Sabtu, 23 Desember 2017

NATAL: PERAYAAN & PERINGATAN YANG TIDAK PERNAH USANG

Pendahuluan Natal Tlah Tiba! Mari Rayakan Natal! Itulah seruan yang acap kali dikumandangkan pada bulan Desember sebagai bulan natal. Tapi tahukah saudara tentang perjalanan sejarah natal itu sendiri sampai dengan saat ini, dimana kita merayakannya sebagai hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus? Oleh karena itu, melalui paparan tulisan ini saya rindu mengajak kita sekalian untuk secara bersama-sama menguliknya, sehingga kita menjadi tahu benar bahwa natal yang kita dan atau gereja rayakan hingga saat ini bukanlah perayaan dan peringatan yang akan menjadi usang [ESTJ]. Permulaan natal sebagai hari kelahiran dewa Ra’a atau dewa matahari Dalam berbagai sumber yang dapat saya dan atau kita temukan bersama, maka kita dapat mengetahui bahwa perayaan dan peringatan natal Kristiani yang seyogyanya dirayakan pada tanggal 25 Desember sebenarnya berawal dari perayaan dan peringatan hari kelahiran Dewa Ra’a atau Dewa Matahari yang terkadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18 Mei (Sumber: https://id-id.facebook.com/notes/-...natal.../273979822623626/).. Pada saat itu (abad ke-1 sampai abad ke-4), dunia masih dikuasai oleh imperium Romawi dengan paham agama pagan politeismenya. Jadilah Kaisar Konstantin menjadikan tanggal 25 Desember tersebut sebagai hari kelahiran Yesus Kristus. Jadi jelas bahwa konsep tentang tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus bukanlah konsep yang nyata tertulis di dalam Alkitab, melainkan merupakan hasil dari sebuah proses inkulturuasi budaya. Masih dari sumber yang sama tersebut di atas menyebutkan bahwa pada saat itu Kaisar Konstantin tidak bisa meninggalkan adat budaya pagannya. Apalagi terhadap pesta rakyat untuk memperingati Sunday (Hari Matahari). Oleh karena itu jadilah hari Minggu atau yang biasa disebut juga dengan Sunday dijadikan sebagai hari untuk beribadah dan hari perhentian. Itulah awal mula pergeseran pelaksanaan Sabat Yahudi yang biasa dilakukan pada hari Sabtu menjadi Hari Minggu dalam kekristenan. Oleh karena itu pada Konsili Nicea Konstantinopel pada tahun 325, kaisar Konstantin memutuskan menjadikan tanggal 25 Desember sebagai hari natal (Christmas Day). Adapun Kaisar Konstantin memeluk agama Katholik pada saat itu. Pemaknaan perayaan dan peringatan natal menurut Alkitab dan bagi umat Kristen Pemaknaan perayaan dan peringatan natal menurut Alkitab dan bagi umat Kristen hingga kini jelas merupakan hari perayaan dan peringatan kelahiran Tuhan Yesus Kristus yang adalah Firman yang menjadi Manusia. Hal tersebut jelas terlihat dalam Injil Yohanes pasalnya yang pertama mulai ayatnya yang pertama dan seterusnya. Dimana peristiwa kelahiran Yesus Kristus ini juga dicatat di dalam bagian injil yang lainnya. Bahkan sesungguhnya pemaknaan akan perayaan dan peringatan natal hingga kini bagi gereja adalah dimana Kristus lahir, hadir dan memerintah di dalam hati dan pikiran kita. Dengan demikian kita dimampukan untuk berpikir sebagaimana Kristus berpikir, merasa sebagaimana Kristus merasa dan bertindak sebagaimana Kristus bertindak. Oleh karena itu penting juga bagi kita untuk menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang tidak mementingkan kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia, melainkan mau taat sampai mati di kayu salib untuk menebus segala dosa dan pelanggaran kita. Oleh karena itu, di momentum natal ini penting bagi kita untuk bertanya ke dalam diri kita masing-masing: Sudahkah yang terbaik kita berikan untuk Tuhan? Sudahkah kita sungguh-sungguh percaya dan mempercayakan diri dan hidup kita kepada-Nya sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat kita? Sudahkah kita benar-benar percaya kepada Firman-Nya yang terdapat di dalam Alkitab? Dan sudahkah kita benar-benar bisa memahami dan memaknai perayaan natal kita sebagai perayaan natal yang bernilai tetap dan sinambung sehingga tidak akan pernah menjadi usang? Mari merayakan natal. Selamat merayakan natal. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Jumat, 28 April 2017

SOLA GRACIA, SOLA FIDE DAN SOLA SCRIPTURA: APA DAN BAGAIMANA?

