafas terakhirnya. Yang jelas di sanan diungkapkan bahwa Pdt.Em.Peter Then yang merupakan pendeta emiritus dari GKI Terusan Pasirkoja itu, pada saat sebelum peristiwa terseret ombak itu terjadi sedang menuruni tangga menuju tepi pantai untuk menabur bunga (sumber: tribunnews.com). Dilansir juga dalam berita tersebut bahwa korban meninggal ada dua orang dan salah satunya Pdt.Em.Peter Then. Yang seorang lagi tidak diketahui namanya. Sedangkan istri Pdt.Em.Peter Then, Ibu Ferina Kurniawan bersama puterinya Estherina yang ikut dalam rombongan keluarga yang terdiri dari 25 orang untuk menghadiri tabur abu itu dilaporkan selamat. Turut menjadi sumber berita yang membenarkan peristiwa wafatnya Pdt.Em.Peter Then adalah Pdt.Gomar Gultom (Sekum PGI) dan Pdt.Kuntadi Sumadikarya (mantan ketua Sinode Wilayah GKI SW Jabar. Berikut adalah kutipan kesaksian hidup dari istri Pdt.Em.Peter Then yang saya (*ESTJ) peroleh dari salah satu kiriman Whatsapp: “Kesaksian dari yang ngikutin kebaktian kemaren... CI FeI, istri dari Pak Peter Then...Ci Fei ga mau ninggalin TKP sebelum tubuh suaminya ditemukan. Dia ga bisa terima waktu dibilangin warga setempat...belum pernah jasad bisa kembali di tempat TKP. Tapi Ci Fei dan rombongan melakukan pujian penyembahan dan doa terus-menerus. Akhirnya begitu ombak reda muncul tubuh mereka kelihatan seperti diangkat naik. Melihat itu penduduk setempat bilang bahwa Tuhan kalian hebat. Biasanya mereka-mereka pakai pawang orang pintar dan sebagainya ga balik. Kalau ketemu beberapa hari itu pun di tempat lain. Luar biasa ya. Sampai akhir hidup Pdt Peter Then tetap menjadi saksi hidup buat orang lain. Mereka menyanyikan lagu Allah kuasa melakukan segala perkara di hampir satu jam. Puji Tuhan! Tuhan kita memang luar biasa! Ini kesaksian kemarin malam... Almarhum Pdt Peter Then tutup usia di usia 64 tahun. Sekitar 40 tahun lalu STT Jakarta dihebohkan dengan kedatangan duo kembar Peter Then dan John Then. Kembar identik, suaranya sama, sama-sama ramah, dua-duanya masuk sekolah teologia karena sama-sama mau jadi pendeta. Dua-duanya sama-sama pintar dan pintar main piano. Mungkin hanya mereka berdua pada masa itu yang bisa main piano. Jadi ketika kawan-kawan di STT sedang jenuh, saat mereka mendengar permainan piano duo kembar ini, langsung tahu pasti John dan Peter yang main. Dan mereka merasa sangat terhibur dengan musik yang dimainkan oleh duo kembar ini. Setelah lulus, yang sebenarnya dipanggil untuk pelayanan di GKI Kebonjati Bandung adalah Pdt.John Then. Namun saat majelis bermaksud menjemput Pdt.John Then ke Solo, yang ada di rumah adalah Pdt.Peter Then. Dan malah Pdt.Peter Then yang dibawa ke Bandung. Gagal paham kayanya majelisnya...hehehe. Tapi bersyukur banget. Karena kesalahpahaman itu akhirnya Pdt Peter lah yang ditempatkan di Bandung dan kami diberi kesempatan untuk mengenal beliau. Setelah enam tahun melayani di GKI Kebonjati beliau pindah ke GKI Pasirkoja. Hingga beliau tutup usia beliau tetap setia melayani di situ. Beliau orang pertama yang mengadakan persekutuan bagi tuna rungu di gerejanya. Bahkan ada komisi tuna rungu juga di sana yang melayani hingga saat ini. Menurut mereka Pdt Peter adalah sosok yang penuh teladan, guru, sahabat, pembimbing, penyemangat dan entah berapa banyak lagi predikat yang beliau sandang karena pengabdiannya. Proud of you, Sir. Khotbah terakhir beliau di GKI Pasirkoja tanggal 5 Juni 2016 kemarin. Seharusnya tema GKI adalah “Allah Melawat Umat-Nya.” Namun beliau meminta izin kepada majelis untuk mengubah tema khotbah Hari Minggu itu menjadi “Jangan Menangis.” Mungkin beliau sudah mendapat firasat bahwa akan dipanggil pulang oleh Bapa. Yang dapat disimpulkan dari khotbah terakhir beliau adalah teruslah bernyanyi dan banyaklah membaca Firman Tuhan. Baru kali ini datang ke rumah duka dan penatuanya sebanyak itu. Semua rela berdesak-desakan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Pdt Peter Then. GKI sungguh berduka dan sangat