Pengantar Sebagai Orang Kristen dan warga gereja yang telah sedikit banyak belajar mengenai pengajaran iman Kristen pasti kita semua tahu apa yang dimaksud dengan sola gracia, sola fide dan sola scriptura bukan? Ya saudara, sola gracia berarti oleh karena anugerah (amazing grace). Sedangkan sola fide berarti karena iman. Dan sola scriptura berarti karena Firman (Alkitab). Pada kesempatan ini kita diberi kesempatan yang indah oleh Tuhan untuk boleh membicarakan, mengerti dan memahami tentang ketiganya sebagai sebuah keterkaitan antara satu dengan yang lain melalui sebuah tema pembahasan yaitu: “Sola Gracia, Sola Fide & Sola Scriptura: apa & bagaimana? Dan pada kesempatan ini juga kita akan melihat berbagai sumber kebenaran Firman Tuhan mengenainya. Mari kita mulai saudara. Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, berdasarkan berbagai sumber literatur teologi dan juga berdasarkan sumber yang saya peroleh dari wikipedia di internet, maka ada banyak sekali informasi yang pasti dapat kita cari dan kita peroleh tentang asal-muasal gagasan pikiran mengenai konsep teologis tentang sola gracia, sola fide dan sola scriptura ini saudara. Informasi yang paling mendasar adalah bahwa pemikiran tentang trias conception ini pertama kali digagas oleh Anselmus, seorang pemikir teologi terkemuka yang lahir sekitar tahun 1033 di Aosta (Italia), dan sempat menjadi uskup agung Conterbury. Conterbury adalah sebuah kota katedral di tenggara Inggris. Juga merupakan situs ziarah di abad pertengahan. Dinding kuno yang awalnya dibangun oleh Orang Romawi mengelilingi pusat kota di abad pertengahan dengan jalan-jalan berbatu dan rumah-rumah berbingkai kayu. Gereja Katedral Canterbury itu sendiri didirikan pada tahun 597 Masehi yang merupakan markas besar gereja Inggris dan komuni Anglikan yang menggabungkan unsur-unsur gereja gotik (gereja dengan bentuk bangunan seperti kastil yang berarsitektur seperti bangunan Eropa pada umumnya) dengan unsur Romawi. Supaya dapat menjadi lebih jelas bagi kita, berikut ini adalah gambar peta lokasi Kota Canterbury. Mari kita simak di bawah ini: Lihat di https://en.wikipedia.org/wiki/Canterbury Ya saudara. Singkat cerita, gagasan mengenai sola gracia, sola fide dan sola scriptura ini sesungguhnya merupakan bagian dari karya terbesar Anselmus mengenai Fides Quaerens Intellectum atau iman mencari pengertian. Hal ini adalah karena beliau memahami bahwa saya percaya agar dapat mengerti (bdk.Matius 28:19-20). Dalam ayat tersebut jelas dikatakan: “Karena itu pergilah. Jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperingatkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. Jadi jelas bagi kita di sini bahwa pada dasarnya orang Kristen itu percaya dulu baru mengerti. Kalaupun ada gereja yang mengedepankan katekisasi terlebih dahulu sebelum baptisan maka saya yakin dan percaya tetap ada pertimbangan-pertimbangan khusus yang baik dan berguna untuk membangun, menjaga dan memelihara jemaat-jemaat tersebut sebagai domba Kristus. [Sumber: andikaawan.blogspot.com/.../bangunan-itu-biasa-disebut-gereja.ht... | https://en.wikipedia.org/wiki/Canterbury | https://id.m.wikipedia.org>wiki >Ansel... Sola Gracia, Sola Fide & Sola Scriptura sebagai sebuah korelasi Sebagai orang percaya yang sungguh-sungguh percaya dan beriman kepada Allah di dalam Yesus Kristus, setiap kita pasti yakin dan percaya bahwa hidup kita ini adalah karena anugerah-Nya. Ya saudara, kalau kita mau menilik mulai dari Kitab Kejadian mengenai kisah penciptaan pun, pasti kita bisa menyadari bahwa setiap kita tercipta adalah oleh karena anugerah. Bahkan ketika kita jatuh ke dalam dosa dan boleh menerima penebusan Kristus, semua juga adalah karena anugerah kasih karunia Allah yang sedemikian besar atas dunia ini dan terutama atas diri mereka yang percaya kepada-Nya, sehingga barangsiapa percaya kepada-Nya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Injil Yoihanes 3:16). Melalui anugerah penebusan itulah pada akhirnya kita dapat berkata dengan penuh yakin dan percaya bahwa dimana Dia berada, di situ pun kita akan berada. Bahkan sejak kita masih berada di dalam dunia ini kita boleh menerima predikat sebagai rekan sekerja Allah dan atau warga Kerajaan Allah yang ditempatkan-Nya di tengah dunia ini untuk menjadi saksi Kristus dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan bahkan sampai ke ujung bumi, dimana setiap kita diutus untuk memberitakan pertobatan kepada mereka yang belum percaya kepada-Nya karena Kerajaan Allah sudah dekat. Ya saudara. Itulah tugas dan tanggung jawab kita selama kita hidup, sehingga kita harus senantiasa siap sedia baik maupun tidak baik waktunya. Semua adalah karena anugerah. Semua adalah karena pemberian Allah dan bukan karena hasil usahamu, sehingga tidak ada seorang pun yang boleh memegahkan diri. Ya saudara. Anugerah adalah pusat dari iman dan kebenaran dalam kekristenan. Bahkan ketika kita bisa beriman pun, itu semua juga adalah karena anugerah. Karena Tuhan sendiri berkata di dalam Firman-Nya bahwa bukan kamu yang memilih Aku tetapi Akulah yang memilih kamu. Bahkan Paulus berkata juga dalam 1 Korintus 3:6-7 bahwa aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Setiap kita yang telah menjadi percaya hingga saat ini adalah orang-orang yang telah menerima anugerah (sola gracia) itu. Bahkan oleh karena anugerah-Nya jugalah kita boleh hidup di dalam iman (sola fide), bahkan kita boleh diselamatkan karena iman. Lalu bagaimana kaitannya dengan sola scriptura atau karena Firman? Jelas ada kaitannya. Karena setiap kita yang telah menerima anugerah (sola gracia) itu harus senantiasa berjuang dan berusaha untuk mempertahankan anugerah keselamatan yang telah diberikan kepada kita, dan harus senantiasa berdiri teguh di dalam iman. Dengan kata lain kita harus mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar. Dan untuk dapat mengerjakan keselatan kita dengan takut dan gentar, berdiri teguh dan tidak goyah maka kita memerlukan Firman-Nya sebagai panduan hidup kita, karena injil adalah kekuatan Allah. Dan kita pun dipanggil untuk senantiasa mau hidup berpadanan dengan injil. Sungguh, kalau kita mau benar-benar menyadari bagaimana kita dapat berkenalan dengan injil dan Firman-Nya, maka kita akan sadar benar bahwa itu semua juga adalah karena anugerah (lihat Injil Yohanes 1:1-18). Jadi jelaslah bagi kita bahwa anugerah atau sola gracia adalah pusat dari segalanya. Yang menjadi pertanyaan bagi kita saat ini adalah sudah seberapa jauh kita berupaya untuk hidup dalam anugerah-Nya dan berjuang keras memelihara anugerah itu di dalam hidup kita? Pun ketika kita diberi anugerah untuk dapat beriman kepada-Nya, sudah seberapa jauh kita menjaga dan memelihara iman kita dengan berkomitmen untuk tetap setia sampai akhir? Dan ketika kita diberi anugerah oleh-Nya untuk dapat mengenal Dia melalui Firman-Nya yang terdapat di dalam Alkitab, sudah seberapa jauh kita mau terus berupaya untuk memupuk ketekunan kita dalam ibadah dan dalam pengajaran rasul-rasul? Sudahkah kita senantiasa bertekun dan tidak sekalipun meninggalkan persekutuan ibadah? Sudahkah kita benar-benar dibangun di dalam Kristus dan ke arah Kristus? Sudahkah kita benar-benar dapat merasakan dan mengalami hidup yang semakin serupa dengan Kristus? Semua itu adalah proses yang perlu dan harus kita gumuli dan perjuangkan di dalam sepanjang kehidupan kita. Sampai tiba saatnya kita akan beroleh mahkota. Oleh karena itu tetaplah dan teruslah berjuang. Tuhan memimpin, menyertai dan memberkati kita sekalian. Amin.

PENTINGNYA KASIH DAN KESATUAN ROH DALAM PELAKSANAAN TUGAS PANGGILAN GEREJA (EFESUS 4:1-16)

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, berdasarkan bagian bacaan kita saat ini saya rindu mengajak kita sekalian merenungkan sebuah tema yaitu: “Pentingnya Kasih & Kesatuan Roh Dalam Pelaksanaan Tugas Panggilan Gereja.” Kalau kita berbicara tentang gereja, apa yang ada dalam bayangan kita saudara-saudara? Mungkin saudara akan langsung membayangkan tentang adanya organisasi gereja, hirarki dalam gereja, tata gereja dan tata laksana maupun gedung gereja dan segala kelengkapan yang ada di dalamnya. Itu memang tidak salah saudara-saudara. Tetapi yang lebih jauh dan lebih dalam daripada itu yang saya ingin arahkan kepada kita untuk juga membayangkan dan memahaminya adalah pengertian gereja yang adalah orangnya, yaitu kita sebagai bagian dari persekutuan orang percaya atau tubuh Kristus, dimana Kristus adalah kepala gerejanya. Dan sebagai kesatuan tubuh Kristus, maka kita masing-masing atau secara bersama-sama memiliki tugas panggilan yang sama yaitu agar setiap kita dapat saling membangun antara satu dengan yang lain agar pada akhirnya setiap kita, baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari kesatuan gereja Tuhan dan atau kesatuan tubuh Kristus dapat mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat petrumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Sehingga kita bukan lagi anak-anak yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan. Tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih, kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus yang adalah kepala. Karena memang daripada-Nyalah seluruh tubuh yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih. Itulah yang menjadi tujuan akhir atau hasil akhir dari pelaksanaan tugas panggilan kita sebagai gereja saudara-saudara. Dan untuk mencapai semuanya itu dan atau dalam pelaksanaannya maka kasih dan kesatuan Roh menjadi modal dasar yang sangat penting untuk dapat dimiliki dan dipelihara oleh kita sebagai pribadi dan juga sebagai bagian dari anggota gereja yang adalah kesatuan tubuh Kristus. Lalu apa yang harus kita llakukan dalam rangka memiliki serta memelihara kasih dan kesatuan Roh dalam pelaksanaan tugas panggilan kita sebagai gereja? Poin pertama yang harus benar-benar kita sadari adalah bahwa sebagai bagian dari orang percaya dan atau kesatuan tubuh Kristus maka setiap kita memang dipanggil untuk menjadi orang-orang yang mau dan mampu berpadanan dengan tugas panggilan-Nya atas kita. Kita bisa lihat bersama dalam ayatnya yang pertama dari bagian bacaan kita. Ya saudara, bahkan Alkitab juga mengatakan dalam Efesus 2:10 demikian: “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya.” Jadi jelas bahwa Ia mau supaya kita hidup dalam kehidupan pelayanan kita, karena memang kehidupan pelayanan menjadi satu cerminan dari kehidupan kerohanian kita yang semakin bertumbuh dan terus bertumbuh. Sehingga kita bukan lagi menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja. Tetapi kita boleh menjadi orang Kristen atau pengikut Kristus yang luar biasa di dalam Dia dan oleh karena Dia. Karena semua semata-mata hanya karena anugerah dan kasih karunia-Nya. Dan di dalam upaya mensyukuri anugerah kasih karunia-Nya atas kita itulah maka kita pun perlu dan harus menyadari benar akan pentingnya penerapan nilai kasih dan kesatuan Roh dalam pelaksanaan tugas panggilan kita sebagai gereja, baik di lingkungan internal maupun eksternal. Hal ini juga seiring sejalan dengan tugas panggilan kita untuk menjadi garam dan terang bagi orang-orang di sekitar kita. Hal ini juga seiring sejalan dengan tugas panggilan kita untuk menjadikan semua bangsa sebagai murid Kristus sebagaimana tercantum dalam Injil Matius 28:19. Bahkan di dalam ayatnya yang ke-20 juga dikatakan: “Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Mari kita perhatikan ungkapan “ajarlah mereka melakukan.” Yang menjadi peranyaan kita adalah apa yang sepatutnya dan seharusnya kita ajarkan dan wariskan kepada semua saudara-saudara dan sesama kita dimanapun berada? Maka jawabannya tidak lain dan tidak bukan adalah kebenaran Allah dalam Kristus Yesus. Lalu kalau begitu apa yang menjadi ajaran mendasar yang diajarkan Kristus kepada kita sebagai hukum yang menyempurnakan seluruh hukum taurat dan kitab para nabi? Jawabannya tidak lain dan tidak bukan adalah hukum kasih sebagaimana terdapat dalam Injil Matius 22:37-40 (lihat juga Matius 5:44). Jadi jelas bahwa pelaksanaan hukum kasih bukanlah berlaku surut tetapi perlu terus dikembangkan setiap waktu dan dalam setiap kesempatan. Pun pelaksanaan hukum kasih juga berlaku secara universal tanpa harus memandang batas-batas apapun juga sebagaimana Kristus juga mengasihi semua orang tanpa terkecuali. Nah, hukum kasih itu jugalah yang kiranya menjadi dasar bagi kita untuk dapat menerapkan kasih kita kepada sesama pelayan Tuhan dan juga kepada jemaat serta orang-orang yang kita layani. Namun tentunya kasih itu juga harus dilandaskan pada kesatuan Roh. Karena memang setiap kita sebagai orang-orang percaya dipersatukan melalui dan oleh Roh yang satu yaitu Roh Kudus atau Roh Kristus (bdk.Filipi 2:1-dst; Kisah Para Rasul 1:8). Secara khusus dalam Kisah Para Rasul 1:8 dikatakan demikian: “Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Jadi jelaslah bahwa Roh Kudus adalah Roh yang menolong kita untuk menjadi saksi Kristus dan melayani Tuhan di ladang-Nya yang dipercayakan-Nya kepada kita. Oleh karena itu jangan pernah padamkan Roh itu di dalam diri kita. Tetapi biarlah Roh yang ada di dalam kita terus menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Itulah yang Tuhan mau untuk kita lakukan. Oleh karena itu milikilah dan peliharalah terus kasih dan kesatuan Roh dalam pelaksanaan tugas panggilan kita sebagai gereja. Mintalah senantiasa kepada-Nya agar kita dapat diberikan hati yang mengasihi dan juga Roh yang menyala-nyala untuk melayani Dia yang adalah Tuhan dan Raja kita. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin. Pertanyaan untuk diskusi: 1. Sebagai orang percaya yang memiliki satu iman dan pengharapan kepada Tuhan kita Yesus Kristus, seberapa penting kita memandang perlunya penerapan kasih dan kesatuan Roh dalam pelaksanaan tugas panggilan kita sebagai gereja? (Perhtikan Efesus 4:3-6). 2. Sebagai satu tubuh dalam Kristus, sudahkah kita masing-masing dan atau secara bersama-sama menunjukkan kasih kita kepada sesama kita siapapun itu dalam hal saling membantu? Dan sudahkah kita menerapkannya dalam segala kerendahan hati, kelemah lembutan dan kesabaran? 3. Jika sudah, maukah kita berkomitmen untuk terus melakukannya di dalam segenap kehidupan kita sebagai bukti bahwa kita mengasihi Tuhan? Jika belum, maukah kita memulainya sekarang?