kehilangan tokoh besar ini. Sungguh pelayanan beliau menyentuh hati banyak orang. Sekarang pak pendeta yang murah senyum ini sudah tiada. Namun pengajarannya akan selalu diingat sepanjang masa. Bersalaman dengan Pdt John Then tadi langsung seketika seperti melihat Pdt Peter Then. Senyumnya, suaranya, keramahannya, sangat identik. Benar-benar sosok pendeta yang satu ini tidak akan terlupakan. Selamat jalan pak pendeta. Terima kasih atas pelayanan dan pengabdianmu yang tulus dan membawa nuansa baru bagi seluruh gereja Tuhan di dunia. Perjuangan bapak tidak akan pernah sia-sia. Selamat bernyanyi dan memuji Tuhan di Surga. Sampai waktunya kami akan bertemu bapak di sana. Tuhan memberkatimu Pdt.Em.Peter Then. Sampai berjumpa lagi.” Jangan bersedih dan jangan menangis, sebagaimana pesan terakhir dari Pdt.Em.Peter Then sebelum kepergiannya untuk selama-lamanya dari dunia ini dan dari antara kita sekalian. Yakin dan percayalah bahwa ada saatnya dimana kita akan bertemu kembali dengannya di Surga sana. Karena Tuhan kita Yesus Kristus pergi ke sana untuk menyediakan tempat juga bagi kita anak-anak-Nya. Jangan bersedih dan jangan menangis. Kenangkanlah segala kebaikan-Nya yang telah ditunjukkan di dalam dan melalui diri Pdt.Em Peter Then semasa hidupnya. Syukurilah segala kebaikan-Nya yang telah menghadirkan dia di antara kita selama ini. Dan teladanilah segala yang baik daripadanya. Karena dia akan selalu hidup di dalam lubuk hati kita yang paling dalam sekalipun dia kini telah tiada. Mari kita ucapkan bersama-sama selamat jalan pak pendeta. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Rabu, 25 Mei 2016

KEMAH SUCI SEBAGAI TEMPAT KUDUS: APA DAN BAGAIMANA?

Keluaran 40:1-16 Saudara-saudara, tentu banyak dari antara kita yang masih ingat satu slogan yang berkata: “Rumahku, Istanaku” bukan? Dan pasti setiap kita akan mencoba mengaplikasikan tempat tinggal kita sebagaimana apa yang kita impikan dan idamkan menurut gambaran ideal kita tentang apa definisi rumah bagi kita. Makanya yang namanya rumah impian masing-masing orang pasti akan berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain, karena perspektifnya pun berbeda antar masing-masing orang. Tapi satu hal yang pasti, keinginan tiap-tiap orang pasti sama. Kita tentu ingin hidup dengan nyaman di rumah kita sendiri. Kita tentu ingin hidup dengan sehat, penuh sukacita dan damai sejahtera di rumah kita sendiri. Tidak akan ada yang bisa memungkiri fakta tersebut. Makanya bagi orang-orang yang tidak merasa nyaman di rumahnya sendiri seringkali disebut broken home. Kenapa broken home? Karena kondisi itu adalah kondisi yang di luar idealisme atau yang sewajarnya terjadi tentang impian dan fakta ideal sebuah rumah tinggal bagi kita dan bagi kebanyakan orang. Dan karena yang ideal sesungguhnya telah mengalami kerusakan. Saudara-saudara, hal yang sama digambarkan juga dalam bagian bacaan kita saat ini. Dengan jelas judul perikop dalam bagian bacaan kita menyebutkan tentang Musa mendirikan kemah suci. Dan yang perlu kita perhatikan saudara-saudara ialah bahwa Musa mendirikan kemah suci bukan karena keinginannya sendiri melainkan karena Tuhan yang berfirman kepadanya. Jadi dengan demikian sesungguhnya Musa sedang mewujudnyatakan keinginan dan kehendak Tuhan. Dengan kata lain Musa sedang menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk mewujudkan visi dan misi Tuhan, terutama dalam hal membangun persekutuan ibadah. Karena memang yang Tuhan mau untuk kita lakukan adalah agar kita tidak sekali-kali pun meninggalkan persekutuan ibadah. Dan agar kita terus bertekun dalam doa dan pengajaran rasul-rasul. Kenapa demikian? Karena memang kita sebagai orang-orang percaya yang tidak lain adalah bejananya Tuhan perlu dan harus terus diisi oleh kebenaran Firman Tuhan. Karena Tuhan tidak mau kita menjadi bejana-bejana yang kosong. Saudara-saudara, ketika Tuhan memerintahkan kepada Musa untuk membuat kemah suci atau kemah pertemuan, maka kita bisa