Selasa, 18 April 2017

KRISTUS DAN NASI: PEWUJUDNYATAAN PERTOLONGANNYA

Pengantar Pembaca yang budiman, apa kabar? Saya yakin dan percaya bahwa kita semua akan senantiasa ada dalam lindungan dan pertolongan Tuhan yang luar biasa. Dan dengan demikian kita akan selalu dimampukan Tuhan untuk berkata bahwa keadaan dan keberadaan kita luar biasa dan dasyat di dalam Tuhan. Ya saudara, bukan tanpa alasan. Tapi karena memang Allah kita adalah Allah yang dasyat dan ajaib. Tentu setiap kita yang percaya kepada-Nya akan mengaminkannya. Oleh karena itulah kita bukan sekedar percaya melainkan juga mempercayakan diri dan hidup kita sepenuhnya hanya ke dalam tangan pemeliharaan-Nya. Ya, karena Dialah Sang Gembala Agung kita. Dan kita adalah umat gembalaan-Nya. Kita adalah milik pusaka-Nya. Dan sebagai milik-Nya, maka Dia bertanggung jawab penuh atas kita. Bahkan Dia sungguh mengasihi kita. Kasih-Nya telah Dia buktikan melalui pengorbanan-Nya untuk mati di salib atas segala dosa kita. Pun tatkala Dia bangkit dari antara orang mati sebagai bukti bahwa Dia telah menang atas dosa dan maut, sehingga kita pun dapat berkata: “Hai maut, dimanakah sengatmu?” Ya saudara, bahkan Dia pun telah naik ke Sorga dan duduk di sebelah kanan Allah yang menandakan bahwa Dia adalah Kristus Victor atau Kristus yang telah menang dan siap menjadikan kita pemenang bahkan lebih daripada pemenang. Pun Dia pergi ke rumah Bapa untuk menyediakan tempat juga bagi kita di sana. Itulah yang menjadikan kita patut beriman dan berpengharapan teguh hanya kepada-Nya. Karena Dia sungguh telah membuktikan kasih dan pertolongan-Nya atas kita dan kepada kita. Bahkan sampai saat ini dan sampai selama-lamanya (sampai Tuhan Yesus Kristus datang untuk yang kedua kali), Dia akan senantiasa memimpin, menyertai dan menolong kita. Oleh karena itu pada saat ini saya rindu mengajak kita sekalian untuk merenungkan sebuah tema yaitu: “Kristus & Nasi: Pewujudnyataan Pertolongan-Nya.” Mungkin saudara akan bertanya, apa yang saya maksud dan saya tuju dari tema ini. Mari saudara, saya akan mencoba membantu kita sekalian untuk dapat memahaminya dengan sebaik-baiknya. Kristus Adalah Nasi Mungkin saudara bertanya, apa yang saya maksud dengan ungkapan “Kristus adalah nasi?” Ya saudara, jawabannya tentu sangat sederhana. Karena kita tahu bersama bahwa fungsi nasi adalah untuk mengenyangkan perut kita yang sedang lapar. Maka keberadaan Kristus pun sama peran dan fungsinya seperti nasi yang mengenyangkan. Oleh karena itulah kenapa Kristus dalam Alkitab dengan jelas serta tegas mengungkapkan bahwa manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4). Jika kita mau menyesuaikan dengan budaya orang Asia khususnya Indonesia maka istilah roti di sini dapat kita ganti dan atau samakan dengan nasi, karena keduanya menggambarkan tentang makanan pokok dan utama yang fungsinya sama-sama untuk mengenyangkan. Ya saudara, dalam dunia teologi ini termasuk dalam kajian sub bidang Injil & Kebudayaan. Tentu kita ketahui bersama bahwa Injil adalah kekuatan Allah. Sehingga keberadaan Firman Tuhan pun menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi pertumbuhan iman orang percaya. Mungkin kita dapat membandingkannya dengan sebuah lagu ASM yang berkata demikian: Baca Kitab Suci, Doa tiap hari, Doa tiap hari, Doa tiap hari. Baca Kitab Suci, Doa tiap hari, Kalau mau tumbuh Kalau mau tumbuh, Kalau mau tumbuh, Baca Kitab Suci, Doa tiap hari, Kalau mau tumbuh. Ya saudara, sebuah lagu dengan lirik yang cukup sederhana tetapi cukup juga untuk menegur dan mengingatkan kita agar kita mau baca kitab suci dan doa tiap hari kalau mau tumbuh. Menjadi semakin jelas dan nyata bagi kita bahwa Alkitab, Firman Tuhan adalah bagian dari kebutuhan pokok orang percaya selain doa yang juga merupakan nafas hidup orang percaya. Ya saudara, bahkan tatkala Yesus Kristus mati dan bangkit untuk menebus dosa kita dan membebaskan kita dari upah dosa yang adalah maut, maka hal itu jugalah yang mengubah dan memperbaharui makna Perjamuan Kudus yang kita rayakan saat ini dengan Perjamuan yang dirayakan umat Yahudi pada masa Yesus Kristus. Jelas, perjamuan yang dirayakan umat Yahudi pada masa Yesus Kristus merupakan bagian dari perjamuan pada hari raya roti tidak beragi. Tetapi pasca kematian dan kebangkitan Kristus maka makna perjamuan kudus yang kita rayakan hingga saat ini menjadi sebuah peringatan dan perayaan tentang kematian dan kebangkitan-Nya yang telah menebus dan membayar lunas harga penebusan kita sehingga kita telah dimerdekakan karena iman. Ya saudara, bahkan Injil Yohanes 3:16 dengan jelas dan tegas mengungkapkan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya barangsiapa percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.” Ya saudara, oleh karena itu ketika kita makan roti dan minum anggur pada perayaan perjamuan kudus saat ini, maka di saat yang sama kita mengenang kembali pengorbanan Tuhan Yesus Kristus. Pun di saat yang sama kita makan roti dan minum anggur sebagai lambang daripada tubuh dan darah Kristus yang telah terpecah dan tercurah itu. Dalam sebuah lagu pujian yang berjudul Tubuh & Darah-Mu yang dinyanyikan oleh Mawar Simorangkir diungkapkan demikian: Tubuh-Mu terpecah menyelamatkanku, Dari semua kutuk dosaku, Darah-Mu tercurah melepaskanku, Dari semua kuasa kegelapan. Kutrima kasih-Mu dan kuasa-Mu, Dalam persekutuan dengan tubuh-Mu, Kutrima janji-Mu, mujizat-Mu, Dalam perjanjian dengan darah-Mu. Kiranya segenap perenungan dan permenungan kita sejak awal hingga sekarang; pun kiranya lirik lagu ini dapat menghantarkan kita untuk dapat semakin mengerti dan memahami makna Kristus & Nasi sebagai pewujudnyataan pertolongan-Nya atas kita. Pun kiranya kita dapat semakin memahami dan memaknai dengan benar serta tepat keberadaan roti dan anggur perjamuan sebagai lambang dari tubuh dan darah Kristus. Dan pada akhirnya kita dapat semakin menghargai keberadaan dan pengorbanan Kristus di atas kayu salib yang akan menjadikan kita lebih setia dan semakin setia kepada-Nya sampai akhir. Kiranya Tuhan menolong dan meneguhkan kita. Selamat Paskah. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

TINGGALLAH DI DALAM KASIHKU ITU (YOHANES 15:9-17)