saksikan bersama bahwa Tuhan tidak tinggal diam. Tuhan turun tangan langsung dalam detail pengaturan kemah suci tersebut. Dengan kata lain Tuhan sendirilah arsiteknya sementara Musa dan orang-orang yang terlibat di dalamnya merupakan pelaksana. Bahkan sesungguhnya pembangunan kemah suci atau kemah pertemuan ini membutuhkan proses yang tidak sebentar. Makanya kalau saudara-saudara perhatikan, kisah mengenai tahap awal pendirian kemah suci sudah dimulai sejak Keluaran 35:4 dan seterusnya sampai dengan pada bagian bacaan kita saat ini. Dan kalau kita perhatikan secara seksama perintah untuk mendirikan kemah suci didahului dengan perintah untuk menguduskan hari sabat (lihat Keluaran 35:1-3). Apa pentingnya menguduskan hari sabat? Tidak lain adalah karena itu merupakan perintah Tuhan, dan sudah barang tentu kita sebagai hambanya harus taat. Kalau demikian apa pentingnya dan apa kaitannya antara menguduskan hari sabat dengan membuat kemah suci sebagai tempat kudus? Tentu jawabannya tidak lain adalah karena Tuhan kita adalah Tuhan yang kudus, sehingga yang kudus tidak bisa bercampur baur dengan apa yang najis; sama halnya seperti gelap tidak bisa bersatu dengan terang (bdk.Keluaran 3:4-5). Dalam ayat tersebut dengan jelas dikatakan bahwa ketika dilihat Tuhan bahwa Musa menyimpang untuk memeriksa mengapakah semak duri itu tidak terbakar, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepada Musa: “Musa, Musa! Dan Musa menjawab “Ya, Allah.” Lalu Allah berfirman: “Janganlah datang dekat-dekat; tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat dimana engkau berdiri itu adalah tanah yang kudus.” Ini adalah kisah dimana Allah pertama kali memperkenalkan diri kepada Musa. Bisa kita bayangkan saudara betapa kudusnya Allah sampai sedemikian adanya. Makanya tidak heran ketika Allah memerintahkan kepada Musa untuk mendirikan kemah suci atau kemah pertemuan, maka pendiriannya pun harus dipenuhi dengan kekudusan. Karena memang kemah suci atau kemah pertemuan itu difungsikan Allah sebagai tempat kudus. Kalau kita mau merujuk pada kata “Qadosy” dalam bahasa Ibrani berarti dipisahkan dari yang lain. Jadi memang kemah suci atau kemah pertemuan itu diperintahkan Tuhan untuk dibangun sebagai tempat yang dikhususkan atau dipisahkan dari tempat-tempat lain pada umumnya. Apa implikasinya buat kita saudara? Kita tentu tahu bahwa gereja bukanlah gedungnya. Walaupun memang kita perlu menaruh penghargaan dan penghormatan yang tinggi terhadap gedung gereja sebagai sarana beribadah yang telah diizinkan Tuhan untuk ada di tengah-tengah kita dan memperlengkapi kehidupan persekutuan kita. Oleh karena itu implikasi utama bagi kita adalah bahwa dalam keberadaan kita sebagai gereja (persekutuan orang percaya), dan dalam keberadaan kita sebagai bait-Nya yang kudus, pun dalam keberadaan kita sebagai umat pilihan Allah, maka kita perlu terus berupaya keras untuk menjaga dan memelihara kekudusan dan kesempurnaan hidup kita sebagaimana Dia, Tuhan Allah kita kudus dan sempurna. Untuk itu kita perlu diubahkan oleh Tuhan menjadi ciptaan yang baru. Sebab yang lama telah berlalu dan yang baru sudah datang. Kita juga perlu terus bertekad bulat dan berupaya penuh untuk tidak menjadi serupa dengan dunia ini melainkan berubah menurut pembaharuan budi kita. Itulah yang Tuhan inginkan untuk kita lakukan (bdk.Kisah Para Rasul 7:49-51). DAFTAR PERTANYAAN: 1. Apa yang dapat kita pelajari dari bagian bacaan kita saat ini dan dari uraian di atas? 2. Dari uraian di atas, apa implikasinya dalam hal perubahan paradigma kita tentang gereja dan persekutuan orang percaya? 3. Dari uraian di atas, apa dan bagaimana pandangan saudara tentang gereja sebagai rumah Tuhan yang kudus? 4. Sudah seberapa jauh saudara berjaga dan berdoa dalam upaya menjaga kekudusan dan kesempurnaan hidup saudara sebagaimana Tuhan Allah kita kudus dan sempurna? 5. Apa halangan atau hambatan terbesar kita dalam upaya menjaga kekudusan dan kesempurnaan hidup kita?

Sabtu, 16 April 2016

MENGAPA ORANG HIDUP MENGELUH? (RATAPAN 3:39-48)

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, kita baru saja melalui peringatan dan perayaan Paskah. Dan di dalamnya kita mengetahui bahwa Paskah membawa pengharapan. Pengharapan akan keselamatan dan hidup kekal bersama dengan Tuhan. Ya, karena Allah kita adalah Allah yang hidup. Dan sbab Dia hidup maka ada hari esok. Sbab Dia hidup kita tidak gentar. Karena kita tahu Dia pegang hari esok. Hidup jadi berarti sbab Dia hidup. Itulah keyakinan iman kita tentang Allah di dalam Yesus Kristus yang telah bangkit dan hidup. Tapi pada kenyataannya, ketika kita melihat dunia sekitar kita maka kita dapat melihat masih banyak orang yang belum menemukan pengharapan dan hidup mengeluh. Bahkan tidak jarang orang kristen pun masih banyak yang hidup mengeluh seakan tidak ada pengharapan di dalam dirinya. Dengan kata lain ada begitu banyak orang menjadi hilang harapan. Dengan demikian mereka hidup dalam kehampaan, kesedihan dan penuh dengan keluhan. Sebagaimana tema kita saat ini “Mengapa Orang Hidup Mengeluh?” Saudara-saudara, dengan tema ini apakah berarti mengeluh adalah sesuatu yang salah? Tentu tidak saudara. Mengeluh adalah suatu hal yang sangat manusiawi. Coba perhatikan kalau kita sedang kelelahan misalnya. Pasti kita akan mengeluh: “Aduh, capek nih.” Perhatikan juga kalau kita sedang kesakitan. Pasti kita akan mengeluh dan mengaduh: “Aduh, sakit.” Jadi mengeluh bukanlah sesuatu yang salah dan keliru saudara. Tetapi yang Alkitab inginkan adalah biarlah setiap orang mengeluh tentang dosanya. Saudara-saudara, kalau kita perhatikan secara seksama konteks Kitab Ratapan ini, maka kita akan menemukan bahwa kitab ini dimulai dengan kisah mengenai keruntuhan dan kesunyian Yerusalem, dimana di sana digambarkan mengenai betapa terpencilnya kota itu yang dahulu ramai. Laksana seorang jandalah ia yang dahulu agung diantara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu diantara kota-kota, sekarang menjadi jajahan. Pada malam hari tersedu-sedu ia menangis. Air matanya bercucuran di pipi. Dari semua kekasihnya tak ada seorang pun yang menghibur dia. Semua temannya mengkhianatinya. Mereka menjadi seterunya. Yehuda telah ditinggalkan penduduknya karena sengsara dan karena perbudakan yang besar. Ia tinggal di tengah bangsa-bangsa namun tidak mendapat ketentraman. Siapa saja yang menyerang dapat memasukinya pada saat ia terdesak. Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada. Sunyi senyaplah segala pintu gerbangnya. Berkeluh kesahlah imam-imamnya; dan seterusnya. Kejayaan Yerusalem tinggallah kenangan berganti derita dan sengsara. Kenajisannya melekat pada ujung kainnya dan ia tidak berpkir akan akhirnya dimana sangatlah dalam ia jatuh. Baru pada saat itulah ia berseru-seru kepada Tuhan: “ Ya Tuhan, lihatlah sengsaraku, karena si seteru membesarkan dirinya!” Seperti itulah gambaran kebobrokan dan kehancuran Yerusalem. Kalau kita melihat gambaran ini saudara, maka memang kita akan melihat ketiadaan harapan. Yang ada hanyalah kepastian kebinasaan. Karena memang upah dosa adalah maut. Makanya tidak heran kalau kitab ini menekankan tentang pentingnya setiap orang mengeluh akan dosa-dosanya. Saudara-saudara, ajakan itu pun ditujukan juga kepada kita saat ini. Marilah kita mengeluh akan dosa-dosa kita. Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita dan berpaling kepada Tuhan. Marilah kita mengangkat hati dan tangan kita kepada Allah di Sorga. Itulah yang terpenting untuk kita lakukan dibandingkan setiap keluhan-keluhan karena pencobaan biasa yang kita hadapi dalam hidup ini. Saudara-saudara, melalui perenungan ini biarlah kiranya kita boleh menjadikan momentum Paskah yang baru saja kita lalui bersama untuk menjadi momentum dimana kita lebih lagi memeriksa diri kita dan bertanya ke dalam diri kita pribadi lepas pribadi: Sudahkah yang terbaik kuberikan kepada Tuhan? Sudahkah hidupku sejauh ini sesuai dan berkenan kepada Tuhan? Sudahkah aku benar-benar berserah diri dan berpasrah diri penuh kepada Tuhan di balik setiap usaha yang aku lakukan dalam hidup ini? Sudahkah aku benar-benar menyenangkan hati Tuhan? Sudahkah aku benar-benar mempersembahkan diriku sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah sebagai bukti ibadahku yang sejati? Baiklah kita menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara pribadi. Baiklah kita menjadikannya sebagai bahan perenungan dan permenungan di sepanjang kehidupan kita. Dengan demikian, pemberitaan Firman Tuhan saat ini boleh berakhir. Tetapi gaungnya boleh terus kita rasakan dan alami di dalam sepanjang kehidupan kita senantiasa. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Sabtu, 26 Maret 2016