Saudara-saudara kekasih Kristus, dalam kesempatan ini, berlandaskan pada bagian bacaan kita yang terambil dari Injil Yohanes 15:9-17, saya rindu mengajak saudara untuk merenungkan sebuah tema yaitu: “Tinggallah di dalam kasih-Ku itu: apa & bagaimana?” Kenapa tema ini menjadi penting saudara-saudara? Karena kita menyadari bersama berdasarkan kebenaran Alkitab yang adalah Firman Allah bahwa Allah adalah kasih. Dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia (1 Yohanes 4:16; bdk.1 Yohanes 4:7-21). Di dalam ayat tersebut dikatakan: “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi. Sebab kasih itu berasal dari Allah, dan setiap orang yang mengasihi lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi ia tidak mengenal Allah karena Allah adalah kasih. Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: bukan kita yang telah mengasihi Allah tetapi Allah yang telah mengasihi kita, dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita...” Inilah paskah saudara-saudara. Kematian dan kebangkitan Kristus sebagai bagian dari peristiwa penebusan dan penyelamatan Allah atas umat manusia dan terutama yang percaya kepada-Nya tidaklah terjadi begitu saja tanpa adanya landasan yang kuat. Dan landasan yang kuat itu tidak lain adalah kasih. Sebagaimana Yohanes 3:16 berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini maka Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal. Supaya barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.” Ya saudara, semua hanya bisa terjadi semata-mata karena kasih karunia dan anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Sehingga kepercayaan kepada Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus menjadi hal yang terpenting dan terutama. Karena kita diselamatkan karena iman, yaitu iman kepada Yesus Kristus dan kebenaran-Nya. Bukan yang lain. Allah di dalam Kristus telah sungguh-sungguh mengasihi kita saudara-saudara. Bahkan karena kasih-Nya dan dengan kasih-Nya Ia rela untuk memberikan nyawa-Nya untuk sahabat-sahabat-Nya, yaitu kita. Sehingga Dia tidak menyebut kita lagi hamba melainkan sahabat. Karena hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya. Tetapi Aku (Tuhan) menyebut kamu sahabat karena Aku (Tuhan) telah memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku, kata Tuhan. Ya saudara. Dan satu perintah yang ditekankan di dalam dan melalui ayat bagian bacaan kita saat ini adalah supaya kita saling mengasihi seorang akan yang lain (lihat ayat ke-17 dan ke-12). Dalam kedua ayat inilah secara khusus terjadi penekanan akan perintah tersebut saudara. Dan ingat bahwa kalau suatu perintah dituliskan dan atau diulang sebanyak dua kali di dalam Alkitab, itu berarti ini adalah suatu perintah yang sangat penting untuk diperhatikan dan juga dilaksanakan. Kenapa demikian saudara-saudara? Karena Tuhan tahu benar bahwa dosa telah menjadikan manusia kehilangan kemuliaan dan damai sejahtera Allah. Dengan demikian manusia sudah tidak mampu lagi untuk mengasihi Allah dengan semestinya yang tergambar juga dalam ketidakmampuan manusia untuk mengasihi sesamanya. Kita dapat melihat salah satu buktinya ketika Kain membunuh Habel yang tidak lain adalah saudara kandungnya sendiri. Ya saudara, Alkitab dengan tegas mengungkapkan bahwa karena makin bertambahnya kedurhakaan maka kasih kebanyakan orang menjadi dingin (Matius 24:12). Oleh karena itu Alkitab juga jelas mengungkapkan kasih sebagai sebuah perintah baru (Yohanes 13:34). Tentu bukan karena perintah ini benar-benar baru disampaikan Tuhan kepada manusia dan atau orang percaya. Melainkan karena Tuhan sadar benar bahwa kasih kebanyakan orang (termasuk kita di dalamnya) perlu terus diperbaharui sehingga kasih itu tidak akan pernah menjadi usang. Kalau kita mau membandingkan dengan realita di sekitar kita saudara, maka tidak jarang kita mendengar istilah “Homo Homini Lupus” atau manusia pemakan manusia. Tentu ini tidak serta merta dikaitkan dengan kanibalisme dalam arti yang sesungguhnya. Tetapi marilah kita lihat saudara tentang bagaimana manusia yang satu dengan manusia yang lain saling sikut menyikut dalam berbagai konflik kepentingan. Sebut saja dalam dunia politik. Tidak ada yang namanya teman sejati. Yang ada adalah kepentingan sejati. Bahkan secara real beberapa hari yang lalu saya sempat membaca melalui line bahwa ada seorang remaja puteri bernama Dee yang diejek oleh rekan-rekannya di sekolah. Bahkan rekannya sampai tega membuat satu akun instagram khusus untuk mengejeknya, dimana dia dikatakan sebagai si paus. Namun singkat cerita Dee mampu bangkit dari segala keterpurukannya akibat ejekan tersebut. Ia pun membuat kaos yang bertuliskan: “Selamat Dee si Paus.” Sampai pada akhirnya kaos tersebut dapat dipublikasikan dan dipakai oleh banyak orang. Ia pun mendonasikan hasil penjualan kaos tersebut untuk misi penyelamatan ikan paus yang sesungguhnya, dimana dia bekerjasama dengan sebuah organisasi penyelamatan paus. Inilah sebuah cerita singkat yang mau menggambarkan tentang ketidakmampuan manusia dalam mengasihi. Namun di sisi lain terlihat juga bahwa Allah begitu mengasihi manusia ciptaan-Nya. Bahkan Ia mampu membangkitkan manusia dari segala keterpurukannya. Bahkan Ia mampu mengubah duka menjadi suka (Yohanes 16:20). Dengan demikian jelaslah bagi kita sekarang bahwa kasih adalah yang utama dan terutama. Bahkan kalau kita mau membandingkan antara iman, pengharapan dan kasih maka yang utama adalah kasih, karena kasih tak akan pernah lekang. Bahkan sebuah pujian mengatakan: “Tiada yang baka di dalam dunia. Segala yang indah pun akan lenyap. Namun kasihmu demi Tuhan Yesus sungguh bernilai dan tinggal tetap.” Ya saudara, kasih kepada Tuhan adalah suatu hal yang melampaui kata-kata. Karena kasih kepada Tuhan adalah hal yang perlu dinyatakan juga kepada sesama kita. Bahkan juga kepada musuh kita sebagaimana yang Alkitab katakan. Itu berarti kepada semua orang tanpa terkecuali. Karena tidak mungkin orang berkata bahwa dia mengasihi Allah yang tidak kelihatan kalau dia tidak mengasihi sesamanya yang kelihatan. Oleh karena itu segala sesuatu yang kamu lakukan bagi saudaramu yang paling hina ini, kamu melakukannya juga untuk Aku, kata Tuhan. Oleh karena itu, layanilah seorang akan yang lain sesuai dengan kasih karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah (1 Petrus 4:10). Gembalakanlah domba-domba-Ku, kata Tuhan. Dan lakukanlah perintah-Ku karena engkau adalah sahabatku, Firman Tuhan. Dengan demikian kita tinggal di dalam kasih-Nya. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

YANG TERKECIL ADALAH YANG TERBESAR (MIKA 5:1-14; bdk.MATIUS 2:6)