BELAJAR MENJADI TENANG

“Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku (Mazmur 62:2).” Pembaca yang budiman, kalau kita berbicara tentang buah kebangkitan Kristus, maka kita pasti akan langsung teringat dengan sebuah ungkapan yaitu damai sejahtera. Ya saudara, karena memang itulah janji-Nya kepada para murid dan juga kepada kita sekalian saat ini. Dia berjanji di dalam Firman-Nya bahwa damai sejahtera-Ku Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang dunia berikan kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Sebuah ayat yang sangat terkenal yang dapat kita lihat dan baca di dalam Injil Yohanes 14:27. Bahkan sejak pewartaan tentang kelahiran-Nya ke dalam dunia, Dia sudah disebut sebagai Raja Damai. Dan penggenapan akan karya penyelamatan Allah atas umat manusia dalam diri Yesus Kristus yang menghasilkan damai sejahtera itu pun tergenapi melalui dan di dalam peristiwa paskah, dimana Kristus mati bagi dosa dunia, dan telah bangkit yang menandakan bahwa Dia telah menang atas dosa dan maut. Dengan demikian kita yang telah mengecap keselamatan dan janji hidup kekal hingga saat ini dapat berkata: “Maut dimanakah sengatmu?” Kita pun dapat meminta dengan leluasa dan terbuka kepada Tuhan: “Tuhan, berilah kami damai.” Ungkapan-ungkapan itulah yang acap kali kita dengar, kita alami dan kita rasakan di dalam setiap ibadah kita bukan? Mungkin ada banyak dari antara kita yang akan bertanya: “Kalau begitu apa kaitannya antara damai sejahtera Allah dengan belajar menjadi tenang?” Melalui tulisan ini saya akan mencoba mengajak kita sekalian untuk bersama-sama belajar merenungkan dan membahasnya sehingga niscaya kita akan sama-sama semakin mengerti dan memahami dengan baik. Saudara-saudara, bagi saya pribadi ketenangan adalah sebuah bentuk aplikasi nyata dari anugerah damai sejahtera Allah yang kita alami di dalam hati, pikiran dan keseluruhan hidup kita. Bahkan Alkitab berulang kali mengungkapkan tentang pentingnya belajar menjadi tenang. Coba kita lihat penggambaran mengenai karakter dua kakak beradik Esau dan Yakub dalam Kitab Kejadian 25:27. Esau digambarkan sebagai orang yang pandai berburu dan suka tinggal di padang. Sementara Yakub adalah seorang yang tenang yang suka tinggal di kemah. Perhatikanlah juga ungkapan kepala rumah Yusuf kepada saudara-saudaranya di dalam Kitab Kejadian 43:23. Dengan jelas dikatakan di sana: “Tetapi jawabnya: Tenang sajalah, jangan takut; Allahmu dan Allah bapamu telah memberikan kepadamu harta terpendam dalam karungmu; uangmu itu telah kuterima.” ... Perhatikan ungkapan kata “tenang” di dalam bagian bacaan ini. Bahkan di dalam Nehemia 8:12 diungkapkan bahwa orang-orang Lewi menyuruh semua jemaah laki-laki dan perempuan ketika itu untuk diam dengan kata-kata: “Tenanglah! Hari ini adalah kudus. Jangan kamu bersusah hati!” Mari sekali lagi kita perhatikan ungkapan kata tenang di dalam bagian bacaan ini. Bahkan hal menarik yang saya dapatkan dalam ungkapan orang Lewi kepada jemaaah ini ada pada ungkapan sebelumnya di ayat yang ke-11, dimana dikatakan di sana: “..., sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu!” Ungkapan ini tentu sangat memiliki korelasi yang penuh dengan apa yang diungkapkan di dalam bagian bacaan kita saat ini, dimana dikatakan di sana bahwa hanya dekat Allah saja aku tenang. Dari pada-Nyalah keselamatanku. Ya saudara, dengan demikian kita pasti menyadari benar bahwa belajar menjadi tenang adalah sebuah proses pembelajaran yang sangat penting di dalam kekristenan. Apalagi kalau kita berbicara mengenai keterkaitannya dengan damai sejahtera yang merupakan buah kebangkitan-Nya. Ayat-ayat yang saya paparkan di atas yang berhubungan dengan poin pembahasan tentang pentingnya belajar menjadi tenang barulah merupakan sekelumit ayat dari Perjanjian Lama yang dapat menjadi contoh dan referensi kita bersama. Namun jika kita mau mengulik kebenaran Firman Tuhan dari awal hingga akhir, dari Perjanjian Lama sampai dengan Perjanjian Baru; tentu masih banyak ayat-ayat lain yang menggambarkan tentang pentingnya belajar menjadi tenang. Bahkan Tuhan Yesus Kristus sendiri pun acap kali digambarkan sebagai figur yang perlu ketenangan. Coba kita perhatikan kisah tentang Yesus berpuasa selama empat puluh hari empat puluh malam di padang gurun. Mari kita perhatikan juga sebuah kisah yang acap kali dihubungkan dengan peristiwa paskah dimana Yesus Kristus berdoa seorang diri di Taman Getsemani. Saudara-saudara, belajar menjadi tenang acap kali dihubungkan orang dengan pola hidup asketis dan bertarak yang seringkali dijadikan sebagai sebuah pola hidup oleh sebagian orang, termasuk di dalamnya juga kelompok orang percaya. Bahkan tidak jarang mereka sama sekali ingin terlepas dari hiruk pikuk kehidupan dunia dengan berbagai macam alasan termasuk di dalamnya supaya tidak termanipulasi dengan dosa. Apakah hal itu salah? Tentu bukan hak kita untuk melakukan justifikasi dalam hal ini. Tapi saya pribadi berpendapat bahwa tidak akan pernah ada satu manusia pun yang dapat membatasi diri untuk hidup sendiri dan atau mengeksklusifkan diri. Setiap orang yang hidup adalah orang yang senantiasa bergerak dan mengalami mobilisasi, dimana setiap kita pasti (tidak bisa tidak) akan bertemu dengan orang-orang baru dan momentum-momentum yang baru juga. Dalam konteks Alkitab setiap kita orang percaya dipanggil dan dipilih-Nya untuk menjadi saksi-Nya dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan bahkan sampai ke ujung bumi. Karena perintah Tuhan sangat jelas kepada kita, yaitu jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Dan untuk itu kita diutus untuk pergi mengabarkan injil ke seluruh pelosok negeri. Jadi dengan demikian, belajar menjadi tenang tidak identik dengan hidup individualistis dimana kita benar-benar melepaskan diri dari hiruk pikuk kehidupan dunia ini sebagaimana dibayangkan dan dilakukan juga oleh sebagian orang. Kalau kita berbicara mengenai hidup bertarak atau tidak menikah, maka kita dapat ketahui bersama bahwa Paulus pun adalah seorang rasul yang tidak menikah. Dan tentu hal itu bukanlah pilihan hidup yang salah sepanjang dilakukan dengan motivasi dan aksi yang benar dan tepat, seperti halnya Paulus. Tujuan utama dari pilihan hidup bertaraknya adalah agar dia dapat fokus untuk mengabarkan injil Kristus ke berbagai tempat. Dan dia tidak serta merta melepaskan diri dari berbagai macam problematik dunia sekitarnya. Dia justru ikut terlibat di dalam problematika dunia sekitarnya dengan tujuan mewartakan tentang Kristus Sang Juruselamat dan meluruskan apa yang bengkok dari dunia sesuai dengan kebenaran dan keadilan Allah. Melalui hal itulah dia mewujudnyatakan dirinya sebagai garam dan terang dunia. Demikian pun kita dipanggil oleh-Nya untuk menjadi garam dan terang dunia. Bahkan sesungguhnya kita dipanggil ke dalam dunia yang penuh kerusuhan dan begitu keras seperti halnya domba di tengah serigala tidak lain adalah supaya kita dapat menjadi pembawa damai dan terang di dalam kegelapan. Untuk mencapai kesempurnaan visi dan misi Allah atas kita yang telah dipanggil dan dipilih-Nya untuk menjadi rekan sekerja-Nya di dalam dunia, maka kita perlu menyediakan diri kita untuk mau dibentuk oleh Tuhan. Salah satunya adalah dengan belajar menjadi tenang. Bagaimana agar kita dapat belajar menjadi tenang? Satu-satunya jalan tidak lain adalah dengan belajar mendekatkan diri kepada Tuhan, karena hanya dekat Allah saja aku tenang, kata Firman Tuhan. Yang terpenting di sini adalah bahwa untuk mencapai ketenangan yang sempurna maka kita perlu terus melatih diri kita bukan hanya dengan latihan badani, tetapi juga dengan latihan rohani. Salah satu caranya adalah dengan terus memupuk kerajinan kita dalam beribadah (lihat 1 Timotius 4:8). Dan yang lebih utama lagi adalah kita perlu terus menyerahkan diri dan segenap hidup kita kepada-Nya karena hanya Dia sajalah yang sanggup menenangkan badai (bdk.Matius 8:23-27). Ketika para murid pada saat itu justru menjadi orang yang takut karena kurang percaya sekalipun mereka saat itu berada bersama dengan Yesus, tentu saat ini Tuhan Yesus Kristus menginginkan agar kita benar-benar percaya dan mempercayakan kehidupan kita sepenuhnya kepada-Nya, karena Dia berjanji bahwa Dia akan menyertai kita sampai kepada akhir zaman. Dia adalah Tuhan yang sangat bertanggung jawab atas kita. Yang Dia mau adalah agar kita senantiasa berdekat kepada-Nya. Selamat paskah. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Minggu, 20 Maret 2016