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, seringkali dalam gambaran manusia pada umumnya, maka manusia acap kali memandang kebesaran seseorang berdasarkan kriteria-kriteria manusia itu sendiri. Sebut saja: kekuasaan, harta berlimpah, nama besar, dan lain sebagainya. Makanya dalam istilah orang Jawa seringkali kita dengar istilah bibit, bebet dan bobot. Ya saudara, tidak bisa dipungkiri bahwa itulah yang menjadi tolak ukur dunia ini dalam memandang nilai kebesaran. Dan itulah tata nilai yang seringkali dipakai oleh orang-orang di sekitar kita. Bahkan mungkin juga kita termasuk di dalamnya. Tetapi saat ini kita mau sama-sama belajar tentang apa kata Alkitab (Firman Tuhan) tentang kebesaran. Apa cara pandang Alkitab tentangnya. Dan berdasarkan bagian bacaan kita saat ini saya rindu untuk mengajak kita sekalian merenungkan sebuah tema yaitu: Yang Terkecil Adalah Yang Terbesar. Itulah fakta tentang cara pandang Alkitab yang berbeda dari cara pandang dunia ini tentang kebesaran. Tentunya Tuhan pun ingin agar kita mengikuti cara pandang Alkitab tersebut supaya nyata bahwa kita tidak menjadi sama dengan dunia ini , tetapi kita mau berubah dan diubahkan Tuhan berdasarkan kebenaran-Nya yang sejati. Pun pada akhirnya kita sendiri juga mau berubah menurut pembaharuan budi kita. Ya saudara, itulah yang Tuhan ingin kita lakukan di dalam hidup kita. Oleh karena itu marilah kita merubah mine set kita mulai saat ini. Yang terkecil adalah yang terbesar. Kalau kita lihat dan dengar tema ini maka pasti kita akan langsung teringat dengan satu bagian ayat Firman Tuhan mengenai itu. Ya saudara, ayat itu tidak lain ada di dalam Lukas 9:46-48. Di dalam ayat tersebut dengan tegas Yesus memberi gambaran kepada para murid dan juga kepada kita sekalian yang hadir saat ini bahwa barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar. Kalau kita mau membandingkan dengan momentum ketika Yesus Kristus sendiri sebagai Yang Maha Besar membasuh kaki para murid, maka kita akan mendapatkan inti pesan dari kebenaran Firman Tuhan ini yaitu pemimpin adalah pelayan. Ya saudara, bahkan Yesus Kristus sendiri yang adalah seratus persen Allah dan seratus persen Manusia; Dia yang sesungguh-sungguhnya adalah pemimpin hidup kita karena Dia adalah Sang Gembala Agung; Dia sendiri sudah menunjukkan suatu teladan bagaimana diri-Nya menjadi pelayan dengan m embasuh kaki para murid. Bahkan Dia pun rela mengorbankan diri-Nya untuk menebus dosa kita yang sebentar akan kita peringati dan rayakan dalam momentum perayaan Paskah. Pun kini Dia telah bangkit dan naik ke Sorga untuk menyediakan tempat bagi kita di sana supaya dimana Dia berada kita pun berada. Sungguh saudara-saudara, Dia adalah Allah yang menang dan akan menjadikan kita lebih daripada pemenang. Itulah janji Tuhan dan kebenaran Firman Tuhan yang sudah digenapi dan pasti akan digenapi. Kenapa saya katakan sudah digenapi? Karena Firman Tuhan berkata dalam Markus 11:24 bahwa apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu (bdk.Yohanes 15:7). Dalam ayat tersebut jelas dikatakan bahwa jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan Firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki dan kamu akan menerimanya. Kita juga percaya bahwa Firman Tuhan adalah ya dan amin. Jadi pasti akan digenapi. Itulah kenapa saya katakan bahwa janji Tuhan dan kebenaran-Nya sudah dan pasti akan digenapi. Kalau begitu bagaimana dengan bagian bacaan kita saudara-saudara? Bagaimana bagian bacaan kita memberi gambaran kepada kita sekalian saat ini tentang tema yang terkecil adalah yang terbesar? Mari kita mulai mempelajarinya dengan seksama: Dalam Mika 5:1 jelas dikatakan: “Tetapi engkau hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda. Daripadamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala. Sejak dahulu kala.” Kalau kita bandingkan ungkapan ini dengan kitab Kejadian 1:26 dimana dikatakan di sana “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita...,” maka kita akan menemukan bahwa figur yang dimaksud akan bangkit bagi-Ku itu tidak lain adalah Yesus Kristus Sang Mesias Juruselamat. Ya saudara. Dan kalau kita mau melihat kenapa Betlehem Efrata dikatakan sebagai yang terkecil diantara kaum-kaum Yehuda maka kita bisa menelusurinya melalui urutan dua belas suku Israel (lihat Kejadian 49:1-28). Secara khusus dalam Kejadian 49:3 dikatakan: “Ruben, engkaulah anak sulungku, kekuatanku dan permulaan kegagahanku. Engkaulah yang terutama dalam keluhuran, yang terutama dalam kesanggupan. Engkau yang membual sebagai air, tidak lagi engkau yang terutama. Sebab engkau telah menaiki tempat tidur ayahmu. Waktu itu engkau telah melanggar kesuciannya. Dia telah menaiki petiduranku. Bandingkan dengan keturunan dan atau suku-suku yang lain. Dan secara khusus bandingkan juga dengan Yusuf. Dikatakan dalam Kejadian 49:22 bahwa Yusuf adalah seperti pohon buah-buahan yang muda pada mata air. Dahan-dahannya naik mengatasi tembok. Walaupun pemanah-pemanah telah mengusiknya, memanahnya dan menyerbunya, namun panahnya tetap kokoh dan lengan tangannya tinggal liat, oleh pertolongan Yang Maha Kuat pelindung Yakub, oleh sebab gembalanya, Gunung Batu Israel. Oleh Allah ayahmu yang akan menolong engkau, dan oleh Allah yang Maha Kuasa yang akan memberkati engkau dengan berkat dari langit di atas, dengan berkat samudera raya yang letaknya di bawah, dengan berkat buah dada dan kandungan. Berkat ayahmu melebihi berkat gunung-gunung yang sejak dahulu, yakni yang paling sedap di bukit-bukit yang berabad-abad. Semuanya itu akan turun ke atas kepala Yusuf, ke atas batu kepala orang yang teristimewa di antara saudara-saudaranya. Lihat saudara, sekalipun Yusuf dikatakan sebagai yang termuda atau yang terkecil diantara saudara-saudaranya, namun dia juga dikatakan sebagai yang teristimewa. Bahkan kita tahu bahwa Yusuf pada akhirnya menjadi seorang pemimpin dan penguasa atas seluruh tanah Mesir (Kejadian 41:41). Bahkan dia juga yang menolong seluruh bangsa Mesir termasuk ayah dan saudara-saudaranya pada saat kelaparan melanda negeri itu. Dan kalau kita mau melihat secara lebih khusus tentang kota Betlehem Efrata atau yang lebih sering kita sebut sebagai Betlehem yang di dalam bagian bacaan kita dikatakan sebagai yang terkecil itu maka mari kita melihatnya dengan seksama: Berdasarkan sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Betlehem, maka saya dan juga kita sekalian saat ini dapat memperoleh informasi tentang Kota Betlehem sebagai berikut: Betlehem seringkali diartikan sebagai rumah daging (terbungkusnya tulang belulang dengan daging-bdk.Yehezkiel 37:1-14). Nubuatan ini berhubungan dengan pembuangan Israel. Kita juga bisa membandingkan dengan sikap hidup Bangsa Israel yang nota bene adalah bangsa pilihan Allah namun seringkali tegar tengkuk dan sering tidak setia kepada Allah. Itulah makna yang terdalam dari arti kata Betlehem sebagai rumah daging. Betlehem adalah sebuah kota Palestina di tepi barat dan merupakan sebuah pusat budaya Palestina dan industri pariwisata. Berdasarkan data di tahun 2005 penduduknya berjumlah 29.019 jiwa. Kalau kita mau bandingkan dengan kabupaten kota di Indonesia berdasarkan jumlah penduduk yang paling terkecil saja, berdasarkan data sensus penduduk di tahun 2010 misalnya, maka jumlah penduduk terkecilnya masih mencapai angka seribuan saudara-saudara. Data ini saya dapat dari sumber https://id.wikipedia.org ketika saya browsing di internet. Jadi jelas saudara-saudara, dari perbandingan jumlah penduduknya saja kita bisa melihat betapa kecilnya wilayah Kota Betlehem itu. Bahkan secara spesifik https://id.wikipedia.org/wiki/Betlehem juga menyebutkan bahwa kota raya Betlehem juga mencakup kota kecil Belt Jala dan Belt Sahour. Saya kira sudah cukup jelas bagaimana gambaran Kota Betlehem sebagai kota yang terkecil. Tentu kalau masih ada yang kurang jelas maka kita bisa menyelidikinya lebih jauh secara pribadi terutama berdasarkan kebenaran Firman Tuhan dan literatur-literatur pendukungnya. Ya saudara, Betlehem adalah yang terkecil. Itu adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Namun dengan jelas Matius 2:6 mengatakan: “Dan engkau Betlehem tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil diantara mereka yang memerintah Yehuda, karena daripadamulah akan bangkit seorang pemimpin yang akan menggembalakan umat-Ku Israel. Kalau kita lihat ini adalah bentuk penegasan dari apa yang sudah diutarakan dalam Mika 5:1. Jadi jelaslah bagi kita saudara-saudara bahwa di dalam tangan Tuhan maka dia yang terkecil bisa menjadi yang terbesar. Demikianpun yang terutama bisa menjadi yang terkemudian sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan. Jadi bagaimana sikap kita untuk menyikapi hal ini saudara-saudara? Yang Tuhan ingin kita lakukan adalah agar kita mau terus bermegah di dalam Tuhan agar nama-Nyalah yang dimuliakan. Biarlah kita menjadi yang semakin kecil sementara Dia menjadi yang semakin besar. Milikilah sikap yang mau terus merendahkan diri di hadapan-Nya dan mau terus bergantung kepada-Nya senantiasa. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak. Takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan. Tunjukkanlah kasih kita kepada Tuhan melalui kasih kita kepada sesama. Tanamkanlah sikap rendah hati dan kerelaan untuk saling membantu satu sama lain. Bertekunlah dalam doa dan pengajaran rasul-rasul, baik secara pribadi maupun bersama-sama dalam komunitas orang percaya dengan tujuan untuk saling membangun. Beribadahlah kepada Tuhan dan muliakanlah nama-Nya. Biarlah Roh kita terus menyala-nyala dan layanilah Tuhan dengan setia. Jadilah pelayan kecil Tuhan. Penutup: Pelayan Kecil Tuhan Menjadi pelayan Kecil Tuhan, Lelahku tiada berkesudahan, Menjadi pelayan kecil Tuhan, Derita tiada taranya. Itulah kataku seringkali, Itulah ungkapku tak mengerti, Namun kini telah kusadari, Layani Tuhan sungguh indah berseri. Layani Tuhan O Layani Tuhan, Kurindu layani Tuhan sepenuh detak jantungku, Layani Tuhan O Layani Tuhan, Kurindu layani Tuhan di hidupku.