MATI DAN HIDUP BERSAMA DENGAN KRISTUS (KOLOSE 3:1-17)

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus Yesus Tuhan kita, sungguh berbahagia dan bersukacita ketika saat ini kita boleh berada di satu hari minggu terakhir menjelang Jumat Agung dan Paskah. Kita ketahui bersama bahwa dalam peringatan Jumat Agung kita memperingati wafatnya Tuhan Yesus Kristus. Demikian pun pada saat paskah kita memperingati dan merayakan kebangkitan-Nya dari antara orang mati yang menandakan bahwa Dia telah menang atas dosa dan maut, dan Dia pasti akan menjadikan kita sebagai umat pemenang bahkan lebih daripada pemenang. Oleh karena itu saudara, berdasarkan bagian bacaan kita saat ini saya ingin mengajak kita sekalian merenungkan sebuah tema yaitu mati dan hidup bersama dengan Kristus. Tentu tema ini menjadi sangat penting karena sesungguhnya akibat dosa maka kita semua tanpa terkecuali sudah seharusnya dan selayaknya menerima upah dosa yang adalah maut. Namun demikian karena kemurahan Tuhan dan prakarsa-Nya maka setiap kita, terutama kita yang percaya kepada-Nya, boleh beroleh anugerah keselamatan dan hidup kekal bersama dan di dalam Kristus Yesus. Dia sendiri yang adalah seratus persen Allah dan seratus persen manusia itu telah rela mengorbankan diri dan nyawa-Nya untuk menjadi kurban penebusan dosa kita yang sejati. Dan kepada setiap kita yang telah ditebus dosanya dan harganya telah lunas dibayar, maka Tuhan menginginkan agar kita mati dan hidup bersama dengan Dia. Apa maksudnya? Maksudnya adalah agar kita mematikan manusia lama kita dan mengenakan manusia baru, dimana kita telah diperbaharui oleh Kristus, karena yang lama telah berlalu dan yang baru sudah datang. Dengan mematkan manusia lama ini berarti kita sudah bukan lagi menjadi hamba dosa melainkan hamba kebenaran. Dengan kata lain kita menjadi orang-orang yang menjauhkan diri dari segala sesuatu yang mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka dan mendekatkan diri pada hal-hal yang berkenan kepada Allah. Poin-poin konkret tentang kelakuan manusia lama yang harus kita tinggalkan dapat kita lihat pada ayat ke-5 sampai dengan ayat ke-9. Disebutkan di sana mengenai segala sesuatu yang duniawi yaitu: percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan seterusnya. Pun kita diminta untuk mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah lembutan dan kesabaran. Bahkan ayat yang ke-13 mengatakan: Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Lebih lanjut pada ayat yang ke-14 dikatakan: Dan atas semuanya itu, kenakanlah kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Pun dikatakan dalam ayat yang ke-15 sampai dengan ke-17: Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh, dan bersyukurlah. Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain...dan seterusnya. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah Bapa kita. Inilah kondisi ideal umat nasrani berdasarkan kebenaran Firman Tuhan. Inilah Firman, perintah, ajakan dan teguran yang sangat mendasar bagi pola hidup Kristen secara universal, dan terkhusus disampaikan juga bagi kita saat ini. Saya yakin dan percaya bahwa Firman ini mudah untuk dikatakan tetapi pasti sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu kita perlu terus meminta pertolongan dan penyertaan Tuhan yang akan terus menolong dan memampukan kita senantiasa untuk menaati kebenaran Firman-Nya ini. Karena hanya dalam naungan-Nyalah kita akan mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya. Dengan kata lain kita akan terus-menerus dibentuk oleh Tuhan untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus. Saudara-saudara, dari berbagai paparan yang sudah kita renungkan bersama sejak semula maka kita ketahui bersama bahwa untuk mengalami hidup bersama dengan Kristus dalam kekekalan-Nya, maka kita perlu mati terlebih dahulu. Yaitu mematikan keinginan-keinginan duniawi kita. Kita perlu mencari perkara yang di atas dan bukan yang di bumi. Yakin dan percayalah bahwa ketika kita lebih dahulu mencari Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Selamat menjelang Jumat Agung dan Paskah. Mari kita bersama-sama mati dan hidup bersama dengan Kristus. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Minggu, 03 Januari 2016

MELANGKAH DENGAN PERTOLONGAN TUHAN (YESAYA 31:1-9)

Saudara-saudara, tahun 2016 sebagai tahun yang baru telah kita masuki saat ini. Dan kita boleh bersyukur kepada Tuhan bahwa saat ini kita sudah berada dan menginjak minggu pertama di tahun yang baru ini. Ketika berbicara tentang memasuki tahun yang baru tentu semua orang akan menyambutnya dengan gegap gempita dalam euforia kegembiraan dan kesukacitaan besar sebagai gambaran akan adanya harapan yang jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Tentu hal itu bukanlah hal yang salah dan keliru. Setiap orang boleh dan berhak menyambut tahun yang baru dengan dan dalam kegembiraan yang penuh. Tapi sudah barang tentu dalam menjalani hari-hari di tahun yang baru ini kita tidak hanya akan menemukan kegembiraan semata melainkan juga warna-warni kehidupan. Sebut saja kesedihan dan mungkin juga kegagalan yang akan mewarnai apa yang kita jelang dari awal tahun ini ke depan. Bahkan Alkitab di dalam Surat Paulus kepada jemaat di Efesus pasalnya yang ke-5 ayatnya yang ke-16 mengungkapkan secara tegas dan gamblang kepada kita sekalian bahwa hari-hari ini adalah jahat sehingga kita diminta untuk mempergunakan waktu yang ada. Tentu yang dimaksud di sini adalah kita diminta untuk mengerjakan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kita diminta untuk turut serta dalam karya, rencana dan rancangan Allah. Kita diminta untuk menjadi rekan sekerja Allah di dalam dunia. Kita diminta untuk menjadi saksi-Nya dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan bahkan sampai ke ujung bumi. Bahkan kita diminta untuk mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar. Menjalankan misi ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan sekalipun mudah untuk dikatakan. Apalagi tantangan yang akan kita hadapi daripadanya bukanlah tantangan yang ringan. Terlebih karena iblis pun berkeliling seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang yang dapat ditelannya sebagaimana dikatakan dalam 1 Petrus 5:8, karena memang tujuan iblis adalah untuk menggagalkan rencana Allah. Tidak lain dari itu. Terlebih karena kita pun pasti menyadari bahwa Roh memang penurut tetapi daging lemah, sehingga kita perlu terus berjaga dan berdoa. Pun sudah barang tentu kita memerlukan tangan Tuhan yang tidak kurang panjang untuk menolong, karena Dia adalah gembala agung kita. Dia adalah Tuhan dan juruselamat kita satu-satunya. Oleh karena itu Alkitab berkata celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Maha Kudus, Allah Israel, dan tidak mencari Tuhan. Kepada mereka Dia yang bijaksana akan mendatangkan malapetaka dan tidak menarik Firman-Nya. Ia akan bangkit melawan kaum penjahat dan melawan bala bantuan orang-orang lalim. Sebab orang Mesir adalah manusia, bukan allah. Dan kuda-kuda mereka adalah mahluk yang lemah, bukan roh yang berkuasa, yang apabila Tuhan mengacungkan tangan-Nya maka tergelincirlah yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekaliannya habis binasa bersama-sama. Oleh karena itu yang Tuhan inginkan adalah agar orang Israel bertobat kepada Tuhan yang sudah ditinggalkannya jauh-jauh. Seruan itu pun diperdengarkan Tuhan kepada kita saat ini. Oleh karena itu marilah kita meminta Tuhan untuk menyelidiki hati kita saat ini. Sudahkah kita dengan tulus ikhlas mengasihi Tuhan dan menghambakan diri kita hanya kepada-Nya? Sudahkah kita taat dan setia kepada-Nya dengan sungguh sampai dengan saat ini dan seterusnya? Mari kita jawab pertanyaan itu di dalam hati kita masing-masing sebagai bagian dari pembaharuan komitmen kita kepada Tuhan di tahun yang baru ini. Mari kita terus berjalan bersama Dia di dalam hadirat-Nya yang Maha Kudus dan di dalam kuat kuasa-Nya yang akan terus memampukan kita dalam mengarungi bahtera kehidupan kita ke depan. Mari kita terus mencari Tuhan sepanjang Ia berkenan untuk ditemui. Janganlah sekalipun mengandalkan kekuatan kita sendiri. Andalkanlah Dia senantiasa di dalam hidup kita. Dan alamilah pertolongan-Nya yang begitu luar biasa di dalam hidup kita dari hari ke sehari. Selamat tahun baru. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.