TUHAN ADALAH PENJAGA KITA (MAZMUR 12:6-9).

Saudara-saudara kekasih Kristus, berdasarkan bagian bacaan kita saat ini saya rindu mengajak kita sekalian untuk merenungkan sebuah tema yaitu: “Tuhan Adalah Penjaga Kita.” Ketika kita berbicara tentang penjaga maka seringkali yang muncul dalam benak kita tentang subyek yang harus dijaga itu adalah orang yang lemah, sehingga perlu dijaga oleh orang yang lebih kuat daripadanya. Contohnya saja: Baby Tatan selalu dijaga dan ditemani oleh koko dan cicinya kemanapun ia pergi. Di sini terlihat jelas bahwa Baby Tatan adalah sosok yang tentu jauh lebih lemah daripada koko dan cicinya. Tentu karena dia masih kecil dan masih perlu dijaga serta diawasi oleh orang yang lebih besar dan lebih dewasa daripadanya. Tapi bukan hanya itu saja saudara-saudara. Seringkali sesuatu pribadi atau sesuatu hal yang butuh dijaga juga adalah karena sesuatu pribadi atau hal itu sungguh-sungguh berharga dan bernilai tinggi. Contoh paling konkret adalah perhiasan dan atau emas batangan misalnya. Orang yang memilikinya tentu akan menjaga dan merawat dengan sedemikian rupa sehingga perhiasan atau emas batangan tersebut tetap ada dalam kondisi aman terkendali. Aman terkendali dari kondisi kerusakan atau kecacatan. Pun aman terkendali juga dari kemungkinan kecurian. Atau sebut juga uang dalam jumlah yang sangat banyak. Tentu orang akan sedemikian rupa menjaga uang yang dimilikinya. Apalagi itu didapatkan dari hasil keringat dan kerja yang benar juga halal. Kalau kita mau bandingkan dengan uang hasil korupsi atau kejahatanss saja pun pasti akan dijaga dengan sebaik-baiknya oleh para pelakunya. Jangan sampai tertangkap KPK dan ketahuan penegak hukum karena bisa “amsiong.” Bahkan kita juga tahu bahwa presiden dan wakil presiden kita beserta para mantan mendapatkan fasilitas negara berupa pengawalan oleh paspampres. Kenapa demikian? Karena memang presiden dan wakil presiden merupakan simbol negara. Jadi begitu berharganya keberadaan mereka sehingga perlu dijaga oleh keamanan negara. Ya saudara, bagaimana dengan kita sebagai manusia ciptaan Tuhan dan juga sekaligus sebagai umat-Nya? Karena Alkitab berkata bahwa kita ini buatan Allah yang diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Dan Allah mau kita hidup di dalamnya (Efesus 2:10). Alkitab juga berkata bahwa kita ini adalah milik kepunyaan Allah dan juga umat gembalaan-Nya. Punya Dialah kita. Bagaimana dengan kita saudara? Bukankah kita juga tergolong manusia yang lemah namun juga berharga di mata Tuhan? Dan sebagai manusia yang lemah kita tentu perlu terus berlindung di balik tangan Tuhan yang kuat. sKarena Alkitab jelas berkata bahwa Roh memang penurut tetapi daging lemah. Daging yang dimaksud di sini tentu adalah kedagingan kita. Sementara Roh yang dimaksud di sini juga adalah Roh Allah. Sehingga jelas bahwa kita adalah mahluk yang lemah dimana dosa menjadi bukti nyata kelemahan manusia sejak semula. Dan oleh karena itu kita perlu untuk senantiasa berlindung di balik tangan Tuhan yang kuat. Terlebih karena kasih-Nya telah terbukti nyata bagi kita, dimana Dia telah menebus dan membayar lunas harga dosa kita serta telah menggantikan upah dosa yang adalah maut menjadi keselamatan dan hidup kekal. Itulah janji Tuhan yang pasti akan digenapi, karena ketika Kristus naik ke Sorga tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menyediakan tempat bagi kita di sana supaya kita dapat berada bersama-sama dengan Dia dan turut ambil bagian dalam kesukacitaan-Nya yang besar. Kini kita ada dalam masa penantian akan kedatangan Kristus yang kedua kali untuk menjemput kita sebagai umat pilihan-Nya yang telah ditetapkan-Nya dari semula, sehingga niscaya hidup kita ada di dalam genggaman tangan-Nya. Dan dalam menjalani hari-hari kita di tengah masa penantian ini Tuhan meminta kita untuk tetap memelihara hidup kita sebagai anugerah Tuhan dengan tetap menghasilkan buah. Bahkan tidak hanya itu saja saudara-saudara. Tuhan juga mengutus dan menempatkan kita di tengah dunia ini seperti domba di tengah serigala. Tapi satu hal yang pasti. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan kita sendiri. Karena Dia adalah penjaga kita. Dia adalah penjaga Israel. Dan kita adalah Israel-Israel baru di dalam Tuhan. Jadi yakin dan percayalah bahwa Dia pasti akan senantiasa menjaga dan memelihara hidup kita. Hidup memang bukan tanpa masalah dan tantangan. Hidup juga tidak melulu berbicara tentang keberhasilan tetapi juga ada kegagalan. Hidup tidak melulu berbicara tentang orang-orang yang kuat dan kaya, tetapi juga berbicara tentang orang-orang yang lemah dan miskin. Maka bagian bacaan kita dalam Mazmur 12:6 mengatakan: “Oleh karena penindasan terhadap orang-orang yang lemah; oleh karena keluhan orang-orang miskin, sekarang juga Aku bangkit, Firman Tuhan. Aku memberi keselamatan kepada orang yang menghauskannya (haus akan keselamatan itu).” Bahkan di dalam ayat yang ke-7 ditegaskan juga bahwa janji Tuhan adalah janji yang murni. Bagaikan perak yang teruji. Tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. Ayat ke-8 juga menegaskan: “Engkau Tuhan yang akan menepatinya. Engkau akan menjaga kami senantiasa terhadap angkatan ini. Yaitu terhadap angkatan orang-orang fasik yang berjalan kemana-mana, sementara kebusukan muncul di antara anak-anak manusia (lihat ayat ke-9). Saudara-saudara, seringkali kita pun berada pada posisi orang-orang yang lemah sebagaimana digambarkan dalam bagian bacaan kita saat ini. Bahkan saya pun tidak luput dari kelemahan itu. Kalau saya mau merujuk kepada ungkapan Rasul Paulus, maka saya pun ingin berkata seperti Paulus bahwa aku adalah rasul yang paling hina dari antara rasul-rasul Kristus yang lain. Tapi justru karena itu saya bekerja lebih keras untuk menghantarkan orang pada Kristus dan kebenaran-Nya yang sejati. Saya berusaha lebih keras untuk meletakkan dasar-dasar kebenaran Kristus di antara jemaat, bahkan di tengah adanya berbagai angin pengajaran. Sehingga dengan demikian saya dan saudara dapat benar-benar mengecap keselamatan dan hidup kekal secara real dan bukan hanya sekedar di angan-angan saja sampai waktunya tiba. Saudara tentu bisa melihat apa yang saya hasilkan sebagai buah kebenaran Kristus selama ini. Saya pun tetap percaya akan kebenaran Firman Tuhan yang berkata bahwa di dalam kelemahanlah maka kuasa Kristus menjadi sempurna. Sehingga dengan demikian saya dan tentu kita sekalian dapat berkata bahwa ketika aku lemah maka aku kuat. Inilah yang Tuhan mau untuk kita lakukan saudara-saudara: Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu. Kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar. Kiranya Tuhan yang akan senantiasa memimpin, menyertai dan memberkati kita sekalian. Amin. Penutup: KJ 438 bait 1-4.

ISI HATI YANG BERBEDA (YOHANES 12:1-11)

Saudara-saudara kekasih Kristus, melalui bagian bacaan kita saat ini maka kita diajak untuk merenungkan dan mempelajari secara bersama-sama sebuah tema yaitu Isi Hati Yang Berbeda. Saudara-saudara, kalau kita amati secara seksama dalam bagian bacaan kita maka ada dua peristiwa yang berbeda di dalamnya, yang masing-masing adalah: Yesus diurapi di Betania (Yohanes 12:1-8) dan persepakatan untuk membunuh Lazarus (Yohanes 12:9-11). Kita akan membahasnya satu demi satu saudara-saudara. Dalam peristiwa Yesus diurapi di Betania, dikatakan di sana bahwa enam hari sebelum Paskah (yang dimaksud adalah Paskah Orang Yahudi), Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan itu. Di situ diadakan perjamuan untuk Yesus Kristus dan Marta melayani. Sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Di situ ada juga Maria. Tentu kita ingat bagaimana peristiwa Maria dan Marta bukan? Pada saat itu Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya, dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. Sementara Marta tetap sibuk melayani. Di sisi lain ada juga Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus (sang bendahara) yang akan segera menyerahkan Dia berkata: mengapa minyak narwastu ini tidak dijual 300 dinar (mata uang romawi, satu dinar ialah upah pekerja harian dalam satu hari-Matius 20:2). Jika kita bandingkan dengan upah minimum regional DKI Jakarta tahun 2016 yang besarannya adalah Rp.3.100.000,-, maka bisa kita perkirakan berapa yang akan didapat dalam perhitungan 300 dinar itu. Yang pasti jumlahnya sangat banyak bahkan lebih dari kata cukup. Saudara-saudara, kalau kita lihat secara seksama maka kita dapat mengamati bahwa secara kasat mata ketika Yudas Iskariot mengusulkan agar minyak narwastu itu dijual saja, maka alasannya kelihatannya mulia, yaitu agar uangnya bisa diberikan kepada orang-orang yang miskin. Tetapi bagian bacaan kita dengan jelas mengungkapkan bahwa hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri yang sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Saya yakin dan percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus juga bukannya tidak mengetahui karena Dia adalah Tuhan yang maha tahu. Bahkan ketika manusia melihat apa yang kelihatan oleh mata, maka sesungguhnya Tuhan melihat dan menguji hati dan batin kita. Itu kata Firman Tuhan. Maka Yesus pun berkata: biarkanlah dia (Marta) melakukan hal ini. Dengan penegasan yang lebih sempurna hendak dikatakan: Biarkanlah dia (Marta) meminyaki kaki-Ku dan menyekanya dengan rambutnya mengingat hari penguburan-Ku sudah dekat, kata Tuhan. Karena orang miskin selalu ada pada kamu (Yudas Iskariot), tetapi Aku (Tuhan) tidak akan selalu ada pada kamu. Sebagai refleksi kita bersama, maka marilah kita mempertanyakan pertanyaan ini di dalam lubuk hati kita yang paling dalam. Adakah kita sama seperti Marta yang sibuk melayani tetapi tidak mau sedetik pun mengambil waktu untuk duduk diam dan mendengarkan Yesus? Atau bahkan adakah kita sama seperti Yudas Iskariot yang walaupun menjadi orang yang dekat dengan Tuhan dan bahkan setiap hari berada bersama-sama dengan Dia, namun kita belum memiliki motivasi yang benar di hadapan Tuhan? Bahkan seringkali kita justru menyalibkan Tuhan sebagaimana Yudas Iskariot berniat dan bermufakat untuk menjual dan menyerahkan Yesus demi sejumlah uang. Adakah kita seperti itu? Oleh karena itu sekaranglah waktunya bagi kita untuk meminta agar Tuhan menyelidiki hati kita dengan pernyataan: selidiki aku, lihat hatiku, apakah aku sungguh mengasihi-Mu Yesus. Sebab Kau yang maha tahu dan menilai hidupku. Tak ada yang tersembunyi bagi-Mu. Marilah kita buka hati dan keseluruhan diri kita di hadapan-Nya dan kita minta agar Dia mengampuni, menyucikan dan melayakkan kita kembali. Mari kita minta Tuhan untuk meluruskan hati dan motivasi kita yang masih seringkali bengkok di hadapan-Nya. Karena siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Jawabannya ialah orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan dan yang tidak bersumpah palsu (Mazmur 24:3-4). Kemudian kita lanjut ke dalam kisah persepakatan untuk membunuh Lazarus. Dikatakan dalam bagian bacaan kita bahwa sejumlah besar Orang Yahudi mendengar bahwa Yesus ada di sana (di Betania), dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermufakat untuk membunuh Lazarus juga. Sebab karena Lazarus, banyak orang Yahudi meninggalkan para imam itu dan percaya kepada Yesus. Saudara-saudara, hal menarik dalam bagian bacaan yang kedua ini yang berkaitan dengan tema isi hati yang berbeda yang coba saya amati dan telusuri adalah bahwa motivasi rencana dan tindakan para imam untuk membunuh Lazarus adalah untuk meredam datangnya dan percayanya orang-orang Yahudi yang telah dan akan menjadi percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Dengan kata lain para imam itu memiliki motivasi untuk menjauhkan mereka dari jalan keselamatan, karena hanya Tuhan Yesus Kristus sajalah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak akan ada yang dapat sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku, kata Tuhan. Hal ini senada dengan motivasi iblis yang hanya melulu mau menghancurkan. Bahkan iblis digambarkan seperti singa yang mengaum dan berkeliling guna mencari orang-orang yang dapat ditelannya. Berbeda halnya dengan motivasi Tuhan yang melulu ingin membangun dan menyelamatkan. Karena Tuhan sama sekali tidak ingin ada di antara kita yang binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Tentu jalannya adalah dengan percaya dan beriman kepada-Nya. Karena kita memang diselamatkan karena iman. Saudara-saudara, gereja adalah persekutuan orang percaya yang beriman kepada-Nya. Oleh karena itu seyogyanya gereja menjadi alat di tangan Tuhan yang membawa jemaat dan orang-orang yang belum percaya kepada Kristus untuk diselamatkan dan dibenarkan. Bukannya justru mementingkan kepentingan pribadi ataupun golongan dan berusaha menyudutkan orang-orang tertentu dengan motivasi-motivasi tertentu juga. Saudara-saudara, ingatlah bahwa Allah sebagai kepala gereja dalam diri Yesus Kristus adalah kasih. Barangsiapa tinggal di dalam kasih, maka dia tinggal di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Pun barangsiapa tidak mengenal kasih maka sesungguhnya dia tidak mengenal Allah. Sudahkah kita mengasihi? Sudahkah kita mengampuni? Sudahkah kita menjadi pembawa damai di antara sesama kita? Tuhan menginginkan agar kita mengusahakan hidup damai dengan semua orang selain juga mengejar kekudusan (Ibrani 12:14). Sudahkah kita melakukannya? Marilah kita terus mau belajar daripada-Nya dan meminta kekuatan dan kesa nggupan yang berasal daripada-Nya agar kita tidak hanya menjadi pendengar melainkan juga pelaku Firman Tuhan yang setia. Yakin dan percayalah bahwa seluruh jerih payah kita di dalam Tuhan tidak sia-sia. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin. (Doc.)